10 : Midnight Chase

864 124 39
                                    

Di basement rumah sakit yang redup, suara mesin motor besar Gahar menggema pelan saat lelaki itu memarkirkan motornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di basement rumah sakit yang redup, suara mesin motor besar Gahar menggema pelan saat lelaki itu memarkirkan motornya. Gahar melepas helmnya, sebelum melirik ke belakang. Kajesha, yang duduk di belakangnya, masih belum bergerak dari posisinya. Gahar menghela napas pelan, lalu turun terlebih dahulu, menapakkan kaki ke lantai sebelum mengangkat tubuh Kajesha dan menurunkannya dengan hati-hati.

Dari kejauhan, Haidar muncul dengan setelan dokter yang rapi, disertai Harsa yang berlari tergesa-gesa menghampiri mereka. Tatapan mereka segera terfokus pada Gahar. Begitu melihat kehadiran kedua kakaknya, Kajesha langsung berlindung di belakang Gahar.

"Mana adek gue?" tanya Harsa.

Gahar menyingkirkan tubuhnya, memberikan jalan bagi Kajesha untuk terlihat. Sebelumnya, gadis itu hampir sepenuhnya tersembunyi di balik postur tubuh tinggi Gahar.

"Sha, astaga," Haidar menghela napas panjang penuh kekhawatiran. "Kakak pikir kamu hilang," katanya dengan perasaan campur aduk.

Kajesha meremas jaket Gahar dengan cemas. "Aku mau pulang," katanya pelan.

Haidar hendak memberikan jawaban, tetapi Harsa lebih dulu menyela, "Ayo pulang sama gue." Dia menoleh pada Haidar. "Bolos kontrol sekali nggak apa-apa kan?” tanyanya, lebih menuntut persetujuan daripada sekadar bertanya.

"Iya, kita pulang sekarang," jawab Haidar yang akhirnya mengalah. Raut wajah Kajesha seketika berubah ceria, kemudian dia meninggalkan Gahar dan segera memeluk lengan Harsa dengan penuh semangat.

Kajesha mendongak dengan mata berbinar. "Kakak beliin aku es krim dulu ya?"

"Sure, gue gak bisa nolak permintaan lo,” kata Harsa sambil mengusap rambut Kajesha, senyum penuh kasih tergurat di wajahnya.

Kajesha melompat kegirangan, sorot kedua matanya penuh keceriaan. Sementara itu, Haidar kembali menatap Gahar, "Terima kasih atas bantuan kamu," ucapnya.

"Gak perlu berterima kasih, Dok," kata Gahar dengan nada santai. "Kajesha juga junior saya," tambahnya, sebelum beralih menatap Kajesha yang kini berceloteh riang. Kajesha yang beberapa saat lalu tampak murung kini jadi bersemangat, seolah-olah dunia telah berubah menjadi lebih cerah di sekelilingnya.

Haidar berpamitan dengan anggukan ringan, bersiap untuk membawa Kajesha pulang. Sebelum masuk ke mobil, Kajesha melambaikan tangan kecilnya ke arah Gahar, senyum lebar terpancar di wajahnya.

"Jangan lupa ajak aku ke Mr. DIY!" serunya. "Sampai ketemu besok di sekolah!"

Gahar hanya mengangguk sambil berusaha menahan senyum yang hampir muncul di sudut bibirnya. Begitu mobil Haidar meninggalkan area basement, Gahar kembali mengenakan helmnya. Suara mesin motor yang berat kembali hidup, memecah keheningan sebelum dia melaju keluar dari basement.

Motor besar itu melaju di sepanjang jalan kota Jakarta, melintasi lalu lintas yang padat dengan kecepatan yang stabil. Lampu lampu jalan dan gedung gedung tinggi menyala di sekitar, sementara angin malam yang sejuk menerpa wajahnya. Jalanan yang tadinya sibuk perlahan menyusut menjadi lebih sepi ketika Gahar menuju basecamp SALVADOR.

GAHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang