Apa lagi? Masih kurangkah semua masalah dan kesedihan yang aku rasakan selama ini?
***
Tepat sekali. Tubuh Mada langsung ditangkap oleh Manu karena robohnya ke depan. Dengan sedikit panik, ia memanggil Manggala yang masih duduk di pos kamling.
Selanjutnya, Manggala datang dengan mobilnya. Manu memasukkan tubuh Mada ke kursi belakang mobil, lalu ia duduk di kursi sebelahnya.
Panas sekali. Tubuh perempuan itu pucat, panas, dan sangat kurus. Berapa hari Mada tidak makan dengan teratur? Firasat dan feeling Manu benar. Ia memang seperti memiliki ikatan dengan mamanya itu meskipun di generasi yang sama.
Sesampainya di rumah sakit besar di kota itu, Manggala dengan inisiatifnya memberi tahu satpam jika ada keadaan darurat. Mereka membawa Mada ke atas brankar dorong, lalu menangani Mada dengan cepat.
Sementara itu, Manu menunggu di kursi tunggu dengan perasaan cemas.
"Dia pasti benci banget sama kita karena udah nyelametin selumbari," ujar Manu.
"Selumbari?" tanya Manggala tidak paham dengan kata tersebut.
"Iya, dua hari yang lalu. Saat itu dia emang sengaja mau bunuh diri, terus kita selametin. Dia pasti sedang mencoba cara lain, yaitu nggak makan selama dua hari berturut-turut. Atau bahkan sebelum hari itu, dia juga nggak makan." Manu menunduk dalam, menyesal kenapa tidak menghampiri Mada segera. Seharusnya ia mengetuk lebih awal agar tidak kejadian sampai seperti ini. Namun, ia juga bersyukur karena datang di waktu yang tepat.
"Hah? Emang masalah dia seberat apa, sih? Sampai mau bunuh diri segala. Padahal lo dengan niat baik mau bikin dia bahagia, tapi ditolak terus."
Feeling Manu berkata bahwa Mada memiliki trust issue terhadap orang lain. Makanya perempuan itu selalu melakukan apa-apa sendiri, menyendiri, tidak mau berinteraksi lagi dengan orang lain, dan tidak mau bertemu orang baru.
Lalu, ada sebuah pertanyaan di benaknya yang sangat mengusik, tetapi ia kurang yakin. Pertanyaan itu terjawab setelah tiga jam menunggu di lorong rumah sakit setelah dokter memberitahunya.
"Pasien baru saja siuman dan kami sudah menanyai tentang keadaannya. Saat ini, pasien belum sepenuhnya sadar untuk menjawab pertanyaan kami. Sehingga menurut yang kami periksa, pasien mengalami kecapekan, dehidrasi, kurang tidur, syok berat, dan stres berlebihan."
Penjelasan dokter itu membuat Manggala menatap Manu sarat makna.
Lalu, dokter laki-laki berusia sekitar 40 tahun itu melanjutkan, "Kalau ingin menemui pasien, lebih baik jangan sampai membuatnya syok karena kesadarannya akan kembali menurun dan menyebabkannya trauma."
Manu melamun, menatap kosong lantai putih di bawah kakinya. Pandai sekali Mada menyembunyikan semua yang dideritanya bahkan sampai tua. Mungkin ini adalah alasan kenapa dirinya kembali ke masa lalu saat perempuan itu masih muda. Ia harus membantu Mada karena perempuan itu memang tidak memiliki backing-an.
Laki-laki yang memakai kaos putih tipis itu sedikit berjengit saat punggungnya ditepuk pelan. Menoleh, ia dapati Isvara di sana dengan wajah panik.
"Oh, iya," ucap dokter tadi. "Tolong bantu jaga kesehatan pasien karena saat ini pasien sedang hamil muda. Jangan sampai membuatnya tambah stres atau—"
"Apa kata Dokter? Siapa yang hamil muda?" serobot Manggala memastikan telinganya tidak salah dengar.
"Ya, pasien," jawab dokter itu dengan santainya. "Kalian tidak tahu? Oh, iya, kalau boleh tahu, kalian ini ... temannya? Atau ada salah satu yang anggota keluarga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Pain
General FictionSetelah tragedi yang menimpa Manu dan menyebabkan dirinya koma itu, tiba-tiba ia kembali ke masa lalu di mana saat mamanya berusia 19 tahun. Ia bertemu dan menyaksikan secara langsung bagaimana cara mamanya bertahan hidup. Semua rasa sakit, kesedih...