09 : Disappearing Act

553 116 98
                                    

“Bisa jadi, apa yang tampak seperti gangguan adalah kesempatan untuk menemukan sesuatu yang lebih penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bisa jadi, apa yang tampak seperti gangguan adalah kesempatan untuk menemukan sesuatu yang lebih penting.”

༺‎☘︎༻

Di dalam kelas 10 IPS-1, suasana sudah jauh dari kata tenang. Suara obrolan, tawa, dan keluhan bersatu dalam keriuhan khas remaja yang tak kenal hening. Seakan ada energi yang meluap-luap, memenuhi ruangan dengan kebisingan yang bercampur.

Di barisan depan, beberapa siswa tampak berkutat dengan buku pelajaran, dan sesekali terdengar suara mereka yang berbisik, seakan mencoba menjelaskan konsep yang mereka tidak sepenuhnya pahami. Tak jauh dari sana, seorang siswi perlahan membuka kotak makan siangnya, mengunyah dengan ritme pelan sambil sesekali melempar pandangan ke depan papan tulis yang masih kosong. Sementara itu, di sudut ruangan, dua siswi sibuk meratakan cushion pada wajah mereka, sesekali tertawa kecil di antara perbincangan soal riasan yang mereka coba-coba.

Di sisi lain kelas, Hanin, sang bendahara, mulai bergerilya, menjalankan tugasnya. Sasarannya kali ini, Bara, yang duduk di bangku belakang, tampak jelas berusaha menghindar.

"Bara, lo belum bayar uang kas," tegur Hanin sambil menepuk bahu Bara yang segera tertawa canggung.

"Aduh, nanti deh, Nin. Lagi bokek nih," jawab Bara dengan senyum masam, berharap terbebas dari kewajiban sementara.

Hanin memutar matanya dengan gemas, "Nanti-nanti terus! Bayar sekarang, Bar!" suaranya tegas, tak memberi ruang tawar-menawar.

Di sudut lain kelas, sekumpulan siswi duduk melingkar, asyik menatap layar ponsel yang menampilkan episode terbaru dari sebuah anime. "Eh, kalian udah nonton episode baru Shingeki no Kyojin belum?" tanya salah satu di antara mereka.

"Belum! Jangan spoiler!" seru yang lain cepat-cepat menutup telinga.

"Tapi sumpah, Eren di episode terakhir itu, gila banget!" Yang lain melanjutkan. "Aku sampai gak bisa berhenti mikirin."

"Ya ampun, pasti makin seru!" balas temannya, matanya berbinar. "Tapi aku lebih penasaran sama Jujutsu Kaisen. Gimana ya kelanjutan pertarungan Itadori?"

Percakapan itu terus bergulir, terlarut dalam kegembiraan yang hanya bisa dimengerti oleh penggemar anime sejati.

Di tengah semua keributan, Kajesha duduk diam memandangi kearah jendela yang memperlihatkan langit mendung di luar. Rasa bosan mulai merayapinya meski suasana kelas begitu hidup. Bagi Kajesha, semua itu hanya bising tanpa makna. Dia menghela napas, berusaha mengusir rasa jenuh yang menekan.

"Achel," panggil Kajesha pelan pada Rachel, sahabatnya yang duduk di sebelah. "Keluar yuk? Ke kelas Kia aja. Di sini sumpek banget."

Rachel menoleh, senyumnya langsung merekah seakan itu adalah ajakan yang sudah ditunggu-tunggu. "Ayo," balasnya cepat, tak perlu berpikir dua kali.

GAHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang