Pagi itu, langit masih tertutup oleh kegelapan ketika Zhou Shi Yu terbangun dari tidurnya yang tidak tenang. Pikirannya penuh dengan kegundahan, dan ia merasa sulit untuk melepaskan kekacauan yang merayap di dalam benaknya. Dia tahu bahwa kabar tentang Wang Yi dari Shen Meng Yao semalam akan membawa dampak pada dirinya, tetapi sekarang, ketidakpastian itu semakin menggelayut di dalam hatinya.
Dengan hati berdebar, Zhou Shi Yu mengambil ponselnya dan membuka pesan dari Shen Meng Yao. Dia membaca setiap kata dengan hati-hati, mencoba mencerna informasi yang diberikan. Saat menggulir layar, matanya terfokus pada bagian yang menyebutkan seorang perempuan dan putri kecil yang ikut bersama Wang Yi.
"Seseorang yang ikut bersama Wang Yi... dan putri kecilnya?" bisik Zhou Shi Yu dalam hati. Ekspresinya bercampur aduk antara kebingungan, kecemasan, dan rasa ingin tahu yang tak terbatas. Siapa perempuan itu? Bagaimana dia bisa menjadi bagian dari kehidupan Wang Yi?
Ketidakpastian dan kegelisahan membuatnya sulit untuk duduk diam. Zhou Shi Yu memutuskan untuk bangun dan merapikan dirinya. Ia berjalan ke balkon apartemennya dan melihat pemandangan kota yang masih tertidur. Hembusan angin sejuk malam menyentuh wajahnya, tetapi hatinya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Dia hanya bisa berharap Wang Yi mau menemuinya.
Di tengah teriknya siang yang menyengat, Wang Yi berdiri di depan makam adiknya. Tanah yang teduh oleh rerimbunan pohon cemara menjadi saksi bisu atas perasaan yang lama tertahan. Sebuah buket bunga segar dipeluk erat oleh tangan Wang Yi, sebagai penghormatan kepada orang yang pergi terlalu cepat.
"Jia, maafkan aku," bisik Wang Yi dengan suara lembut, seolah-olah dia ingin suara itu mencapai hati adiknya di dunia yang lain. "Aku baru bisa datang sekarang. Tiga tahun terasa begitu cepat, namun rasanya aku melewatkan begitu banyak momen bersamamu."
Wang Yi duduk di samping makam, menyirami tanah dengan kehangatan air mata yang tak terbendung. "Aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu membawa kenangan tentangmu di setiap langkah hidupku. Kehadiranmu seperti bintang yang selalu menyinari jalan gelapku."
Dia kemudian memulai cerita tentang perjalanan hidupnya di Jepang, tentang studinya, kegiatannya dalam bisnis, dan bagaimana setiap langkahnya membawanya lebih dekat pada dirinya yang sejati. "Waktu adalah obat penyembuh untukku, Jia. Dia mengajariku bahwa meskipun kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga, kehidupan tetap harus berlanjut."
Wang Yi menyeka air matanya dan tersenyum. "Dan kini, aku punya seorang malaikat kecil, namanya Wang An Mei. Dia memberi warna baru dalam hidupku, meski kehadirannya sangat tidak terduga, namun aku begitu menyayanginya, karena sikapnya juga mirip dengan kamu."
Wang Yi melihat langit biru, seakan-akan mencoba mengirimkan pesan ke langit. "Aku juga berencana menemui seseorang yang membuat hidupku lebih berarti, meskipun dia hanya seorang kenangan dari masa lalu, Tapi, aku masih mencintainya dengan caraku sendiri. Kini aku lebih percaya diri untuk memperjuangkannya lagi, menggenggam tangannya sekali lagi tanpa melepaskannya kembali. Meski aku tahu jalanku akan lebih sulit sekarang."
Wang Yi membiarkan kata-kata itu menggantung di udara, sebagai wujud kejujuran yang lama ditahan. "Aku tahu statusnya sekarang. Dia punya hidupnya sendiri, dan aku tidak ingin mengganggunya. Tapi aku ingin dia tahu, bahwa cinta ini tidak pernah berubah atau berkurang, bahkan sekalipun perjalanan hidup kita membawa kita ke arah yang berbeda. Seperti janjiku padanya, api cintaku tak akan pernah padam sekalipun diterpa angin yang kencang."
Dia meraih buket bunga dan menempatkannya di depan makam, sebagai simbol penghormatan yang tak terucapkan. "Aku akan selalu merindukanmu, Jia. Semoga kamu bahagia di sana, di tempat yang lebih baik."
Wang Yi meninggalkan makam dengan langkah yang berat, membiarkan kehidupan yang penuh warna dan emosionalnya bersatu dengan kenyataan yang tak terelakkan. Di tengah hening dan keteduhan kuburan, ia membawa pesan cinta dan penghormatan yang melekat pada hatinya, memberikan harapan bahwa di suatu tempat, roh Wang Jia mungkin tersenyum melihat kakaknya menemukan kedamaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flame in The Breeze - Wang Yi dan Zhou Shi Yu [sqhy couple] SNH48
Fanfictionantara cinta dan keluarga, kedunya membuat Wang Yi terjebak dalam kebingungan. Dia orang yang sangat tertutup, seolah mendapatkan kembali apa yang dia dambakan selama ini saat pertemuannya terjadi dengan Zhou Shi Yu.