keenammm

40 2 0
                                    

1 bulan kemudian..

Rania sedang datang bulan. Kebetulan pembalutnya juga habis, jadi ia akan meminta tolong ke anaknya atau suaminya.

"Siapapun tolong beliin nda pembalut dong! Udah bocor ini"

Berharap anak dan suaminya mengerti, justru keempatnya malah jadi sibuk sendiri.

"Aduh Abang pengen boker, bentar Bunda!" ucap Rion berlari ke kamar mandi.

"Oh iya lupa, kakak harus ke toko nyusul Ghea! Pamit dulu"
Raya mengambil tas dan kunci motornya lalu beranjak pergi.

"Lah Ayah tadi mau ke rumah pak RT nyari kayu"

Kini giliran si bungsu.

"Hehe, adek, beliin dong"

"Tapi nda-"

"Eish, ga ada penolakan. Nih Bunda kasih uang, bilang yang ada sayapnya ya. Sisanya buat adek royan aja deh"

Senyum Royan langsung terukir lebar.
"Oke!" anak itu langsung berlari ke luar rumah.
.
.
.
.

Malam hari..

Keluarga kecil itu sedang berkumpul di ruang keluarga seperti biasa.

Tidak ada pembicaraan, hanya sibuk dengan dunia masing-masing.

"Ekhem, ada yang mau graduate nih besok. Mau masuk kuliah jurusan apa bang?" tanya Raya tiba-tiba.

"Gak tau, paling jurusan Hukum atau enggak jurusan Bisnis" jawab Rion tanpa menoleh.

"Mending Bisnis aja Bang, biar kalau lulus bisa langsung kerja jadi bos di perusahaan Opa"

"Jangan, mending jurusan Hukum aja"

"Gak! Pokoknya Ayah mau abang masuk jurusan Bisnis"

"Tapi Bunda ga mau gimana dong?"

Perdebatan antara 2 orang itu masih tetap berlanjut. Membuat Raya dan sang Abang pusing mendengarkan. Namun tidak dengan Royan.

"Alah udah! Ribut bener, kek pasar aja. Ya itu urusan Abang mau masuk jurusan mana"

"Bener, abang masih bingung milih yang mana"

Tak lama setelah mereka hening, orang tua Rania dan Gani datang.
Ibu dan Mama serta Bapak dan Papa.

"Selamat malam cucu cucu Oma"
Sapa Mama Gani.

"Oma!" Royan langsung berlari memeluk Mama Gani.

"Nenek ga di peluk juga?"

"Ada Raya yang peluk Nenek"

Gani juga ingin ikut.
"Eh Mama Ayah itu, jangan deket deket kalian"

"Gani! Emang ner bener kamu dari dulu ya, ga pernah berubah. Selalu aja ngeselin" keluh Mama Gani.

"Wkwk marahin Ma, emang kurang ajar itu Gani. Tiap hari cuma jail mulu sama anaknya" adu Rania pada mertuanya.

"Hahaha, kamu gimana nak? Sehat aja kan?"

"Sehat banget dong Bu, Ma. Liat, badan Rania jadi lebih berisi"

Mama Gani mencubit pelan pipi Rania.
"Ih gemes banget kamu tuh dari dulu, seneng deh. Eh iya, denger-denger Rion mau lulusan ya besok? Wah cucu oma yang pertama udah mau kuliah aja"

"Wkwk iya Oma, doain ya semoga Abang sukses selalu"

"Pasti dong, ini Nenek sama Oma beli makanan banyak buat cucu cucu Oma sama Nenek"

"Wah fiks kakak mau yang choco mint!" ucap Raya.

"Dih gua duluan paan si!"

"Apaan itu punya gue! Balikin gak lo?!" ucap Raya.

"Gak mau, orang gua duluan yang ngambil" Rion masih tak mau mengalah.

"Hah emang ya, rebutan terus kalian tuh. Bagi dong, kan besar itu"

Rion tetap kekeh menolak. Rania melotot membuat nyali Rion menciut.
"Hehe, nah. Awas lu minta lagi, ga bakal gua kasih"

"Iye iye ah, tolong ambilin boba itu dong"

Rion memberikan segelas minuman boba pada adiknya.

"Thank you Abang"

To be continue~~

Hadeh..😌

Tiap hari kalau ga rebutan sesuatu ya ribut, itu itu aja kerjaan Abang adek ini.

Untung udah pada gede, coba kalau toddler, babyblues malahan wkwk.

Tombol vote nya jangan lupa fi klik ya bos

Family Pohon Cemara (Guanren place) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang