SELAMAT MEMBACA
***
Sore harinya Sekar sedang duduk santai di pendopo depan sendirian sambil menikmati jambu biji yang di berikan oleh Mbok Sugeng tadi. Ndoro Karso, entah kemana perginya laki-laki itu. Membahas Ndoro Karso, tiba-tiba saja Sekar mengingat obrolannya bersama Ndoro Karso siang tadi. Bukan obrolan lebih tepatnya ucapan Ndoro Karso. Karena kalau di katakan obrolan mereka sama sekali tidak mengobrol, hanya Ndoro Karso yang bicara sedangkan Sekar justru mengamuk dengan histerisnya.
Flash Back On
Sekar duduk dengan sedikit cemas di depan meja riasnya. Kegiatannya sudah selesai, namun dia bingung harus kemana. Akhirnya dia memilih tetap duduk dengan diam tanpa menoleh sedikitpun pada Ndoro Karso yang masih duduk di tempatnya sejak tadi. Bahkan Sekar heran kenapa laki-laki itu tidak pergi juga dari kamarnya. Maksudnya kamar miliknya, di mana ada Sekar didalamnya. Entah bagaimana sebenarnya Sekar menyebut kenapa berbelit sekali. Sekar masih risih sekaligus canggung jika harus berada di satu ruangan dengan Ndoro Karso itu.
"Sudah selesai Nduk?" tanya Ndoro Karso pada Sekar. Lagi-lagi masih dengan nada lembutnya. Sekar bahkan berfikir apa laki-laki itu selalu bicara seperti itu setiap harinya. Seperti tidak ada intonasi lain selain tenang.
Mau tidak mau Sekar pun memutar duduknya meski belum beranjak dari posisinya saat ini.
"Sini duduk kesini," ucap Ndoro Karso sambil menepuk pelan tempat di sampingnya meminta Sekar untuk pindah duduk di sebelahnya.
"Disini saja Ndoro," jawab Sekar lirih dengan wajah yang menunduk. Jelas sekali jika gadis itu masih menjaga jarak dari sang suami.
"Kamu itu istri saya Nduk, bukan rewang atau pegawai saya. Saya ini suamimu, jangan memanggil seperti itu. Panggil Mas, jangan Ndoro." Jelas Ndoro Karso pada Sekar. Namun, tentu saja Sekar menggeleng. Siapa juga yang mau menjadi istrinya. Dia belum setuju, jadi dia tidak mau memanggil Mas. Lagi pula usianya terlalu tua untuk itu. Batin Sekar berbicara.
Melihat reaksi Sekar, Ndoro Karso tidak bisa memaksa. Semua memang butuh waktu kan, apalagi untuk Sekar yang tiba-tiba dia nikahi. Tentu saja ada sisi hati gadis itu yang tidak terima. Masih mau menikah dan tidak kabur saja Ndoro Karso harusnya bersyukur karena tidak menambah pekerjaannya. Baiklah, biarkan semua berjalan perlahan. Semua ada waktunya, termasuk penggilan istrinya itu padanya.
"Kamu marah sama saya?" tanya Ndoro Karso lagi.
Namun, Sekar hanya menggeleng. Tidak menjawab dengan jujur. Ndoro Karso tentu saja merasa jika Sekar tidak jujur.
"Kalau tidak marah, nanti malam saya tunggu saya di ranjang. Saya menginginkan kamu," ucap Ndoro Karso dengan tenangnya. Namun tidak dengan Sekar, gadis itu langsung berdiri dari duduknya.
Wajahnya memerah terlihat sangat marah bahkan tangannya mengepal. Ingin sekali meninju Ndoro Karso, si bandot tua yang sayangnya berstatus sebagai suaminya itu sekarang.
Ndoro Karso yang melihat reaksi Sekar hanya tersenyum tipis, dengan begitu apa masih mau mengelak jika tidak marah.
"Kenapa? Kalau memang tidak marah sama saya, harusnya kamu tidak keberatan melayani saya kan?" tanya Ndoro Karso lagi.
Sekar langsung berbalik dan memukul meja riasnya dengan kesal. Mungkin saja tangannya saat ini sudah memerah. Dia benar-benar melampiaskan kekesalannya pada meja ketimbang menjadikan wajah Ndoro Karso sebagai samsak hidupnya.
Setelah itu Sekar hanya menunduk, bahkan air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi. Dia menangis dengan sesenggukan, meluapkan seluruh rasa sesak di dadanya. Ingin marah, ingin mengamuk namun tidak bisa. Hatinya benar-benar sakit dadanya sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomansaYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...