SELAMAT MEMBACA
***
"Kamu kapan pulang ke pondok Rat?" tanya Sekar pada Ratih yang malam itu membantunya membereskan pakaian-pakainnya dan memasukkan semuanya ke dalam koper. Setelah minggat selama tiga minggu, besok Sekar akan pulang. Jika ditanya apa alasan Sekar pulang setelah berbagai pengusiran dilakukan oleh buliknya namun sama sekali tidak mempan. Sekarang justru ingin pulang dengan sendirinya. Tentu saja karena dia harus melihat keadaan suaminya memastikan dia sehat dan alasan yang paling utama karena uangnya sudah habis. Jadi dia harus pulang.
"Minggu depan Mbak," jawab Ratih.
Sekar mengangguk, masih satu minggu berarti liburan adik sepupunya itu.
"Ikut Mbak ke desa yuk, lumayan satu minggu liburan di sana."
Ratih yang mendengar itu sebenarnya tertarik untuk berlibur ke desa kakak sepupunya itu tapi waktunya tidak tepat kalau sekarang. Dia ingin menghabiskan satu minggunya bersama orang tuanya sebelum kembali ke pondok.
"Enak di desa. Ndoro Karso punya kebun strawberry nanti kalau kamu ke desa Mbak bawa panen strawberry kita gunduli kebunnya Ndoro. Ada melon juga, buah naga juga ada. Di rumah Mbak banyak pohon buah juga, seru pokoknya kalau kamu liburan ke sana." Sekar menjelaskan dengan detail, semakin membuat Ratih ingin pergi.
"Liburan selanjutnya saja Mbak, aku ke desanya Mbak Sekar. Ini mau puas-puasin sama ibu bapak dulu."
"Yasudah pokoknya kapan kamu mau ke sana kamu kabari Mbak," Ucap Sekar pada Ratih.
"Ehhh, suaminya Mbak Sekar itu orangnya seperti apa?" tanya Ratih dengan penasarannya. Pasalnya dia belum pernah bertemu dengan suami kakak sepupuya itu. Saat Sekar menikah, Ratih ada di pesantren jadi tidak hadir.
"Ya seperti itu, memangnya mau seperti apa. Makanya ayo ke desanya Mbak nanti lihat sendiri."
"Dia baik atau galak. Mbak Sekar pernah dimarai tidak selama di sana?"
"Kayanya sih baik. Tidak galak juga, Mbak belum pernah dimarai."
"Masih ganteng atau sudah tua, kata ibu usianya empat puluh ya."
"Iya, lumayan lah pokoknya. Kalau di bawa jalan orang-orang tidak akan menyangka kalau usianya sudah banyak." Jawab Sekar sambil terkekeh.
"Uangnya banyak juga tidak?" bisik Ratih dengan pelan.
Sekar justru tertawa dengan keras mendengar pertanyaan Ratih.
"BANYAK BANGET." Ucap Sekar dengan pelan dan penuh penekanan.
Ratih mengangguk, mendengarkan jawaban dari kakak sepupunya itu sedikit banyak Ratih mulai paham seperti apa sosok manusia yang namanya sering dia dengar namun orangnya belum pernah dia temui itu. Ratih tidak lagi bertanya dia lalu melanjutkan kegiatannya membantu Sekar membereskan baju-bajunya.
Harti masuk ke kamar Sekar membawa sebuah kotak berukuran sedang yang entah apa isinya.
"Besok bawa ya, oleh-oleh buat orang rumah." Ucap Harti lalu menyerahkan kotak itu pada Sekar.
"Tidak usah Bulik, biar dimakan Ratih saja nanti." Ucap Sekar pada Harti.
"Ratih sudah Bulik belikan sendiri. Kamu minggat tiga minggu masa pulang tidak bawa apa-apa. Bawa pokoknya besok." Ucap Harti memaksa.
Mau tidak mau Sekar pun membawanya. Meskipun bawaannya sudah banyak tapi tambah kotak satu masih sanggup.
Harti melihat barang bawaan Sekar besok, hanya menggeleng tak habis pikir. Keponakannya itu waktu datang hanya membawa satu ransel berisi beberapa lembar pakaian. Lihat sekarang, kenapa ransel itu berubah menjadi satu koper besar. Sebenarnya apa saja yang dibeli Sekar selama tiga minggu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...