PROLOG

3.1K 304 134
                                    

DISCLAIMER!

1. Keseluruhan cerita murni hasil imajinasi penulis, jika ada kesamaan nama tokoh, latar ataupun dialog yang familiar, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

2. Cerita bersifat fiktif, tolong jangan menyangkut-pautkan karakter pemeran dalam cerita ini dengan kehidupan asli idol.

3. Jika kamu shipper phobic, vsoo phobic, membahas diluar topik tentang ceritaku, dan dibawah umur, tolong tinggalkan cerita ini.

4. Mengandung kekerasan seksual, memicu emosi, dewasa, dan bahasa kasar lainnya.

5. Tidak menerima plagiarisme dalam bentuk apapun.

bacanya sambil dengerin lagu di mulmed biar makin gacorrr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bacanya sambil dengerin lagu di mulmed biar makin gacorrr

༺‎☘︎༻

Ting!

"Welcome to the Cup O'Jane Cafe."

Suara bel di pintu kafe berdenting pelan, menandai kedatangan seseorang. Seorang gadis dengan rambut panjang tergerai bebas memasuki ruangan, matanya berkelana sejenak. Senyum manis muncul di sudut bibirnya ketika akhirnya pandangannya bertemu dengan sosok yang dia cari.

"Kajesha, gue di sini!"

Kajesha menoleh dan melambaikan tangan saat mendengar namanya dipanggil. Dia membenahi tas branded yang tersampir di bahunya sebelum melangkah mendekati seorang gadis yang duduk di meja terdepan, tepat menghadap panggung kecil di sudut kafe.

"Maaf ya, Achel, aku tadi kena macet parah. Jadi, kamu nunggu lama deh," ucap Kajesha sambil melepas napas panjang, tubuhnya akhirnya mendarat di kursi yang telah disediakan.

Rachel mengangguk. "Santai aja, Sha. Malam Minggu memang selalu bikin jalanan macet," jawabnya dengan pengertian. Ia melirik sekeliling kafe yang tampak ramai. "Lihat aja, kafenya juga penuh. Untung kita masih dapat tempat yang nyaman."

Kajesha mendengus pelan, matanya menyapu ruangan yang dipenuhi oleh pasangan-pasangan muda. "Iya, ramai banget yang pacaran di sini." Pandangannya berhenti pada gelas berisi chocolate milkshake di hadapannya. "Ini minuman aku, kan?"

Rachel mengangguk sambil tersenyum. "Iya, sesuai pesanan lo tadi. Kebetulan baru diantar, jadi masih cantik bentukannya," ujarnya ringan.

"Oh iya, aku belum beli keperluan MPLS. Kamu udah?" tanya Kajesha, sambil menyesap minumannya.

Rachel mengangkat bahunya sedikit. "Gue juga belum, Sha. Rencananya, gue mau beli nanti sepulang dari sini. Lo mau ikut?"

"Mau, Achel!" jawab Kajesha, matanya berbinar, menyambut tawaran itu dengan antusiasme.

Ting!

"Welcome to the Cup O'Jane Cafe."

Bel pintu masuk berdenting lagi, kali ini diiringi oleh kedatangan seseorang yang kehadirannya sulit diabaikan. Serentak, para gadis yang tengah duduk bersama pasangan mereka sontak menoleh, terpesona oleh sosok baru yang memasuki ruangan. Kajesha tak terkecuali. Matanya melebar, tak berkedip, saat aroma segar yang maskulin menguar di udara, menyapa indera penciumannya dengan lembut.

"Jesha!" Rachel menjentikkan jari tepat di depan wajah Kajesha, berusaha mengembalikan sahabatnya ke dunia nyata. "Jangan lebay deh," katanya, menggeleng pelan.

"Sebentar, Chel..." Kajesha mengabaikan protes itu, tatapannya tetap terpaku pada lelaki yang kini tengah berbicara dengan barista. "Mata aku gak bisa pura-pura biasa aja kalau lihat cowok seganteng itu. Apalagi dia tuh paket lengkap, tinggi, wangi, ototnya gak lebay kaya si Risky Ridho penyanyi dangdut itu..." Suaranya merendah, menahan pekikan yang melonjak. "... tipe aku banget, kan?" tanyanya dengan semangat, nyaris berbisik.

"Lo bilang gitu ke semua cowok ganteng yang lo lihat sekilas di jalan," ujar Rachel, memutar matanya dengan ekspresi tak terkejut lagi. "Balik dari sini, lo pasti langsung lupa gimana mukanya," tambah Rachel, yang sudah paling tahu bagaimana Kajesha.

"Tapi kali ini beda!" Kajesha menggeleng cepat, senyum kecil bermain di bibirnya. "Chel, kamu lihat deh! Ganteng banget, aku gak tahan, pengen samperin terus ajak ke KUA," ucapnya dengan antusias, sambil menunjuk foto yang baru saja diambilnya kepada Rachel.

Rachel membelalakkan matanya, "Sha, yang bener aja, lo sampe-"

"Sebentar ya, aku harus punya sosmed dia," potong Kajesha tiba-tiba.

"Gue belum selesai ngomong, Sha," ujar Rachel, tapi Kajesha sudah melangkah cepat menuju sekumpulan lelaki di pojok kafe. "Jesha!" seru Rachel, menepuk keningnya dengan frustrasi. Melihat Kajesha benar-benar menghampiri pria itu, Rachel hanya bisa memutar tubuhnya dan meringis malu, berharap lantai kafe bisa menelannya saat itu juga.

Tak lama kemudian, Kajesha kembali ke tempat duduknya. Baru setelah itu Rachel dapat bernapas lega. Rachel memperhatikan raut wajahnya yang muram, dengan alis tertaut penuh tanya. Tapi, dalam hatinya, Rachel sudah bisa menebak hasilnya bahkan sebelum Kajesha pergi.

"Gak dikasih, kan?" tanya Rachel yang diangguki lemah oleh Kajesha. "Lagian, Sha, mereka beda banget sama cowok-cowok jamet yang suka tebar pesona di luar sana. Sosmed aja gak dikasih, apalagi hatinya. Muka-muka kayak kita ini mungkin bukan selera mereka," sambungnya.

Kajesha mendengus, tapi senyum kecil mulai muncul di sudut bibirnya. "Ya, memang gak dikasih. Dia cuek banget! Tapi..." Kajesha berhenti sejenak, menahan diri sebelum melanjutkan dengan mata berbinar, "Aku tadi ngintip ke buku catatannya yang ada di meja, terus kebaca nama lengkapnya deh." Kajesha akhirnya tak bisa menahan kegembiraannya, wajahnya kembali berseri-seri.

Rachel hanya menggeleng pelan. "Yah, seenggaknya ada hasil yang bisa lo bawa pulang," kekehnya. "Anw, siapa namanya?" tanya Rachel penasaran.

Kajesha menatap Rachel dengan sorot mata penuh kegembiraan. Sesaat kemudian, Kajesha mengangkat bahunya. "Nanti aku kasih tahu namanya setelah aku buat permohonan," katanya. "Kalau Achel tahu sekarang, bisa-bisa Achel nikung aku."

Rachel hanya bisa tertawa kecil, gelengan kepala mengiringi senyumnya yang tertahan. "Terserah lo aja, Sha," balasnya.

Kajesha lalu meletakkan ponselnya di atas meja, layarnya masih menyala, menampilkan gambar seorang lelaki yang telah menjadi pusat dari semua pembicaraan ini. Dengan hati-hati, dia memejamkan mata.

"Tuhan," bisiknya pelan, hampir tak terdengar. "Kali ini doanya lebih spesifik-yang seperti Gahar Radjaksa Malik maksudnya!" Kajesha melanjutkan.

༺❀༻

republish 12-08-2024

GAHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang