Ning Nisya

52 0 0
                                    

  Assalamualaikum
Selamat malam guys

Sebelum baca, alangkah baiknya kalian follow dulu.

Jangan lupa juga follow
Fb: Tiara desi r
Ig: @tiara_desi477
Tt: tiaradesi15

Selamat membaca dan jangan lupa berikan dukungan kalian untuk author.

Happy reading

Kami pun kebingungan melihat tingkah dua sahabat itu. Ustadz faiz dengan wajah yang memerah tanpa peci, dan kang Zaim dengan rambut yang sudah berantakan.

"Assalamualaikum." ucapku inisiatif.

"wa Alaikum salam, kalian gak kenapa- napa kan?," Ustadz faiz masih mencerca kami. "Astaghfirullah itu, kaki kamu kok sampai berdarah gitu. Kang ambilin kotak P3k kang, buruan!!" ucapnya dengan muka panik, wajahnya tampak khawatir dengan wajah memerah karena panas. Hidung bangir itu tampak kembang kempis, dengan napas tersengal-sengal. Sebegitunya kah berarti diriku baginya.

"lah, masya allah iya mbak. Itu tadi kenapa?," Aizhaa pun ikut panik karna darah merembes dari kakiku, Bisa jadi aku terkena beling tadi.

Kang Zaim dan Aizha sudah pergi mencari kotak P3K. Ustadz faiz pun masih dengan raut wajah yang panik, dia pun segera melepas imamah yang dia pakai.

"Maaf ini genting! jika tak segera di tangani bisa jadi darahnya merembes terus," ucapnya dengan mata memerah, apakah dia menangis
"Maaf, saya harus melakukan ini."

Ustadz faiz memegang kakiku yang masih terbalut celana dan juga kaos kaki, lalu melepas kaos kaki yang telah robek. Memasangkan imama ke tempat yang luka, perih tak tertahankan. Kenapa aku tidak menyadari ini tadi, Aizha pun sama.

"Tahan, saya akan pasangkan ini ke kaki kamu." ucapnya langsung melebarkan imama yang dia pakai, lalu di pasangkanya ke kaki yang terluka.

"sa...kit tadz " Ucapku menahan sakit.

"Tahan," ucapnya yang langsung ku angguki.

Setelah selesai ustadz faiz memasangkan imamahnya, akhirnya darah berhenti merembes dari kaki ku.

Tanpa sengaja, saat aku melihat ke arah jendela. Ada seseorang di sana, menatapku dan ustadz faiz di dalam.
Ya allah, semoga saja tidak terjadi fitnah di antara kami.

"Assalamualaikum ini ustadz," Kang Zaim menyerahkan kotak P3k kepada ustadz faiz.

"Terima kasih kang."

"Sebenarnya siapa saja yang melakukan semua ini Nia?, selain ning nisya!!"

"Nia tidak tau ustadz. " Ucapku, karna memng aku hanya tahu Ning Nisya ada di antara mereka.

"Apa ini ada kaitanya, dengan ana menolak lamaran kyai khalil waktu itu?." Ustadz Faiz faiz nampak cemas, memandang bergantian ke arahku dan kang zaim.

"Tapi, afwan gus. Menurut ana pilihan ada pada diri antum sendiri, mau itu kejadian ini ada ataupun tidak sangkut pautnya dengan lamaran itu, nanti kit urus akhir. Yang terpenting sekarang, kita fokus pada kesembuhan Nia." Kang Zaim berbicara dengan wajahnya yang tampak lebih tenang daripada ustadz Faiz.

"Tapi, bagaimana kalau nantinya mengancam merek berdua kang!!. Jujur, ini tidak ada alasan untuk mereka ikut campur!" Ustadz Faiz nampak sedikit frustasi karna hal ini, sedangkan aku agak kliyengan memikirkan semuanya. Siapa mereka sebenarnya! Dan kenapa merek menyerang tanpa adanya bukti yang akurat.

  Saat ustadz Faiz dan kang Zaim sibuk memikirkan masalah ini, tiba-tiba.

Brak.....
Aizhaa tampak pinsan menubruk meja di sampingku, ustadz Faiz dan kang Zaim pun panik. Namun, kang Zaim lebih kondusif dalam mengatasinya.

Kang Zaim pun langsung mendekati aizhaa, kemudian mengankat aizha dan menggendongnya. Di keadaan darurat tertentu, memang sangat tidak memungkinkan untuk mencari orang lain.

  Aku pun perlahan mengikuti jalan kang Zaim, dengan gesit ustadz Faiz mengambil mobil untuk segera membawa aizhaa ke rumah sakit.
Setelah memasuki mobil, aku di bagian belakang memangku aizha. Sedangkan dua ustadz berada  di depan.

"Jujur, ana tidak menyangka santriwati kita bisa berlaku seperti ini  gus. Ana kira mereka semua mampu menjalankan ilmu yang mereka dapatkan selama ini gus!! Tapi, nyatanya mereka se parah ini." Kang Zaim menyugar rambutnya dengan frustasi.

"Stop... Jangan menyalahkan diri sendiri kang, ini semua bukan murni kesalahan kita." Ustadz faiz menyetir sembari mengajak kang zain berbicara. Sedangkan aizhaa tak juga kunjung sadar, mobil yang di kendarai ustadz faiz nampak gesit membelah jalan kota jambi.

"Ana menyesal gus, kenapa ana yang menolak tapi mereka berdua yang terkena imbasnya. Sekarang ana bingung, kenapa kok malah Nia san aizhaa yang jadi sasaranya gus?!"

"Nanti saja kang, dan untuk kalian berdua sekarang lebih berhati-hati lagi Nia." Ucap ustadz faiz.

Aku hanya mengangguk sekilas, Aizha tak juga kunjung sadar. Aku masih memangku aizhaa, sembari menahan kaki yang berdenyut nyeri. Sedangkan dua ustadz di depan sudah tak tahu lagi bagaimana bentuknya. Mereka kalut karna memang masalah ini bisa termasuk ke dalam ranah membully, dan jika masalah ini di laporkan maka pasti pesantren yang di salahkan.

Sesampainya di rumah sakit, dengan segera aizhaa di tangani. Sekarang dia mulai sadar, dan duo ustadz mencari makanan untuk kami makan. Karna memang kondisi yang tidak memungkinkan. Kaki ku yang terluka tadi juga di beri perban dan pereda nyeri.

Ustadz faiz dan kang Zaim kembali masuk ke ruangan, membawa makanan untuk aizhaa dan juga aku. Aku pun dengan sigap menyuapi aizhaa, setelahnya aku segera duduk di salah satu sofa untuk makan.

Ustadz faiz tampak berbalas chat di layar gadget nya, sedangkan aizha sudah kembali ku suruh istirahat. Kang Zaim menjemput umi, karna memang setelah ini aku harus kembali ke pesantren. Aku harus mencari tahu, siapa dalang sebenarnya dalam kejadian ini.

Aku masih setia menikmati makanan yang di baw ustadz faiz, sedangkan orang yang membelikan masih setia dengan gadget di tanganya.

"Assalamualaikum, kang ada apa?" Ustadz faiz tampak berbicara di dengan seseorang di dalam telepon, ku taksir adlah kang zaim.

"...."

"Apa, kenapa bisa kang!!! Astaghfirullah, yasudah saya pulang sekarang kang!" Jawab ustadz faiz sedikit kencang, membuatku kaget.

"Nia, sekarang kamu diam di sini dulu ya. Ada sedikit kericuhan di pesantren, dan tutup pintu. Jangan buka pintu selain saya, kang Zaim, dan umi yang datang." Jawab ustadz faiz seperti orang panik.

"Ada apa ustadz..." Tanpa menjawab, ustadz faiz segera berlalu.

Nextt part
Jangan lupa like, comment, and vote ygy.

Thnks you

Ustadzku cinta pertama ku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang