09~Rumah sakit

44 16 1
                                    

-H a P p Y  R e A d I n G-





Klek

Anggun menatap datar seorang perawat wanita yang masuk ke dalam ruang rawatnya dengan membawa sebuah buket bunga.

Perawat itu menaruh buket bunga tersebut di meja, lalu segera pergi karena tidak tahan dengan pemilik ruangan yang terlihat sangat dingin.

"Sampah" Gumam Anggun.

Baru beberapa hari ia di rawat di rumah sakit, entah sudah berapa kali perawat selalu mengantar buket untuknya. Entahlah, ia tidak tahu siapa pengirim buket buket tersebut, ia juga tak ambil pusing.

Klek

"Morning my besti! My bestot! My besjal!"

Anggun menatap malas ke arah Hania yang baru saja memasuki ruangannya dengan suara cetar membahana, lalu di belakangnya muncul dua orang cowok yang tengah membawa sebuah keranjang buah dan buket. Lagi?

Ketiga orang itu  menyempatkan diri menjenguk Anggun sebelum pergi ke sekolah.

"Besjal apaan?" Tanya Gentala menatap Andre.

"Besti dajj*l" Gentala melongo, ternyata ia ketinggalan jaman.

"Pagi Gun, gimana keadaan lo?" Tanya Gentala menaruh buket mawar yang dibawanya di tempat tumpukan buket lainnya berada.

'banyak juga fans ni bocah' batin Gentala menatap tumpukkan buket didepannya.

"Gue tau lo gak buta" jawab Anggun menohok, membuat Gentala memegang dadanya dengan ekspresi tersakiti.

"Ngomongnya gitu amat neng, hati Abang atit tau"

Hania menatap jijik ke arah Gentala, lalu melempari cowok itu dengan sebuah pisang.

"Jijik tau gak!" Cela Hania bergidik.

"Dosa lo, makanan ni! Main buang aja" Balas Gentala memakan pisang yang Hania lempar padanya.

Andre terkekeh, lalu menatap Anggun yang terus menatap ke arah pintu seperti menunggu seseorang.

"Lo udah makan?" Tanya Andre mengalihkan perhatian Anggun.

"Hm"

Andre tersenyum tipis, sepertinya hati Anggun sangat susah untuk diluluhkan.

'seharusnya gue gak mengharapkan kedatangan lo' batin Anggun menatap pintu.

"Lo nungguin siapa?" Tanya Hania sadar Anggun terus menerus menatap ke arah pintu.

"Gak ada" Jawabnya cuek.

"Woi Genta! Kita bawa itu buat Anggun nyet!" Pekik Hania menatap Gentala yang mala memakan buah-buahan yang mereka bawa tadi.

"Ellahh, dikit doang" Balas Gentala biasa saja.

Andre tersenyum tipis, ia tahu jika Anggun sedang menunggu Angga.

"Eh, kita gak bisa lama nih, udah mau telat soalnya" Ucap Genta melirik jam tangannya.

Anggun ikut melirik jam tangannya, sepertinya ia sedikit tidak rela ketiga orang ini pergi karena ia bosan hanya seorang diri.

"Yaudah, kita pamit yah, jaga diri lo!" Pamit Hania memeluk Anggun sebentar, lalu segera keluar di ikuti Gentala dan Andre.

"Gue lupa kalo kalo calon tunangannya  dirawat juga" Gumam Anggun menghela napas pelan.

"Semakin lama, semakin kecil kemungkinan gue bisa miliki lo" Anggun menatap langit-langit kamar rawatnya.

Sebenarnya alasan Anggun menyukai Angga bukan hanya sekedar karena cowok itu tampan atau kaya. Melainkan ada alasan lain yang membuat Anggun begitu kekeh untuk memiliki cowok itu.

"Kanara Mahyariza" Gumamnya seketika terdiam.

"Kok rasanya gue pernah dengar nama itu?" Anggun bertanya pada dirinya sendiri.

Sebenarnya Anggun ingin sekali pulang ke rumahnya namun ia mendapat saran dari dokter untuk tetap dirawat karena ia masih harus menunggu hasil lab tentang kesehatannya.

Klek

"Kenapa kalian balik lag ... i"

Anggun terdiam menatap ke arah pintu dimana terdapat sosok yang sedari tadi ditunggunya.

Angga berjalan mendekat ke arahnya sambil membawa sebuah kotak, namun ia berpikir mungkin itu milik tunangannya, eh maksudnya calon.

"Gimana?" Tanya Angga duduk di kursi sebelah brankar nya.

Anggun menatap Angga tanpa berkedip, bahkan mulutnya sedikit terbuka membuat wajahnya terlihat sangat lucu.

Ada apa dengan cowok ini? Kenapa sikapnya berubah 180° dari biasanya!?

"How about your situation??" Ulang Angga tetap dengan ekspresi datarnya.

Anggun langsung tersadar, lalu membuang wajahnya sambil merutuki dirinya yang tiba-tiba ngeblang akibat terkejut dengan kedatangan Angga yang menurutnya sangat diluar nurul.

"I'm good"

Angga mengangguk pelan, lalu menatap wajah Anggun intens membuat sang empu berusaha bersikap biasa saja walau jantungnya sedang berpesta di dalam sana.

"What are you doing here? Gue mau istirahat" Anggun merutuki dirinya karena melontarkan kata itu.

"Hm"

Anggun menatap Angga yang berdiri dan berjalan pergi meninggalkan dirinya sendirian di kamar rawatnya.

"Mulut sial*n!" Umpatnya memukul mulutnya sendiri.

Padahal ia sangat senang Angga mau datang menjenguknya, namun entah kenapa mulut sial*nnya ini mengeluarkan kata-kata pengusiran seperti itu.

"Huaaaa" rengeknya terus mengumpat.

duk!

Anggun terdiam, ia menatap kotak merah muda yang tak sengaja ia senggol hingga terjatuh.

"Lho? Bukannya ini ...?" Anggun berusaha mengambil kotak berwarna merah muda milik Angga.

Anggun menatap kotak itu lama, apa jangan-jangan cowok itu melupakan kotaknya?

Anggun kembali meletakkan kotak itu di meja, ia yakin bahwa Angga melupakan kotak itu. Tidak mungkin kotak itu untuknya kan? Yah, itu mustahil.

*~*~*





See you next part

•|I'm Not Bad|• [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang