BAB 44: ALASAN NDORO

41.1K 5.6K 397
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Ndoro Karso tersenyum melihat Sekar yang tengah memijat kakinya dengan wajah ditekuk. Sejak tadi Ndoro Putri itu terus saja mendumel entah bicara apa karena tidak jelas sama sekali tapi meski begitu Sekar tetap memijat kaki Ndoro Karso tanpa berhenti. Entah sadar atau tidak, tiba-tiba saja Ndoro Putri itu berubah patuh. Mungkin selama minggat kemarin dia mendapatkan hidayah dan pencerahan dari Tuhan. Wajah kesal Sekar seolah hiburan tersendiri untuk sang Ndoro. 

"Ndoro sudah ya, kok dari tadi tidak selesai-selesai ini." Ucap Sekar dengan jengkelnya pada Ndoro Karso. Dia merasa sudah hampir satu jam lamanya memijat kaki sang Ndoro. Padahal kaki Ndoro itu hanya ada dua bukan dua puluh tapi dia diminta memijatnya selama itu. Bukankah sikap Ndoro benar-benar menjengkelkan. 

"Pindah yang kiri," ucap Ndoro Karso dengan santainya sambil membalik lembaran buku yang tengah dia baca. 

"Kan kiri sudah, sudah empat kali Ndoro." Protes Sekar langsung ketika diminta kembali memijat kaki kiri sang Ndoro. 

"Pijat terus sampai lima kali," ucap Ndoro Karso pada Sekar. Sang Ndoro tengah memberikan hukuman tanpa Sekar sadari karena berani minggat dari rumah selama tiga minggu padahal sudah dia katakan di awal perginya tiga hari saja tapi lihat baru pulang setelah tiga minggu itupun dengan alasan uangnya sudah habis. Bagaimana jika belum habis, apa semakin lama perginya. Seandainya tau akan  seperti itu Ndoro Karso tidak akan memberikan uang kemarin sebelum Sekar pergi, sang Ndoro benar-benar menyesal kemarin menyelipkan uang di tas istrinya itu. 

"Ini hukumanmu karena berani minggat selama tiga minggu kemarin." Imbuh Ndoro Karso lagi. Dengan kesal, Sekar kembali memijat kaki sang Ndoro meski dengan bersungut-sungut.

Tapi, tiba-tiba saja Sekar merasa ada sesuatu yang tidak benar di sana. Bukannya dia yang ingin meminta penjelasan kepada Ndoro Karso setelah pulang. Kenapa sekarang justru dia dihukum. 

Sekar langsung menghentikan pijatannya, dia lalu menegakkan tubuhnya dan menatap Ndoro Karso dengan serius. Mari lupakan hukuman dari Ndoro itu barusan. 

"Aku mau tanya sesuatu yang serius sama Ndoro, serius sekali." Ucap Sekar dengan tegasnya.

Mendengar itu Ndoro Karso hanya tersenyum tipis lalu menutup buku yang sejak tadi dia baca. Sang Ndoro sudah menunggu sejak tadi, menunggu istrinya itu untuk bertanya sesuatu. Karena dia tau pasti Sekar memiliki banyak pertanyaan untuknya. 

"Tanglet nopo?" (tanya apa) tanya Ndoro Karso dengan nada lembutnya.

"Apa Ndoro menikahiku karena amanah ayah?" pertanyaan pertama yang Sekar tanyakan adalah alasan sang Ndoro menikahinya. Dia sudah menyimpan pertanyaan itu selama berminggu-minggu lamanya. 

"Mboten," (tidak) Ndoro Karso menjawabnya dengan santai sambil menggeleng pelan. 

"Pak Warto mangamanahkan kamu pada saya untuk saya jaga, tapi tidak meminta saya untuk menikahi putrinya." Jelas sang Ndoro lagi. 

"Lalu?" tanya Sekar dengan penasarannya. Jika memang ayahnya tidak meminta Ndoro Karso untuk menikahinya lalu apa alasan dia menikah dengan sang Ndoro saat ini. 

Ndoro Karso mengusap pelan tangan Sekar dan menepuknya dua kali. 

"Ingat luka di punggung saya?" Ndoro Karso justru membahas masalah luka yang menurut Sekar sangat jauh dari topik pembahasan mereka saat ini.

Namun, Sekar tetap mengangguk, dia ingat pernah melihat bekas luka di punggung sang Ndoro. 

"Saya dapat luka itu waktu kecelakaan bersama Pak Warto. Saya hanya mendapatkan satu tusukan di punggung sedangkan Pak Warto beliau mendapatkan luka yang lebih parah dari saya. Seandainya Pak Warto tidak melindungi saya kemungkinan saya lah yang meninggal waktu itu. Pak Warto mengorbankan nyawanya untuk saya. Saya merasa berhutang nyama sama beliau. Seumur hidup saya, saya harus membalas hutang nyawa saya baru saya bisa menegakkan kepala di hadapan banyak orang." Jelas Ndoro Karso kepada Sekar.

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang