Wang Yi telah kembali ke kampus untuk ujian tengah semester, tetapi ada perubahan yang sangat mencolok.
Dia yang dulu begitu penuh semangat dan bergairah sekarang tampak lebih kurus, lebih pucat, dan tampaknya sangat terluka di dalam. Namun, dia terus berusaha untuk menyembunyikan perasaannya yang dalam, tampil dengan wajah dingin dan cuek seperti biasanya.
Zhou Shi Yu memperhatikan perubahan itu, setelah tahu apa yang kini telah menimpa Wang Yi, dia semakin merasa Wang Yi hanya memakai topeng yang tebal untuk menutupi kerapuhannya. Saat keduanya berpapasan di kampus, Wang Yi hanya memberikan senyuman samar yang tidak mencapai mata.
Wang Yi menghindari tatapan Shi Yu, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang terus menghantuinya. Tetapi, jantungnya masih bergemuruh setiap kali melihat senyum manis Shi Yu, Wang Yi mungkin sudah menyadari perasaannya itu apa, namun dia tahu bukan saatnya dia memikirkan perasaannya yang mungkin hanya sepintas itu.
Setelah beberapa hari, ujian pertengahan semester telah berlalu, dan sore itu, Wang Yi melihat Zhou Shi Yu menunggu sendirian untuk dijemput pulang. Matahari sudah meredup di balik cakrawala, dan langit terhampar dengan warna oranye dan ungu.
Wang Yi mendekati Shi Yu dengan senyuman berani. "Butuh tumpangan, Putri Galak?" ejeknya, sambil mata berkilat penuh permainan.
Zhou Shi Yu terkejut dengan tawaran itu. "Gak, makasih," jawabnya, suaranya tenang tetapi terdengar ada keraguan.
Wang Yi bukan tipe orang yang mudah menyerah. "Sepertinya cuaca akan buruk dan malam akan segera menerjang. Saya tidak ingin melihat bunga yang begitu indah seperti Anda basah kuyup," godanya, meskipun awan gelap memang sudah menggantung di atas.
Shi Yu ragu sejenak, terombang-ambing antara keengganannya menerima bantuan dan ancaman hujan yang semakin dekat. Akhirnya, dia menyerah. "Baiklah, tapi hanya sekali ini," akunya dengan senyuman samar di bibirnya.
Mereka berangkat dengan motor besar Wang Yi, dan deru mesinnya memecah keheningan senja. Saat mereka melaju, tiba-tiba cuaca tidak bersahabat dan hujan turun dengan deras. Wang Yi terpaksa mencari tempat berlindung di bawah pohon ek besar yang berdiri megah di sisi jalan.
Wang Yi melepaskan jaket kulitnya dan dengan gaya ksatria, dia menawarkannya sebagai payung alami bagi Shi Yu. "Pake ini biar gak terlalu basah kuyup," ucapnya sambil berkilat mata. Shi Yu menerima jaket itu dengan anggun dan berterima kasih padanya.
Saat mereka berteduh di bawah jaket yang sama, jarak di antara mereka semakin berkurang. Percakapan mengalir dengan sendirinya, suara hujan yang memukul daun-daun menjadi latar yang menenangkan.
"Pangeran sempurnamu kemana, putri?" Ucap Wang Yi di tengah tubuh mereka yang saling bersentuhan. Dia bermaksud menanyakan Gao Xin.
"Lagi turnamen basket di luar kota." Jawab Shi Yu dingin. Dia sebenarnya merasa jengkel dengan sebutan 'Putri Galak' itu.
"Berapa lama?" Tanya Wang Yi lagi.
"Mungkin empat hari, aku gak tahu." Jawab Shi Yu ketus lagi. Wang Yi semakin gemas melihat ekspresi wajah Shi Yu, dia suka ekspresi Shi Yu selain ketika marah, atau mungkin dia suka semuanya, dari mulai sedih, bahagia, dan jengkel, dia ingin melihat itu lebih sering lagi.
"Kalo lama, mau gue antar jemput? Rumah kita satu arah." Goda Wang Yi.
"Entahlah! Aku selalu tiba-tiba darah tinggi kalo udah ketemu kamu." Jawab Shi Yu sambil menatap Wang Yi. Tanpa dia sadari, dari tadi Wang Yi terus menatap ke arahnya, dan kini mata mereka bertemu.
Shi Yu langsung mengalihkan pandangan ke sembarang arah, dia selalu takut dan merasa terhipnotis oleh sorot tatapan mata Wang Yi yang begitu indah namun tajam, dia takut jatuh dalam keindahan mata yang membahayakan hatinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flame in The Breeze - Wang Yi dan Zhou Shi Yu [sqhy couple] SNH48
Fanfictionantara cinta dan keluarga, kedunya membuat Wang Yi terjebak dalam kebingungan. Dia orang yang sangat tertutup, seolah mendapatkan kembali apa yang dia dambakan selama ini saat pertemuannya terjadi dengan Zhou Shi Yu.