BAB 41: KEJADIAN MASA LALU

42.8K 5K 192
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** .

Sekar sedang membongkar tas berisi pakaiannya dari rumah. Dia sampai di rumah bulik dan pakliknya siang tadi. Dan setelah istirahat Sekar baru sempat beres-beres. Parmin dan Harti yang melihat kedatangan Sekar yang tiba-tiba tentu saja merasa terkejut. Tidak ada kabar apapun, tiba-tiba keponakannya itu sudah ada di depan rumah mereka. Parmin dan Harti tentu saja merasa curiga, namun menahannya untuk tidak bertanya dan membiarkan Sekar agar istirahat terlebih dahulu.

Sekar membuka tas ingin merapikan pakaiannya. Tapi hal pertama yang dia lihat di dalam tas membuat dirinya merasa heran. Karena seingatnya dia tidak memasukkan benda itu semalam. 

Sekar mengambil amplop coklat yang entah siapa yang memasukkannya  ke sana. Tapi sepertinya Ndoro Karso karena siapa lagi yang bisa menyentuh tasnya itu selain sang Ndoro. 

Jika begitu, Sekar bisa menebak apa yang ada di dalam amplop coklat itu. 

"Kapan Ndoro masukkan uang ini," gumam Sekar saat benar membuka amplop coklat di dalam tasnya tadi ternyata berisi sejumlah uang. Kenapa juga Ndoro Karso memberinya uang padahal dia tidak minta. Dan lagi, sang Ndoro tidak mengatakan apapun saat dia ingin berangkat tadi.

"Dasar aneh," cibir Sekar lirih pada sikap Ndoro Karso yang aneh. Memasukkan uang kedalam tasnya tadi tidak mengatakan apapun. 

Tok... Tok...Tok... 

Sekar langsung menoleh, kearah pintu kamar yang diketuk. Setelah menyimpan uang, Sekar langsung berdiri dan membuka pintu. Ternyata ada Harti di sana. 

"Keluar dulu Kar, Paklik mau bicara." Ucap Harti pada Sekar. Sekar mengangguk dan mengikuti buliknya. 

Di ruang tamu, Parmin sudah menunggu kedatangan Sekar dan Harti. 

"Duduk Nduk," ucap Parmin pada Sekar.

"Kamu sehat?" tanya Parmin untuk pertama kalinya. 

"Sehat Paklik," jawab Sekar dengan santai. 

"Ndoro tau kamu kesini tadi?" gantian Harti yang bertanya. 

Sekar langsung terkekeh pelan. Apa buliknya pikir dia minggat tadi sampai Ndoro tidak tau.

"Taulah Bulik, tadi malam sudah pamit. Malah dikasih sangu juga. Aku tidak minggat ya Bulik, masa ada orang minggat diantar," jawab Sekar lagi. 

Harti mengangguk dengan paham benar juga apa yang dikatakan oleh keponakannya itu. Keponakannya tadi datang diantar oleh sopir sang Ndoro jadi tidak mungkin minggat. 

"Terus kesini mau apa. Bukannya Bulik dan Paklik ini tidak senang kamu datang. Tapi kenapa datang tiba-tiba seperti ini.Tidak memberi kabar lebih dulu, pasti ada sesuatu kan?" ucap Parmin dengan seriusnya.

Sekar lagi-lagi mengangguk, membuat Harti menatapnya dengan cemas. Memang dia datang punya tujuankan, tidak datang hanya karena iseng.

"Aku mau tanya sama Paklik juga Bulik dan kalian harus jawab serius." Ucap Sekar sambil menatap Parmin dan Harti dengan lekat. Seolah menyampaikan jika dia tidak sedang bercanda kali ini. 

Parmin dan Harti hanya saling pandang merasa bingung dengan apa yang ingin ditanyakan oleh keponakan mereka itu. 

"Mau tanya apa Kar?" tanya Parmin. 

"Dulu Paklik pergi katanya ada pekerjaan di luar kota. Terus setelahnya aku sama Bulik pergi ke desa. Paklik ternyata di sana dan ayah meninggal. Kata Paklik ayah meninggal karena sakit. Paklik bohongkan waktu itu?" 

Parmin dan Harti saling pandang, tidak menyangka sama sekali jika kedatangan Sekar yang tiba-tiba akan membahas perihal itu. 

"Paklik dan Bulik jawab jujur, tidak boleh bohong lagi!!!" ucap Sekar dengan penuh penekanan. 

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang