28 | Kembali

0 0 0
                                    

Semua memang salahku. Pantaskah aku mendapatkan kamu yang sebaik ini?

***

Bagi Jay Malsteen, kepopuleran adalah hal yang tidak boleh mati dari dirinya. Jadi, sudah tidak mengherankan jika ia dikenal oleh hampir semua orang di kampus. Baik mahasiswa-mahasiswi, dosen-dosen, sampai tukang kebun.

Namun, ia sangat heran ada sosok cantik yang baru ia lihat setelah sekian lama ia kuliah di fakultas yang sama. Ia juga heran sosok itu tidak mengenalnya.

Niat pertamanya waktu itu adalah hanya ingin menyapa sosok cantik bernama Mada Awahita itu. Namun, ternyata Mada begitu ramah sehingga ia menjadi suka. Padahal saat itu ia masih berpacaran dengan Dalisay, gadis Jakarta yang tidak kalah cantik.

Hingga alur pun mengalir dengan deras dan cepat.

Setelah waktu itu, semua hal menjadi berantakan itu, Jay masih menemui Mada. Ia ke kos perempuan itu dengan wajah tanpa dosanya mengajak camp.

"Lo kenapa, Da? Gue bakal jelasin semuanya. Gue sama Dalisay—"

"Nggak."

Baru saja pintu dibuka, Mada langsung menutupnya kembali.

Padahal niat Jay waktu itu adalah untuk memperbaiki kesalahannya. Ia dengan Dalisay sudah tidak memiliki perasaan lagi sejak Dalisay mempunyai sifat yang tidak ia sukai.

Lalu, setelah camp selesai, Jay ketemu dengan Mada di kampus. Ia menyapa Mada, menahan perempuan itu, tetapi tangannya diempas.

"Jangan sok kenal sama gue lagi. Kita bukan siapa-siapa," ujar Mada dengan nada dingin menusuk.

Jay tidak menyerah begitu saja. Ia masih berusaha membujuk Mada, tetapi perempuan itu terus mengabaikannya, diam saja, tidak mau mendengarkan cerita dari sisinya, dan terus menghindar sampai Jay malas sendiri.

Akhirnya, laki-laki itu menyerah, membiarkan apa mau perempuan itu. Ia tidak pernah datang lagi. Hingga pertemuan tidak sengaja di parkiran kampus waktu itu, Jay melirik saja. Ingin mengejar, tetapi Mada sudah pergi, ia biarkan saja.

Semua orang tahu, menggunjingkan Mada, menganggap Mada-lah perusak hubungan Jay dan Dalisay. Padahal nyatanya Jay-lah yang membuat kerusakan itu.

Lalu, Manu datang menonjoknya secara tiba-tiba.

"Lo dicariin sama anak lo."

Kalimat yang membuat Jay tidak bisa membalas tonjokan demi tonjokan dari Manu. Lalu, disusul kalimat-kalimat lain yang ingin sekali ia bantah.

"Lo kalau nggak ada rasa sama Mada, jangan menaruh harapan bahkan sampai bikin dia hamil, Anjing! Lo kira dengan kayak gitu bikin lo keren, hah? Dasar, lo emang lebih rendah dari anjing!"

Saat itu, kalimat itu sungguh membuat Jay tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia tidak menyangka jika Mada sampai hamil. Ia ingin menyanggah, tetapi ia ingat dengan malam itu. Hati dan logikanya diam saja meskipun bibirnya tetap menyanggah.

"Gue mau kasih tau lo kalau lo harus tanggung jawab atas apa yang udah lo perbuat terhadap anak orang. Mada hamil. Dan itu anak lo."

Mungkin memang benar ia lebih rendah dari anjing, pikirnya sendiri. Akan tetapi, ia tidak sepenuhnya salah. Saat ia ingin mendekati Mada, perempuan itu malah menghindar, mengusirnya, tidak mau menerimanya lagi.

Lalu, ia terus menolak paksaan Manu dan Manggala untuk menemui Mada. Ia hanya tidak ingin Mada tidak nyaman dengannya lagi. Namun, kalimat yang ia dengar selanjutnya, yaitu,

Growing PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang