SELAMAT MEMBACA
***
Ndoro Karso mengusap tangan Sakar yang ada di atas perutmya. Entah bagaimana posisi tidur Ndoro Putri itu. Masih bertahan dengan gaya baling-balingnya. Ndoro Karso mematap langit-langit kamarnya. Dalam keheningan dia mencerna semua yang mereka bicarakan tadi. Lalu dia menoleh kearah Sekar, istrinya itu sudah tidur sejak tadi. Tapi sang Ndoro sendiri justru masih terjaga sama sekali tidak bisa memejamkan matanya.Sudah hampir jam tiga dini hari, tapi Ndoro masih belum juga tidur. Ingatannya kembali pada obrolannya tadi bersama Sekar.
Flash back on
"Ndoro mau anak?"
Ndoro Karso yang mendengar itu, tidak perlu di tanya dua kali. Langsung saja dia mengangguk.
"Apa masih harus di tanyakan hal seperti itu Nduk?" Tanya sang Ndoro langsung.
"Anak untuk apa?" Tanya Sekar lagi.
"Untuk mewarisi sawah-sawah saya," jawab Ndoro Karso dengan asal. Sebenarnya, pertanyaan Sekar ini menurutmya aneh. Memangnya anak untuk apa, tentu saja untuk meneruskan keturunan. Memiliki anak adalah keinginan semua orang. Apalagi Ndoro, yang sudah lama hidup sendirian. Dia tentu saja menginginkan anak-anak yang akan meramaikan rumahnya yang sepi itu. Apa seperti itu saja harus di tanyakan.
"Berarti sebenarnya sekarang Ndoro ini sudah tidak butuh anak lagi. Kan sawahnya sudah di kasih ke aku semua." Ucap Sekar dengan gembiranya.
"Nggih mboten ngoten konsepe Nduk," (ya tidak begitu konsepnya Nduk) ucap Ndoro Karso dengan pasrahnya. Sekar langsung tertawa dengan lepas. Apalagi melihat wajah sang Ndoro yang ketara sekali kecewanya.
Ndoro yang sadar jika Sekar hanya mempermainkannya, merasa jengkel. Perlu di beri pelajaran sepertinya Ndoro Putri yang satu ini agar jera.
"Sudah bicaranya lanjutkan pijatnya sampai pagi jangan berhenti," ucap Ndoro karso pada Sekar. Anggap saja sebagai hukuman karena Sekar sudah berani mempermainkan dirinya. Apa Ndoro Putri itu tidak tau jika mempermainkan orang tua bisa kualat nantinya.
"Sudah Ndoro, lelah." Keluh Sekar lagi. Yang benar saja, pijat sampai pagi.
"Lanjutkan," ucap Ndoro Karso lagi tanpa mau mendengarkan keluhan Sekar.
Sekar langsung menggerutu, karena merasa sang Ndoro yang berubah menyebalkan.
"Batal saja anaknya, Ndoro bikin kesal."
"Hemmm." Kali ini Ndoro Karso tidak serius menanggapi ucapan Sekar. Karena sudah tau jika Sekar hanya bercanda.
Sekar meraih dompetnya di bawah bantal. Dia menarik dua lembar uang seratusan dari sana. Lalu menempelkannya di punggung sang Ndoro.
"Tidak mau mijat sampai pagi. Lelah, ini saja aku kasih uang. Ndoro pijat sama orang. Aku ngantuk," Sekar langsung merebahkan tubuhnya di sebelah Ndoro Karso.
Ndoro Karso yang melihat Sekar sudah berhenti memijatnya, lalu bangun. Mengambil uang yang ada di punggungnya.
"Loh, malah tidur. Terus bagaimana pertanggung jawabannya ini?"
"Itu kan sudah kuganti uang Ndoro. Ganti bentuk tanggung jawabku. Sudah kan?"
"Bukan yang itu Nduk."
"Lha mana lagi, kok Ndoro minta tanggung jawab semua-semuanya ke aku sih. Kan harusnya Ndoro yang bertanggung jawab sama aku." Ucap Sekar dengan sedikit kesal.
Ndoro Karso yang mendengar itu langsung terkekeh pelan.
"Lha saya ini kurang tanggung jawab nopo melih to Nduk?" (Apa lagi) tanya Ndoro Karso.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomansYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...