“Jaraknya hanya satu sentuhan, bukan berarti menyatu.”
༺☘︎༻
Gahar bersandar di depan pintu kelas, satu tangannya masuk dalam saku. Matanya setengah tertutup, menikmati angin yang berhembus pelan di lorong sekolah. Di kejauhan, langkah cepat seseorang terdengar mendekat, dan begitu tiba, raut wajahnya penuh dengan kekesalan yang tak bisa dia sembunyikan.
"Gak ada habis-habisnya anak-anak baru bikin ulah," keluh Jayden dengan suara serak. "Pagi-pagi tadi dua cewek ketahuan pakai kaos kaki pink. Satu lagi bawa tempat make up. Terus, yang cowok-cowok, baru aja tadi ada yang ketahuan ngerokok di rooftop. Heksa langsung ngeciduk mereka. Dan siapa lagi yang harus beresin semuanya? Gue, lagi-lagi gue, Bos."
Gahar terkekeh pelan, menepuk pundak Jayden. "Sibuk juga lo hari ini."
Jayden menghela napas berat, tangannya terangkat mengusap wajah. "Gue nyesel jadi OSIS, Bos. Pekerjaannya gak ada habisnya."
"Bawa santai aja," balas Gahar tenang.
"Gue lihat anak kelas 10 angkatan sekarang mukanya spek cewek-cewek komik, bukannya seru bisa cuci mata?" Naraka yang baru tiba menyela, senyum jail menghiasi wajahnya.
Jayden melirik Naraka dengan tatapan datar. "Cewek mulu otak lo. Tapi, ada benarnya juga, Rak."
Naraka tertawa kecil, menyisir rambutnya dengan tangan. "Apalagi cewek-cewek yang lo hukum bersihin aula, pasti bikin hari lo sedikit lebih cerah, kan?"
Jayden tertawa setengah hati, namun sebelum dia bisa membalas, Heksa tiba dengan napas sedikit tersengal. "Harusnya gue tahu kalian di sini," katanya, menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "Ada laporan dari Auriga Belvan Pasifik, katanya, gelang temennya hilang di sekitar aula," lanjutnya.
Gahar mengangkat alis, "Gelang kaya gimana?"
Sastra yang baru tiba dengan tergesa menambahkan, "Anak itu bilang gelangnya mahal, apa ya namanya tadi? Pandawa? Atau Pandawara? Gue lupa, Bos. Yang jelas, gelang itu katanya bisa buat beli satu cafe racer."
"Pandora, Tra," ralat Heksa. "Ada inisial 'K' di gelangnya," tambahnya dengan lebih pasti.
Gahar menepuk pundak Heksa. "Thanks buat infonya, Sa," ucapnya singkat, sebelum berdiri tegap dan melangkah pergi.
"Lah, Bos? Mau ke mana?" Jayden bertanya, bingung.
Gahar menoleh sekilas. "Balikin gelangnya." Lalu ia pun pergi tanpa menunggu tanggapan.
Tersisa yang masih ada di sana hanya bisa saling lempar pandang, kebingungan. "Ada yang ngerti nggak maksudnya?" tanya Sastra akhirnya, memecah keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAHAR
Teen FictionGahar Radjaksa Malik mendapat suara terbanyak atas predikat siswa paling berbahaya di SMA Rajawali karena menyebabkan halusinasi dan kegilaan akut hanya dengan sesederhana menatap sepasang matanya. Menyandang status sebagai El Presidente of Salvador...