SELAMAT MEMBACA
***
Sekar yang sudah bangun sejak tadi masih pura-pura tidur. Memperhatikan kegiatan Ndoro Karso di pagi hari. Sesuatu yang jarang Sekar lakukan. Karena biasanya ketika dia bangun sang Ndoro sudah lenyap entah kemana.Tapi kali ini berbeda, ketika Sekar membuka mata Ndoro Karso tengah bersiap memakai pakaiannya. Sekar sengaja pura-pura tidur karena malu jika memperhatikan Ndoro Karso secara terang-terangan.
Sekar kembali memejamkan matanya, ketika melihat Ndoro Karso mendekat.
Cup ...
Ndoro Karso mengecup kening Sekar, kemudian tersenyum. Apalagi melihat posisi tidur istrinya itu yang benar-benat kacau. Lihat saja, kakinya di atas bantal sedangkan kepalanya di posisi Kaki. Bisa-bisanya berubah seperti itu 180 derajat seperti itu.
"Bangun Nduk, sudah siang." Ucap Ndoro Karso sambil berlalu.
Sekar langsung membuka matanya. Penampilan Ndoro Karso sudah rapi, laki-laki itu seperti biasa menggunakan stelan andalannya. Celana bahan dan kemeja polos yang lengannya di gulung sampai ke siku.
Jangan fikir, Ndoro Karso itu berpakaikan seperti orang tempo dulu. Tidak, meski selera sang Ndoro termasuk jadul dalam banyak hal tapi tidak dengan pakaian. Ndoro itu termasuk apa, istilahnya jaman sekarang modis dalam memilih pakaian. Meski tetap dengan gaya khas bapak-bapak tapi justru sangat pas jika itu Ndoro Karso yang mengenakannya. Sekar sendiri menjadi bingung bagaimana menggambarkan sosok sang Ndoro yang amat sempurna seperti tanpa celah itu.
"Ndoro mau kemana?" Tanya Sekar.
"Ke notaris, kenapa?"
"Mau apa?"
"Ngurus surat Nduk. Memangnya kamu fikir ke notaris mau apa hemmm?"
"Titip ya kalau pulang bawakan es degan."
"Uangnya mana?" Ucap Ndoro Karso.
Sekar langsung meraih dompetnya di bawah bantal, mengambil selembar uang dan memberikannya pada Ndoro Karso.
Ndoro Karso yang melihat hal tersebut langsung tertawa. Dia langsung pergi, tanpa mengambil uang yang di berikan oleh Sekar.
"Dasar aneh," cibir Sekar langsung memasukkan kembali uangnya kedalam dompet.
***
Sekar duduk termenung di meja dapur sambil memperhatikan Mbok Sugeng yang tengah sibuk membuat makan siang. Perempuan tua itu menolak bantuannya, padahal ketimbang hanya duduk memperhatikan Sekar bisa membantu. Tapi bantuannya sepertinya sama sekali tidak di butuhkan."Mbok sudah lama kerja disini?" Tanya Sekar pada Mbok Sugeng tiba-tiba. Merasa aneh jika mereka saling diam-diaman seperti orang musuhan.
"Nggih sudah Ndoro Putri. Sejak Ndoro Karso masih kecil, saya sudah mengabdi di keluarga ini." Jawab Mbok Sugeng.
Sekar lalu mengangguk, kalau begitu berarti sudah lama sekali. Sejak Ndoro Karso kecil, berarti sekitar 30 tahunan. Kalau memang benar begitu, lama sekali.
"Berarti Simbok tau istri Ndoro yang dulu?" Ucap Sekar lagi. Tidak ada salahnya kan dia mendengarkan sedikit informasi dari Mbok Sugeng itu.
"Nggih tau Ndoro," jawab Mbok Sugeng lagi. Perempuan itu terus menjawab pertanyaan Sekar sambil tangannya sibuk memasak.
"Dari pernikahan sebelumnya. Ndoro tidak punya anak Mbok?" Tanya Sekar lagi dengan seriusnya.
Mbok Sugeng yang mendengar itu hanya terkekeh.
"Ndoro Putri penasaran nggih?" Kekeh Mbok Sugeng pada Sekar.
Sekar langsung mengangguk. Karena, sudah beberapa lama menjadi istri Ndoro Karso yang katanya pernah menikah itu tapi sedikitpun tidak pernah dia temui jejak peninggalan istrinya, atau hanya sebatas foto usang pun Sekar tidak menemukannya. Entah sang Ndoro yang terlalu pintar menyimpannya atau memang karena tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
Roman d'amourYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...