25~Lelah

41 14 2
                                    

-H a P p Y R e A d I n G-










"Saya tidak mau, saya tidak mau berobat"

Dr.Arya mendesis, tidak paham dengan jalan pikir anak jaman sekarang. Bisa-bisanya leukimia stadium tiga hanya dibiarkan begitu saja. Itu bisa sangat mengancam nyawa Anggun.

"Kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu tidak ingin melakukan pengobatan?"

Anggun terdiam, ditatapnya wajah dr.Arya yang menatapnya bingung.

"Karena saya menginginkan ini" Dr.Arya terdiam.

"Karena ini adalah kemauan saya. Saya menginginkan penyakit ini"

Dr.Arya mengusap wajahnya kasar, ditariknya napas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar.

"Dengarkan saya baik-baik Anggun, dari sekian banyaknya pasien yang pernah saya tangani, saya tidak pernah menemui pasien seperti kamu, pertama kali saya bertemu kamu, saya melihat dari mata kamu bahwa kamu adalah seseorang yang kesepian, dan saat melihat kamu marah di ruangan saya waktu itu saya melihat dari mata kamu ada kebingungan disana" dr.Arya memegang tangan Anggun lembut.

"Saya punya seorang teman psikologi, di pernah memberi tahu saya, jika bertemu dengan orang-orang yang selalu ceria, coba tatap mata mereka, kamu pasti bisa melihat seberapa berat luka yang tengah disembunyikan oleh orang yang kamu anggap baik-baik saja"

Anggun mendongakkan kepalanya menatap dr.Arya, matanya memerah, wajah datarnya kini hilang, digantikan kan dengan raut wajah yang sendu.

"Coba katakan, kenapa kamu tidak ingin melakukan pengobatan? Padahal kamu sendiri tahu bahwa leukimia stadium tiga itu sudah termasuk dapat membahayakan nyawa kamu" ucap dr.Arya mengusap lembut tangan Anggun.

Tes

Tes

Tes

Akhirnya, seorang Anggun yang terkenal dingin, jahat, dan angkuh luluh. Anggun menangis, perasaannya campur aduk, dadanya sesak. Selama ini tidak ada orang yang mengerti keadaannya, tidak ada yang mengerti perasaannya.

Dr.Arya tersenyum, lalu berdiri dan mengusap punggung Anggun. Akhirnya dia bisa menaklukan sikap dingin pasiennya ini.

"Saya ... saya hanya mau hidup tenang ..." Ucap Anggun terisak.

"Saya lelah hiks ... saya lelah sama keadaan ... saya lelah jika harus terus menerus jadi antagonis di depan orang lain ..." Anggun terus terisak, inilah yang dia inginkan. Mengeluarkan semua beban yang selama ini dia bawa.

"saya lelah dengan takdir saya ... saya lelah harus pura-pura kuat didepan semua orang ... saya hanya ingin ketenangan ... saya hanya ingin bersama dengan orang yang saya cintai ... saya lelah menyimpan luka ini sendiri" Anggun meremas rambutnya.

"tapi kenapa semua orang-orang yang saya sayangi pergi meninggalkan saya? Setidak pantas itukah saya untuk mendapat kasih sayang mereka? Setidak pantas itukah!?" Anggun memukul dadanya, luar biasa sesak yang dirasakannya.

"Dokter bilang penyakit saya bisa membahayakan nyawa saya kan?" Dr.Arya mengangguk.

"Jika disuruh memilih antara melanjutkan dan berhenti, saya memilih berhenti, saya tidak sanggup lagi menghadapi kerasnya kehidupan"

Dr.Arya terdiam, dia menatap Anggun yang menatapnya sayu.

"Tolong biarkan saya pergi, anda tidak perlu memikirkan keadaan saya lagi"

Anggun mencabut infusnya kasar, dengan sisa tenaga dia berusaha untuk turun dari brankarnya.

"Kamu salah"

Gerakan Anggun terhenti, baru satu kakinya yang berhasil turun, dia menatap dr.Arya.

"Kamu salah jika berpikir tidak ada orang yang sayang sama kamu" ucap dr.Arya membantu Anggun kembali ke brankarnya.

"Sebenarnya kamu tahu, kamu tahu bahwa masih ada orang-orang yang tulus sayang sama kamu, tapi apa? Tapi kamu memilih tutup telinga dan menganggap itu hanya angin lewat" ucap dr.Arya pelan.

"Kamu mungkin tidak tahu, tapi saya yakin, bahwa di luaran sana, banyak orang-orang yang senang bisa melihatmu, banyak orang yang semangat karena kamu, banyak orang yang ingin kamu tetap hidup, banyak orang yang ingin kamu masih bersama mereka, banyak orang yang masih menunggu kepulanganmu, apa kamu tidak memikirkan itu semua?" Lanjut dr.Arya ingin menguatkan gadis didepannya.

Anggun kembali meneteskan air mata. Apa semua yang dikatakan dr.Arya benar adanya? Seketika Anggun langsung teringat bi Iyem, pak Yono, Hania, Angga, Yuni.

"T-tapi ..."

Ceklek

"Anggun"

*~*~*








See you next part

•|I'm Not Bad|• [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang