24 : The Truth

580 104 47
                                    

Kajesha menatap bangunan di hadapannya dengan mata berbinar, terpesona oleh bentuk arsitekturnya yang unik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kajesha menatap bangunan di hadapannya dengan mata berbinar, terpesona oleh bentuk arsitekturnya yang unik. Di sebelahnya, Gahar baru saja melepas helm, lalu mengacak rambutnya yang sedikit berantakan. Mereka baru tiba di sebuah studio kerajinan.

"Keren banget," gumam Kajesha, suaranya penuh kekaguman.

Gahar hanya tersenyum tipis sebelum menggenggam tangan Kajesha, membawanya memasuki studio. Di dalam, suasana hangat menyambut mereka, ditemani aroma tanah liat dan suara pottery wheel yang berputar. Seorang lelaki duduk di depan pottery wheel yang berputar, sedang fokus membentuk sebuah vas yang tampak hampir sempurna.

"Gue pikir lo gak bakal dateng, Har," sapa lelaki itu dan beranjak berdiri.

Gahar tertawa kecil, "Gue udah bilang, Bang, kalau ada waktu luang, gue bakal mampir."

Alaric mengangguk. "Lo ajak siapa nih? Cewek lo?" tanyanya, matanya bergeser pada Kajesha yang sibuk mengagumi gerabah gerabah cantik di setiap sudut ruangan.

Sebelum Gahar sempat menjawab, Kajesha melambaikan tangan dengan ceria. "Hai, kak. Aku Kajesha, juniornya kak Gahar di Rajawali."

Alaric membalas sapaan itu dengan anggukan ringan. "Alaric," jawabnya singkat, lalu melirik ke arah hasil karyanya. "Lo suka?"

Kajesha mengangguk cepat, matanya berkeliling lagi pada rak rak penuh karya seni. "Suka. Dulu kecil aku cuma bisa lihat Bunda buat piring, guci, dan lainnya. Ini semua kakak yang buat?"

"Lebih tepatnya gue dan tim, tapi karena sekarang weekend, mereka lagi istirahat," jelas Alaric. Dia tersenyum, lalu mengajukan tawaran yang membuat Kajesha terbelalak senang. "Mau coba bikin?"

Kajesha melirik Gahar yang hanya mengangguk ringan, seolah memberikan lampu hijau. Tanpa ragu, Kajesha menyetujui tawaran itu dengan semangat yang tak bisa disembunyikan.

Alaric mengambil dua apron dari gantungan, menyerahkannya pada Kajesha dan Gahar. "Pakai ini, biar gak kotor," ucapnya.

Setelah mengenakan apron, mereka duduk di kursi kayu yang berhadapan dengan pottery wheel. Kajesha menatap roda di depannya dengan campuran rasa penasaran dan gugup, tangannya sudah mulai basah oleh sedikit tanah liat. Dia mencoba memutar roda dengan pedal di kakinya, tapi gerakannya terlalu cepat sehingga tanah liat di depannya berantakan.

Alaric tertawa kecil melihat usaha Kajesha yang kikuk. "Mau gue bantuin?"

Sebelum Kajesha sempat menjawab, Gahar sudah bangkit dari tempatnya dan mendekat. "Gue aja yang bantu," ujarnya. Dia lalu duduk di belakang Kajesha, tubuhnya yang tinggi hampir menutupi Kajesha sepenuhnya.

 Dia lalu duduk di belakang Kajesha, tubuhnya yang tinggi hampir menutupi Kajesha sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GAHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang