BAB 3: BUAH NAGA DARI NDORO KARSO

49K 3.4K 43
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Sekar menghela nafasnya dengan bosan. Biasa bekerja dan tiba-tiba menganggur tentu saja Sekar hampir mati kebosanan. Apalagi dia tidak memiki teman disana, dia merasa benar-benar bosan. Ingin melakukan sesuatu tapi bingung melakukan apa.

Tiba-tiba dia melihat buliknya pulang dengan mengendarai sepeda. Entah sepeda dari mana dia tidak tau.

"Ngapain di luar Kar?" tanya Harti saat menurunan belanjaan di keranjang depan sepedanya. Dia melihat Sekar duduk termenung di depan rumah.

"Bulik pulang belanja?" tanya Sekar lagi.

"Iya ini." Jawab Harti sambil menunjukkan belanjaan di tangannya.

"Paklik kemana?"

"Tadi katanya mau keluar ada urusan."

"Ini sepeda siapa Bulik?" tanya Sekar lagi sambil menunjuk sepeda yang tadi dinaiki oleh Harti.

"Punya tetangga, kemarin ada tetangga yang nawarin soalnya nganggur. Lumayan bisa di pinjam, dari pada jalan kaki kemana-mana." Jawab Harti lagi.

"Aku pinjam buat jalan-jalan ya Bulik?" Ucap sekar dengan semangatnya.

"Yo wes pakai saja. Tapi jangan jauh-jauh, nanti nyasar."

"Iya Bulik," jawab Sekar lalu mulai menaiki sepeda yang tadi dipakai buliknya dan meninggalkan rumah untuk jalan-jalan di sekitar.

Sekar berkeliling melihat perkebunan dan pemandangan di desa. Tiga belas tahun tidak pulang, bahkan Sekar hampir tidak punya ingatan apapun tentang tempat itu. Kecuali suasana, Sekar tidak mengingat yang lainnya. Sekar memang tidak tinggal di desa, sejak kecil dia lahir dan tumbuh di kota. Namun saat ayah dan ibunya dulu bercerai, ayahnya memutuskan untuk tinggal di desa itu dan ibunya pergi entah kemana. Sejak saat itu Sekar tinggal dan di sekolahkan oleh bulik dan pakliknya di Jakarta. Sesekali dalam setahun saat libur sekolah tiba Sekar selalu datang mengunjungi sang ayah namun tidak tinggal lama disana.

Sekar sampai di sebuah perkebunan buah naga yang buahnya besar-besar dan bisa dilihat dengan jelas dari jalan. Beberapa orang keluar dari kebun itu dengan membawa keranjang-keranjang berisi buah naga penuh yang segar-segar. Kemungkinan mereka baru saja memanen buah naga tersebut dan akan menjualnya.

Ingin sekali rasanya, Sekar membeli beberapa kilo karena dia memang menyukai buah naga. Tapi apa berani, dia sama sekali tidak mengenal siapapun disana. Atau besok saja dia akan mengajak buliknya untuk minta tolong dibelikan buah naga itu. Iya lebih baik begitu saja.

"Kenapa hanya diam disini?"

Sekar langsung menoleh saat mendengar suara seseorang bertanya. Ketika ditoleh ternyata sudah ada seorang laki-laki yang tengah berdiri dengan sebuah tongkat di tangannya. Kapan datangnya, kenapa dia tidak sadar. Apa karena terlalu asik memperhatikan buah naga sampai tidak menyadari jika seseorang datang.

"Maaf Pak, kalau saya mengganggu. Saya hanya lihat-lihat," ucap Sekar dengan gugupnya. Dia takut dicurigai atau apa. Karena berdiri lama di depan kebun seseorang.

Namun, yang awalnya Sekar fikir laki-laki itu menghampirinya karena ingin memarahinya ternyata dia salah. Laki-laki itu justru tersenyum tipis.

"Kamu mau buah naga?" tanyanya lagi sambil menunjuk tumpukan keranjang buah naga yang sudah ada di depan mereka dan siap diangkut.

Tanpa ditanya dua kali, tentu saja Sekar mengangguk. Ditawari sesuatu yang dia inginkan kenapa tidak, batin Sekar.

"Itu sudah dibeli orang. Kalau kamu mau buah naga, kamu bisa memetiknya sendiri di dalam." Ucap laki-laki itu pada Sekar.

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang