BAB 31: NDORO BUTUH PEWARIS

37.8K 5K 364
                                    

Jangan lupa tekan bintang sebelum baca !!! !

SELAMAT MEMBACA
***

Sekar langsung pergi ke halaman, saat di beritahu oleh Mbok Sugeng jika ada orang datang mengantarkan sepeda.

"Sepedaku Ndoro," ucap Sekar sambil berjalan kearah sang Ndoro.

"Nggih," (iya) jawab sang Ndoro sambil memperhatikan mobil pick up yang baru saja mengantarkan sepeda itu keluar dari pekarangan rumahnya.

"Coba ya Ndoro," ucap Sekar sambil berjalan menuju sepeda yang terparkir di teras pendopo.

"Masih panas Nduk, nanti sore." Ndoro Karso mencegah Sekar yang ingin menaiki sepeda barunya.

"Mana panas, orang sudah teduh kok." Sekar menatap kearah langit.

"Itu kamu yang berdiri di bawah pohon mangga. Geser sedikit, biar kena panas." Jawab Ndoro Karso lagi. Sambil menggeleng melihat istrinya yang kadang tidak jelas itu.

Sekar hanya tertawa pelan dengan tingkahnya sendiri. Dia tidak jadi mencoba sepeda barunya, dia hanya melihatnya dari dekat.

"Ndoro beli, berapa harganya?" tanya Sekar sambil tangannya membuka plastik-plastik yang menempel di sepedanya.

"Kalih yuto, pundi artone menawi ajeng digantos." (dua juta, mana uangnya kalau mau diganti) ucap sang Ndoro lagi sambil mengulurkan tangannya pada Sekar.

Sekar langsung menoleh, apa baru saja dia di minta uang ganti sepeda. Apa Ndoro itu serius barusan.

"Nanti ya Ndoro, kalau suamiku panen terus ngasih uang lagi. Nanti tak ganti uang sepedanya. Atau kalau tidak sabar nunggu aku ganti, Ndoro minta sama suamiku. Dia kaya, tapi kadang suka pelit." Ucap Sekar sambil tertawa pelan.

Ndoro Karso yang mendengar dirinya baru saja di kritik pelit oleh Sekar, hanya bisa menggeleng pasrah. Jika ada fitnah kejam menimpanya itu hanya jika dia di katakan pelit.

"Sepeda baru ya Ndoro Putri?" Tejo yang baru datang turun dari motornya dan langsung parkir di dekat sepeda milik Sekar.

"Iya dong, memangnya kamu tidak punya sepeda baru."

Jawab Sekar dengan santainya pada Tejo. Rewang setia sang Ndoro itu sama sekali tidak tersinggung dia justru tertawa pelan. Dia tau jika Ndoro Putri itu memang suka bercanda dan sangat blak-blak an orangnya.

"Ehhh Jo, kamu mau kemana?" tanya Sekar saat Tejo turun dari motornya. Dan ingin masuk kedalam rumah.

"Kedalam Ndoro, tadi Mbok Sugeng minta di belikan kelapa. Ini mau di antar ke Simbok." Tejo mengangkat bungkusan di tangannya.

"Kalau kamu nanti ketemu suamiku, bilang Jo mintakan uang buat ganti uang sepeda ya," ucap Sekar dengan santai seperti apa yang dia katakan bukan sesuatu yang aneh. Tapi Tejo, tentu saja bingung. Sang Ndoro berdiri di sana, lalu suami yang mana lagi yang di maksud Ndoro Putri itu.

"Lha niku lak Ndoro to Ndoro Putri," Ucap Tejo sambil menunjuk sang Ndoro dengan jempolnya.

"Sudah Jo, masuk sana. Jangan di hiraukan," Ndoro Karso melambaikan tangannya meminta Tejo untuk pergi. Jangan memperdulikan ucapan ngawur Sekar. Tejo pun pergi masih dengan wajah bingungnya.

"Sudah to Nduk, kok sukanya ganggu Tejo. Lihat dia kebingungan itu lo. Sukanya kok usil," ucap sang Ndoro memperingatkan Sekar.

"Aku tidak usil Ndoro, kan cuma minta tolong siapa tau nanti di dalam ketemu suamiku."

"Lha saya sudah di sini ini, apa bukan suamimu to Cah Ayu?" ucap Ndoro Karso masih dengan sabarnya.

"Ya kalau memang suami, harusnya tidak minta ganti uangnya. Orang membelikan istrinya sendiri kok minta uang gantinya. Lucu Ndoro ini."

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang