22 : Plans in Motion

457 97 53
                                    

Gahar memarkirkan motornya di basement, melepaskan helm dengan gerakan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gahar memarkirkan motornya di basement, melepaskan helm dengan gerakan cepat. Suara mesin rendah dari sebuah mobil yang baru saja melintas bergema di ruang parkir yang sepi, memantulkan bunyinya di antara dinding beton. Dia meletakkan helm di atas tangki motor, bersiap melangkah, namun langkahnya tertahan ketika matanya menangkap sosok yang baru keluar dari mobil itu.

Kiara.

Kemudian, seseorang yang tak asing baginya ikut keluar—Gibson, ayahnya.

Dada Gahar mengencang. Amarahnya mulai mendesak keluar, memanaskan nadinya. Tangannya mengepal kuat kuat saat dia melihat Gibson menunduk dan mencium kening Kiara. Pemandangan itu menyulut kemarahan yang beberapa hari ini dia coba kendalikan.

Ketika Kiara menghilang di balik pintu gedung, Gahar melangkah cepat, langkahnya penuh dengan emosi yang bersembunyi di balik wajah dinginnya. Dia mendekati Gibson yang berdiri santai, seolah tak ada yang salah.

"Hebat, Pak Gibson. Pintar sekali Anda menyembunyikan kebenaran," suara Gahar terdengar rendah. "Entah kebohongan apa lagi yang Anda simpan. Gak heran kalau Anda bisa membohongi banyak orang—termasuk Kiara."

Gibson menatapnya, alisnya sedikit terangkat. Tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Gahar melanjutkan. "Apa sekarang Anda merasa bangga? Berhasil memperdaya semua orang? Atau mungkin lebih puas saat anak anak Anda masih percaya pada semua kebohongan Anda?"

Gibson menarik napas dalam, suaranya tetap tenang meskipun udara di antara mereka terasa tegang. "Gahar, kamu salah paham. Apa yang kamu lihat bukan seperti yang kamu pikirkan. Saya hanya ada urusan bisnis dengan ayahnya—"

"Fuck your lies," potong Gahar dengan dingin, matanya menyala marah. "Kiara masih minor. Di mana akal sehat Anda?"

"Saya tahu kamu marah, tapi hidup ini tidak sesederhana yang kamu bayangkan. Kadang kadang, pilihan yang kita buat tidak mudah dipahami dari luar. Tapi itu tidak berarti saya membohongi anak anak saya," ucap Gibson.

Gahar menggeram pelan, matanya masih terpaku pada pria di hadapannya. Gahar mendekatkan dirinya. "Anda selalu punya jawaban, selalu ada alasan untuk segala hal, kan?" Dia menjeda. "Tapi jangan pikir saya juga sebodoh itu buat telan semua kebohongan Anda. Pak Gibson, Anda pikir saya gak tahu apa yang sebenarnya terjadi?"

Gibson hanya menatapnya, bibirnya sedikit tertarik seolah mencoba menjelaskan, tapi Gahar tak memberinya kesempatan. "Anda bisa bilang apa aja buat membela diri. Bisnis? Pilihan sulit? Itu semua cuma alasan basi. Anda gak pernah peduli pada saya, Gavis, bahkan Kak Gehlee. Anda hanya peduli pada diri Anda sendiri, pada reputasi, dan pada permainan kotor yang Anda sembunyikan di balik topeng itu."

Gahar menarik napas, menahan amarah yang bergolak di dalam dadanya. "Pak Gibson, teruslah hidup dalam kebohongan Anda. Tapi jangan berharap saya akan duduk diam sementara Anda menghancurkan semua yang saya pedulikan."

GAHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang