BAB 32: NDORO MAU ANAK?

38.8K 4.8K 347
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Sekar sedang duduk di atas ranjang sambil melamun. Memikirkan ucapan sang Ndoro sore tadi. Berkali-kali difikirkan, berkali-kali juga fikiran Sekar menghianati dirinya sendiri. Apa yang sedang difikirkan Sekar, apalagi kalau bukan masalah Ndoro yang selalu membahas perihal pewaris. Sebenarnya untuk saat ini, Sekar sudah cukup legowo dengan statusnya sebagai istri Ndoro Karso. Laki-laki asing yang berusia jauh di atasnya, tidak pernah di kenal sebelumnya tapi tiba-tiba menikahinya. Sekar sudah menerima semua itu, sudah tidak menjadi masalah. Hanya saja yang masih dia ragukan saat ini adalah bagaimana kedepannya. Memang kurang tepat jika kita meragukan masa depan, seolah tidak percaya dengan takdir. Tapi Sekar hanya perempuan biasa yang memiliki kecemasan dan kekhawatiran. Setelah menyerahkan hidupnya sepenuhnya pada Ndoro apakah ada jaminan jika dia akan aman selamanya. Bagaimana, jika setelah semua terjadi dan dia di campakkan begitu saja. Bagaimana jika tiba-tiba suatu saat ini Ndoro membaw istri baru. Atau bagaimana, kalau tiba-tiba Ndoro bosan dengannya dan menceraikannya. Atau kemungkinan buruknya, bagaimana jika ternyata selama ini Ndoro hanya berpura-pura baik padanya. Jujur semua pemikiran buruk menghampirinya. Semua hanya seputar bagaimana dan bagaimana. Tidak ada yang tau bagaimana sebenarnya perasaan Ndoro itu. Menerimanya sebagai istri karena apa, lalu sekarang perannya sebagai suami itu sebatas formalitas atau memang suami pada kenyataan sesungguhnya. Mungkin jika Sekar menikah dengan laki-laki biasa, dia tidak akan memikirkan semua itu. Dia bisa menjalani kehidupan normal selayaknya sepasang suami istri yang saling melengkapi. Tapi bagaimana pun, laki-laki yang menikahinya itu sangat lain dari apa yang dia bayangkan. Sosoknya terlihat berbeda, mungkin terlalu hiperbola jika Sekar mengatakan Ndoro itu terlihat sangat agung. Namun, begitulah kenyataanya sosok Ndoro Karso di mata Sekar yang baru mengenalnya selama beberapa bulan ini.

Di permukaan Ndoro Karso nampak sempurna dan tentu saja suami idaman. Sekar tidak mengelak akan hal tersebut. Tapi di balik semua itu, jujur Sekar masih menaruh sedikit keraguan di hatinya. Dia benar-benar hati-hati, dalam satu hal ini karena ini menyangkut kehidupannya kedepan. Sekar sendiri sulit menjelaskan maksud hatinya. Bukan karena belum menerima Ndoro sebagai suami, bukan. Hanya saja, mungkin dia butuh sedikit waktu lagi. Sedikit lagi untuk lebih menyakinkan hatinya jika jalan yang dia ambil adalah jalan yang benar dan tidak menyesatkan di kemudian hari. Yang terpenting, jangan sampai menerima Ndoro sebagai suami menjadi penyesalan terbesar Sekar selama hidup.

Ndoro Karso naik keatas ranjang dan menepuk pelan kaki Sekar. Sekar yang awalnya melamun langsung menoleh pada sang Ndoro.

"Ndoro kapan masuk?"

"Kamu memikirkan apa Nduk, sampai saya masuk tidak sadar?"

"Ndoro pakai baju. Sudah tua, masuk angin nanti." Ucap Sekar saat melihat Ndoro Karso yang tidak memakai baju dan hanya memakai celana pendek naik keatas ranjang.

"Siapa yang siang tadi bilang mau mijitin?" Jawab Ndoro Karso sambil menyerahkan minyak urut ketangan Sekar.

Sekar langsung cemberut, dia fikir Ndoro itu lupa ternyata masih ingat.

"Pakai lotion ya Ndoro, jangan minyak."

"Kenapa?"

"Baunya nempel dimana-mana nanti."

Mendengar itu Ndoro Karso mengembalikan minyak urut dan meraih lotion di atas meja rias milik Sekar.

"Jangan itu Ndoro, mahal. Masa mau di pakai pijat." Ucap Sekar lagi saat Ndoro Karso menyerahkan lotion pada Sekar.

"Tidak papa, nanti kalau habis saya belikan lagi."

Ndoro Karso langsung tengkurap di hadapan Sekar. Minta Ndoro Putri itu segera memijat badannya. Jangan pura-pura lupa dan banyak alasan.

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang