༺☘︎༻
5:15 PM, Pondok Indah.
Motor besar Gahar berhenti di depan sebuah rumah besar dengan pagar besi tinggi yang menjulang. Kajesha menekan kedua tangannya pada bahu Gahar saat turun, pada saat itu lututnya tanpa sengaja menyenggol jaket kulit lelaki itu itu, membuatnya meringis kecil. Mendengar itu, Gahar segera melepas helmnya, menoleh, dan melihat Kajesha membungkuk, memperhatikan kakinya.
"Kenapa, Sha?" tanya Gahar begitu dia turun dari motor.
Kajesha bangkit berdiri dan menatapnya. "Gapapa, kak," jawabnya sambil menggeleng pelan, meski wajahnya tampak menahan nyeri. Tangannya terangkat untuk melepas helm, tetapi gerakannya kikuk. Gahar, memperhatikan usahanya yang kesulitan, langsung mengambil alih dan membantu melepaskan helm dari kepalanya.
"Makasih kak, udah mau anterin aku. Lain kali aku traktir deh," ujar Kajesha dengan senyum kecil. "Aku masuk dulu. Kakak hati-hati di jalan, jangan terlalu ngebut."
Gahar mengangguk, matanya tak lepas dari Kajesha. Saat gadis itu berbalik untuk melangkah pergi, Gahar dengan cepat meraih lengannya. Kajesha terkejut dan hendak bertanya, tapi Gahar lebih dulu menariknya menuju kursi panjang berwarna putih yang ada di dekat mereka.
"Duduk," perintahnya. Kajesha menurut, meski masih bingung dengan tindakannya. Gahar berlutut di hadapannya, lalu menggulung kaus kaki kanan Kajesha ke bawah hingga memperlihatkan luka gores di lututnya.
Kajesha segera menutup lukanya dengan tangan. "Kak, pulang aja. Aku gerah, pengen cepat mandi," katanya terburu-buru, mencoba bangkit berdiri. Namun, baru saja dia mengangkat tubuhnya sedikit, Gahar menahan lengannya, membuatnya kembali duduk.
"Lo jatuh di mana?" tanya Gahar, nada suaranya mulai serius.
"Kak, aku mau masuk—"
"Jawab gue, Kajesha," potong Gahar, matanya yang kecokelatan tajam menatap ke arahnya. Kajesha terdiam, terjebak dalam tatapan yang tak memberinya pilihan lain selain jujur.
"Aku jatuh di dekat parkiran, waktu aku lari mau samperin kak Heksa," kata Kajesha pelan, suaranya nyaris seperti bisikan.
Raut wajah Gahar berubah, mendadak menjadi dingin, rahangnya mengeras. Mata kecokelatannya menyipit, menilai setiap kata yang keluar dari bibir Kajesha.
"Heksa?" ulang Gahar dengan nada rendah, namun ada nada tajam yang menyertai. "Kenapa lo harus lari buat samperin dia?"
Kajesha menggigit bibir bawahnya, sedikit cemas dengan perubahan nada suara Gahar. "Aku cuma tanya keberadaan kakak. Ada kak Javi dan teman kakak yang lain juga kok. Itu aja. Gak ada yang lain," jawabnya cepat.
Gahar menatapnya, masih dengan wajah yang sulit ditebak. "Gak harus lari, Sha, lo bisa panggil dari jauh, nanti mereka berhenti."
Kajesha mengangguk perlahan. "Aku ngerti, kak," gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAHAR
Teen FictionGahar Radjaksa Malik mendapat suara terbanyak atas predikat siswa paling berbahaya di SMA Rajawali karena menyebabkan halusinasi dan kegilaan akut hanya dengan sesederhana menatap sepasang matanya. Menyandang status sebagai El Presidente of Salvador...