Malam itu, Wang Yi mengendarai motornya tanpa tujuan pasti, hanya mengikuti jalan yang tak berujung. Dia merasa hatinya hancur oleh momen pernyataan romantis yang dia saksikan, momen yang membuatnya merasa seperti seorang penonton di atas panggung kehidupannya sendiri. Setiap kali dia terbayang cincin tadi, dia merasa seakan-akan sebilah pisau menusuknya.
Wang Yi merasa perlu untuk berbicara dengan seseorang yang sudah lama menghilang dalam hidupnya, seseorang yang telah pergi terlalu cepat, adiknya, Wang Jia. Dia tahu bahwa tempat satu-satunya di mana dia bisa merasakan ketenangan dari masalah hidupnya adalah di makam Wang Jia.
Setelah perjalanan yang panjang dan hening, Wang Yi tiba di pemakaman yang tenang. Dengan langkah berat, dia berjalan menuju makam adiknya. Kepergian Wang Jia adalah kehilangan yang belum pernah sembuh dalam hati Wang Yi hingga saat ini, dia hanya berusaha berpura-pura menunjukkan kesembuhannya, padahal jauh dalam hatinya dia masih hancur.
Dalam keheningan malam, Wang Yi duduk di depan makam adiknya, menatap batu nisan dengan penuh perasaan. Dia merasakan angin malam yang sejuk di wajahnya, dan air mata mulai mengalir dari matanya.
"Wang Jia," bisik Wang Yi dengan suara serak. "A-Aku merindukanmu." Lirihnya tercekat dengan isakan yang ditahan.
"Banyak hal yang terjadi dalam hidupku sejak kamu pergi. Aku diberi kesempatan berhubungan dengan seseorang yang membuat hatiku berdebar dari dulu, tapi sekarang aku merasa seperti dunia ini sedang melawanku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Jia"
"Kamu inget Zhou Shi Yu?" Ucapnya sambil mengusap-usap nama yang tertera dalam batu nisan di depannya.
"Jia, kamu tahu," katanya dengan suara bergetar, "sejak pertama kali aku bertemu dengan Zhou Shi Yu, duniaku berubah. Dia adalah sinar matahari yang menyinari kegelapan hatiku. Dia adalah bintang yang memandu langkah-langkahku di malam yang sunyi. Dia adalah ombak yang menghanyutkan diriku dalam lautan cinta yang dalam dan tak terduga."
Wang Yi berbicara dengan penuh gairah, mencoba mengekspresikan perasaannya yang mendalam. "Dia adalah pengecualian dalam hidupku, Jia. Dia yang berani menghadapi segala yang ku anggap tabu, dia yang berani mencuri hatiku tanpa permisi."
Air mata meluncur dari mata Wang Yi saat dia melanjutkan, "Aku mencintainya, Jia. Aku mencintainya dengan segala yang ada di dalam diriku, dan cintaku hanya tumbuh lebih dalam setiap harinya. Namun, aku merasa hampa, karena aku tahu tak mungkin aku bisa menjadi bagian dari hidupnya."
Wang Yi mengekspresikan perasaannya yang terluka, "Lihatlah, Jia, dia terikat oleh janjinya yang tulus pada orang lain, oleh seorang lelaki yang mencintainya dengan caranya sendiri. Dan aku, aku hanya bisa berdiri di luar, memandangnya dari jauh. Aku ingin memberinya dunia, tetapi aku hanya bisa memberikannya sebuah cerita yang tersembunyi."
Dalam keheningan, Wang Yi berbicara dengan getaran di suaranya, "Aku tahu bahwa aku tak berhak untuk mengharapkan cinta dari seseorang yang begitu berharga. Aku ingin kau tahu, Jia, bahwa aku merasa tersiksa oleh rindu yang tak terhapuskan ini, oleh cinta yang tak dapat terlupakan. Dan, pada akhirnya, aku akan menjaga cintaku padanya dalam hatiku yang hampa, di tempat-tempat terdalam yang tak tersentuh oleh siapapun."
Wang Yi merasa luka di dalamnya menusuk, menusuk begitu dalam sampai dia merasa ingin menyusul adiknya.
"Jia, adakah jalan lain yang bisa kutempuh? Adakah cara untuk menghilangkan perasaan yang tak terbalas ini? Aku merasa seperti aku terjebak dalam badai perasaan yang tidak bisa kumengerti. Aku mencintainya, Jia, dengan cara yang aku tidak bisa kendalikan."
Wang Yi merasa seolah ditarik ke dalam jurang kesedihan yang tak berujung. "Aku ingin begitu kuat untuk melepaskan diri dari perasaan ini, untuk berhenti menginginkannya, tapi aku merasa terikat begitu kuat. Jia, aku ingin melepaskan diriku dari cinta yang menyakitkan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flame in The Breeze - Wang Yi dan Zhou Shi Yu [sqhy couple] SNH48
Fanfictionantara cinta dan keluarga, kedunya membuat Wang Yi terjebak dalam kebingungan. Dia orang yang sangat tertutup, seolah mendapatkan kembali apa yang dia dambakan selama ini saat pertemuannya terjadi dengan Zhou Shi Yu.