keempat~

49 3 0
                                    

Pukul 18.55 sore..

Rion tengah berada di kamar adik perempuannya. Kalau ia tidak disuruh oleh Rania, mana mau ia masuk ke kamar yang bernuansa putih dan biru. Sedangkan ia lebih suka dan terbiasa dengan warna hitam dan abu abu.

"Kamar lu terang banget, matiin lampunya" suruhnya pada Raya.

"Engga ah, gelap. Emangnya kayak Abang idupnya ga berwarna" ejek Raya membuat Rion mendengus kesal.

"Udah ah, lu mau di bantu apaan? Buru gue sibuk"

"Alay lo sok sibuk banget, nih abang bagian gunting pitanya. Sesuaikan sama ini" ucap Raya memberikan 2 roll pita dan gunting pada Rion.

Tiba-tiba perut Rion berbunyi meminta makan.
"Duh laper.. Mana Bunda gak masak lagi, mager banget masak"

"Tenang, kakak pesan gofood tadi. Nih, ada jajan kesukaan Abang juga. Kurang apa lagi hah?"

Senyum Rion merekah.
"Gitu dong, btw lampu lu redupin dikit kek. Terang banget"

Raya menghela nafas berat. Ia berjalan ke pojok kamarnya dan sedikit mengurangi cahaya lampu di kamar itu.

"Nah anjay"

Keduanya mulai mengerjakan proyek mereka hingga larut malam. Mereka baru selesai pukul 02.45 dini hari.

"Wah selesai, gas login bang"

"Gas! Jangan beban lu, beban gua kick"

"Iye iye ah! Ngeremehin bet lo"
.
.
.
.
Keesokan harinya..

Raya menjahili adiknya yang baru saja ia marahi karena merusak lampu tidurnya.

"Maaf kakak.. Adek janji ga ulangin lagi.."

"Maafin ga ya?"

"Ayo lah kakak.."

"Kalau kakak ga mau maafin, gimana?" goda Raya pada Royan.

Mata Royan berkaca-kaca.
"Kakak.."

Raya menahan tawanya.

"Heh malah di gituin, nangis loh ntar adek nya loh" setelah Rania mengucapkan itu Royan langsung menangis.

"Huaa Bunda.. Kakak ga mau maafin adek nda.."

"Wkwk canda dek, iya kakak maafin" Raya memeluk Royan.

"Bunda, Kakak nyusul Ghea ya"

"Iya hati-hati"
.
.
.
.
.
Seseorang datang ke toko Raya dan Ghea. Berpakaian cukup rapi dan aura mahalnya sangat terasa. Serta bodyguard di belakang wanita itu sedikit membuat Ghea dan Raya sedikit takut.

"Selamat datang kakak, ada yang perlu di bantu?" tanya Raya.

"Saya mau beli buket bunga yang 44 tangkai ada? Warna maroon"
Ucap wanita itu.

"Oh ada ada kak, kebetulan ini sisa satu. Kemarin cuma buat 2 soalnya hehe" jawab Ghea.

"Boleh deh itu, kalian masih anak sekolah ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh deh itu, kalian masih anak sekolah ya?"

Raya dan Ghea mengangguk bersamaan.

"Wah rajin sekali, keren banget kalian. Biasanya di luaran sana anak muda kaya kalian masih minta orang tua wkwk"

"Haha iya kak, biar ga terlalu beban. Oh iya ada tambahan aksesoris lagi kak?"

Wanita itu mengangguk.
"Bisa, yang itu deh. Berapa jadinya?"

"Buketnya 850 ribu di tambah aksesoris nya 20 ribu jadi totalnya 870 ribu kak"

Wanita itu mengeluarkan kartu.
"Bisa bayar pakai debit engga?"

"Tentu, ini kak silakan"

"Oke sudah, oh iya. Kayanya toko kalian bakal jadi toko langganan saya deh, soalnya design bagus sama tempatnya juga bersih ga berantakan. Panggil saya Kak Yunnan aja ya, kakak permisi dulu" Yunnan melambaikan tangannya lalu menaiki mobil.

"Eh keknya tu orang seleb deh, udah keliatan dari auranya soalnya wkwk"

"Iya deh, lumayan banget masih baru buka udah dapet 800 ribu"

Ghea dan Raya berpelukan.

To be continue~~

Next bab isinya dikit aja yaa.

Palingan cuma hari dimana Raya marah karena atm nya ga sengaja di block sama Ayah trus balik di marahin sama Abang rion

Family Pohon Cemara (Guanren place) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang