BAB 24: UPAH PIJAT

39.6K 3.9K 171
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Sekar membuka matanya, masih setengah sadar. Dia melihat punggung seseorang berbaring membelakanginya. Saking terkejutnya, spontan saja Sekar langsung menendangnya begitu saja.

Bugh ...

Sekar langsung bangun dengan terkejutnya. Dia menoleh kebawah dan semakin terkejut lagi saat melihat siapa yang baru saja dia tendang.

"Enten nopo to Nduk?" (Ada apa) Ucap Ndoro Karso saat bangun dari jatuhnya. Tidak marah ataupun kesal karena sudah di tendang sembarangan oleh Sekar.

Sang Ndoro justru kembali keatas ranjang dengan santai.

"Kalau main bola, nggih di lapangan to Cah Ayu ampun ten (jangan di) kasur," ucap Ndoro Karso lagi.

"Ndoro kenapa pulang?"

Sekar tidak menghiraukan  ucapan Ndoro Karso dia justru balik bertanya. Masih setengah linglung, karena bangun dengan terkejut. Bayangkan saja, Sekar yang bangun tidur tiba-tiba melihat punggung laki-laki yang tidur satu ranjang dengannya. Padahal seingatnya Ndoro Karso tidak pulang. Tanpa fikir panjang, Sekar langsung menedangnya sampai jatuh. Ingin membuktikan jika dia tidak senang bermimpi. Dan ternyata benar, dia tidak bermimpi. Dan yang dia tendang barusan sepertinya memang Ndoro Karso, suaminya.

"Pitakonan nopo niku?" (Pertanyaan apa itu) jawab sang Ndoro lagi masih dengan nada santainya. Dia pulang kerumahnya sendiri. Apa hal tersebut masih harus di tanyakan alasannya. Apa yang salah dengan dia pulang kerumahnya sendiri.

Ndoro Karso kembali memejamkan matanya. Tidak seperti biasanya dia akan bangun sangat awal. Pagi ini, Ndoro Karso akan bermalas-malasan sebentar. Karena jujur saja tubuhnya lelah dan dia kurang tidur semalam.

"Ndoro, Ndoro kapan datang? Terus kok bisa masuk kedalam kamar padahal kamarnya ku kunci. Ini betulan Ndoro kan? Bukan jin yang nyamar-nyamar jadi Ndoro Kan?" Cerocos Sekar panjang lebar.

Tuk ...

Ndoro Karso menyentil bibir Sekar pelan. Kenapa bisa bicara sengawur itu. Dari mana juga Sekar dapat imajinasi seperti itu.

Sekar langsung menyadari sesuatu. Hei, baju tidurnya pendek. Sekar langsung menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap sang Ndoro dengan tajam.

"Kenapa?" Tanya Ndoro Karso tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Saya juga sudah lihat semalaman suntuk." Imbuhnya lagi, semakin membuat Sekar ingin sembunyi saja saking malunya.

"Ndoro ngapain juga sih pulang," Sekar mengulangi pertanyaan bodohnya.

"Nggih terserah saya to Nduk. Rumah-rumah saya, masa mau pulang saja harus pakai alasan."

"Yaaa tapi kan..." Sekar tidak melanjutkan ucapannya. Benar juga ini rumah sang Ndoro. Kalau Ndoro mau pulang ya sah-sah saja.

"Besok-besok meski saya di kamar, kamu boleh kok pakai baju pendek. Saya kan tidak larang," ucap Ndoro Karso yang bisa melihat kekesan Sekar. Dia juga bisa menebak kenapa istrinya itu kesal.

"Tidak mau," ucap Sekar, dia ingin turun dari ranjang. Namun, Ndoro Karso sudah lebih dulu menahannya.

"Meski hidangannya belum boleh di cicipi, tapi sah-sah saja kan kalau di pandangi. Sebelum di cicipi memang harus di pandangi dulu kan." Kekeh Ndoro Karso lagi. Sekar yang mendengar itu langsung berfikir jauh kemana-mana. Apa maksudnya. Hidangan apa, dirinya maksudnya. Kenapa Ndoro itu cabul sekali ucapannya.

"Sini tidur lagi," ucap Ndoro Karso menarik pelan tangan Sekar dan memaksanya kembali tidur.

"Sudah pagi Ndoro, bangun." Ucap Sekar  lagi. Tumben sekali Ndoro itu, jam segini masih ada di dalam kamar. Tidak segera bangun.

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang