15~Para Pendosa

48 10 1
                                    

-H a P p Y  R e A d I n G-




"Mang, bakso satu yang pedas!"

"Eh Minggu depan pemilik sekolah bakal datang guys"

"Beneran? Akhirnya. Gue udah lama penasaran siapa sih pemilik sekolah kita sebenarnya"

"Guys gue punya gosip yang akan bikin kalian gak percaya!"

"Apa tuch?"

"Ternyata si Anggun gak punya orang tua"

Mereka terkejut, bahkan beberapa pengunjung kantin yang lain sama terkejutnya, lalu satu persatu semua orang di kantin mulai membicarakan perkara tentang orang tua Anggun.

BRAK!

Hening.

Semua aktivitas di kantin terhenti, mereka menatap terkejut ke satu meja yang terdapat seorang cowok yang baru saja mengebrak meja.

Hania menatap Sadewa yang terlihat marah, ia dapat simpulkan kalo cowok itu marah karena semua orang di kantin menggosipkan Anggun.

"Lo tau dari mana dia gak punya orang tua?" Tanya Sadewa menatap satu cewek yang menyebarkan gosip itu.

"Emang benar kan? Kalo emang Anggun punya orang tua, terus kenapa setiap pengambilan raport orang tuanya gak pernah datang?" Ucap siswi perempuan itu remeh.

"Lo gak tau apa-apa, jadi gak usah nyebarin gosip yang gak benar" Ucap Sadewa menatap tajam siswi perempuan tersebut dengan papan nama Renita.

"Emangnya lo tau?" Tanya Reni  menatap sinis Sadewa yang terdiam.

"Gak kan? Jadi gak usah sok nasehatin gue! Lagian nyokap gue sendiri yang bilang kalo orang tua si Anggun itu udah men..."

"...ninggal"

Belum selesai ucapan Reni tiba-tiba terdengar sahutan dari arah belakangnya.

Ia berbalik dan terbelak mendapati orang yang tengah ia bicarakan berdiri sambil menatapnya dingin.

"A-anggun" Gagap Reni menatap takut ke arah orang didepannya yang tak lain adalah Anggun.

"Maksud lo, orang tua gue udah meninggal, gitu?" Tanya Anggun.

Reni gelagapan, ia bingung harus menjawab apa. Mulutnya terasa berat, untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata pun terasa sangat susah.

Sadewa menatap Anggun, ia jadi merasa bersalah karena dirinya Anggun tadi bolos kelas.

"Lo tau dari mana orang tua gue udah gak ada?"

Semua orang di kantin merinding merasakan aura menusuk yang dikeluarkan Anggun.

"G-gue d-dengar d-dari nyokap g-gue" Jawab Reni patah-patah. Anggun mengangguk, lalu ia menatap Nisa semakin dingin.

"Lo tau dari nyokap lo. Berarti nyokap lo pendosa dong karena nyebarin gosip gak benar. Dan seharusnya para mulut pendosa itu harus dimusnahkan biar gak merusak generasi berikutnya"

Semua orang menutup mulut terkejut, mereka menatap Anggun terkejut, begitupun Sadewa dan Hania.

"Gue cuman mau ngasih tahu, kalo anjing yang jinak gak selamanya jinak, bisa aja dia gigit tuannya, dan mungkin omongan nyokap lo tentang orang tua gue yang udah gak ada bisa aja balik arah kan?"

Reni tersulit emosi, ketakutannya seketika hilang digantikan dengan amarah. Bisa-bisanya Anggun mengatakan jika mamanya akan mati.

"Maksud lo ngomong gitu apa sialan!" Murka Reni mendorong Anggun hingga mundur dua langkah.

"ck! Gue gak suka disentuh sama najis" decak Anggun membuat Reni semakin emosi.

"Heh! Sadar lo! Seharusnya lo yang harus dihilangkan dari dunia ini! Karena iblis harus mati! Lo tu najis! Lo pantasnya MATI!"

Hania berdiri dari duduknya, ia tidak suka ada orang yang mengatakan  hal seperti itu pada orang dekatnya.

"Jahat bukan berarti jahat, baik bukan berarti baik. Tapi liat lo dengan entengnya nyebarin gosip tentang orang tua gue, gue nyimpulin kalo najis, tetaplah najis" ucap Anggun tepat didepan wajah Reni.

"Wah! Emang sadar diri itu susah buat orang kayak lo! Kenapa sih lo gak mati aja, biar sekolah ini tenang hah? GUE SUMPAHIN LO BAKALAN MAT..."

PLAK!

Kepala Reni tertoreh kesamping, semua orang terdiam. Anggun menatap Hania disebelahnya, kuat sekali tamparan yang Hania berikan hingga meninggalkan bekas kemerahan di pipi Reni.

"Lo aja yang mati sana! Sampah masyarakat!" Sembur Hania menatap Reni tajam.

Ia sedari tadi menahan gejolak amarah dalam dirinya mendengarkan Reni berkali-kali berucap mati! Mati! Dan mati! Ia jadi geram dibuatnya.

"Apa?! Sakit? Nangis lo?! Belum juga gue sleding ginjal lo!" Sadewa menahan tawa melihat Hania yang bergerak seolah akan menendang Reni.

"Gue bakal laporin lo!" Seru Reni menangis sambil menatap tajam Hania yang memelototkan matanya galak, Reni segera pergi dari sana dengan perasaan malu.

Hania menatap sinis kepergian Reni, lalu menoleh ke samping. Keningnya mengerut. Perasaan tadi Anggun ada disampingnya, tapi kenapa kosong?

Ia menatap Sadewa bertanya kemana Anggun pergi, Bintang menunjuk kearah pintu di mana orang Hania cari sudah melangkah keluar.

'gue terlalu bego belain orang gak punya hati' batin Hania menatap pintu kantin dengan tatapan sendu.

Sebenarnya Hania menampar Reni karena kesal cewek itu terus mengatakan Anggun harus mati, Anggun harus mati, sebagai sahabat, ralat!

Mantan sahabat ia masih memilik sedikit harapan untuk kembali rujuk dengan Anggun namun melihat reaksi Anggun yang tampak bodoh amat sepertinya itu hanya akan sia-sia.

*~*~*







Beri A+ untuk Hania!
👏👏👏

Emang orang kaya Reni tu harus di kasih pelajaran, biar gak makin jadi.

Heran Gembul, orang suka banget ngegosip tapi mereka gak tau apa yang mereka gosipkan.

Untuk Anggun, kalo dari Gembul sih sabar aja, orang-orang kek Reni itu biasanya iri liat kehidupan orang lain lebih baik dari kehidupannya.

And untuk para pembaca cerita 'Anggun', maaf ya kalo alur ceritanya gj😁 Maklum masih pemula,

Kalian cukup kasih masukkan aja, biar Gembul lebih baik lagi nulisya

Jangan lupa tinggalkan
jejak klean




See you next part

•|I'm Not Bad|• [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang