BAB 23: UJIAN NDORO KARSO

40.7K 4.8K 206
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
"Masa sih Jo, Ndoro Karso tidak pernah membawa perempuan kerumah ini?" Tanya Sekar dengan tidak percayanya. Pagi ini, dia mengganggu Tejo yang tengah menyapu halaman belakang dengan pertanyaan-pertanyaan tidak pentingnya. Untung saja, Tejo itu sabar menjawab semua pertanyaan sang Ndoro Putri meski sejak tadi apapun yang di katakan Tejo seolah tidak di percaya.

"Betul, Ndoro Putri. Masa ya saya bohong." Ucap Tejo dengan sabarnya.

"Bisa saja kan. Kamu kan orang kepercayaan Ndoro." Ucap Sekar dengan santainya.

Tejo hanya tersenyum maklum jika memang Ndoro Putri itu tidak percaya dengan ucapannya dia bisa apa.

"Kalau di luar bagaimana Jo?" Tanya Sekar lagi. Kalau Ndoro itu tidak pernah membawa perempuan pulang bisa saja kan mereka bertemu di luar.

"Maksude pripun Ndoro Putri?" (Maksudnya bagaimana) Tejo masih belum faham dengan maksud pertanyaan Sekar.

"Ndoro pernah ketemu perempuan tidak di luar. Pacarnya bukan urusan bisnis ya."

Tejo langsung menggeleng.

"Nanti kamu yang tidak tau Jo," ucap Sekar lagi.

"Saya ini selalu ikut, mengantar Ndoro kemanapun Ndoro pergi. Masa iya, saya tidak tau. Saya tau siapa saja yang di temui Ndoro di luar sana." Jelas Tejo lagi.

"Di rumah tidak ada. Di luar juga tidak. Masa sih Jo?" Ucap Sekar lagi. Entah kenapa dia ini belum juga percaya jika sang Ndoro tidak pernah mencari perempuan lain setelah perceraiannya. Dan itu membuatnya penasaran. Apa benar Ndoro itu seperti itu. Saking setianya atau memang belum bisa melupakan mantan istrinya. Lalu jika seperti itu kenapa bercerai. Sekar kesal dengan banyaknya pertanyaan di kepalanya. Belum terjawab satu. Kenapa sudah muncul pertanyaan lain. Membuat repot saja.

"Yasudah kalau tidak percaya sama saya, coba tanya sama Mbok Sugeng saja." Ucap Tejo pada akhirnya.

Sekar langsung terkekeh pelan, kemarin dia juga meragukan Mbok Sugeng dan wanita tua itu juga mengatakan hal yang sama. Coba tanya Tejo saja.  Memang begitu keadaan sebenarnya atau mereka kompak menutupi kelakuan sang Ndoro.

***
Setelah puas berbincang dengan Tejo, Sekar memutuskan untuk masuk kedalam rumah. Dia berjalan dengan santai sambil sesekali bersenandung pelan. Di tangannya ada sebuah jambu biji yang hanya sisa setengah dengan bentuk tidak beraturan. Sudah jelas itu hasil karya gigi Sekar sendiri.

"Nduk teng mriki," (kesini) ucap Ndoro Karso sambil melambaikan tangannya pada Sekar.

Mendengar itu, bukannya mendekat Sekar justru menggeleng dan ingin langsung pergi.

"Di maturi mriki kok, malah mau pergi kemana itu." (Di bilangin kesini)  Ucap Ndoro Karso lagi.

"Ada apa Ndoro?" Tanya Sekar. Namun tetap masih tidak mendekat.

Akhirnya Ndoro Karso yang mengalah, berjalan mendekati Sekar. Benar-benar menguji kesabaran bicara dengan Ndoro Putri yang satu itu.

"Kenapa to Ndoro?" Tanya Sekar lagi.

"Kamu itu lo Nduk, kalau di panggil susahnya minta ampun." Ucap Ndoro Karso pada Sekar.

"Tupai saja tidak jatuh kelubang yang sama dua kali. Aku ya khawatir kalau tiba-tiba Ndoro sentil-sentil lagi. Trauma dapat KDRT lagi " Ucap Sekar pada Ndoro Karso dengan wajah cemberutnya.

Ndoro Karso langsung tertawa pelan. Apalagi mendengar perumpamaan Sekar yang sepertinya sedikit janggal itu.

"Keledai Nduk, sejak kapan ganti jadi tupai."

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang