Pagi yang cerah terbit dengan indahnya, tetapi bagi Zhou Shi Yu di kampus, semuanya terasa begitu suram. Dia mencari-cari keberadaan Wang Yi sepanjang hari, tetapi tidak ada tanda-tanda darinya. Pikirannya terus memutar kemungkinan-kemungkinan buruk, dan kekhawatirannya semakin tumbuh.
Meng Yao melihat bahwa temannya semakin gusar. Dia mencoba meyakinkan Zhou Shi Yu. "Mungkin Wang Yi hanya memiliki urusan pribadi atau merasa kurang sehat. Jangan terlalu khawatir. Bukankah semalam kamu udah ngambil keputusan?" Kata Meng Yao, namun Zhou Shi Yu tidak menjawab.
Namun, Shi Yu tahu bahwa ini tidak biasa. Kekhawatiran tentang pertemuan semalam dan kata-kata yang menyakitkan yang dia ucapkan terus bermain dalam pikirannya.
"Bukahkan Yiqi juga gak keliatan dari pagi?" Tanya Shi Yu.
"Iya. Dia juga sulit dihubungi hari ini. Mungkinkah mereka ada urusan bersama?" Meng Yao dan Zhou Shi Yu terus berasumsi.
Saat Zhou Shi Yu dan Meng Yao berbicara, seorang teman angkatan Wang Yi melewati mereka. "Kamu teman satu angkatan dengan Wang Yi kan?" Tanya Meng Yao.
Dia terlihat sedikit terkejut dan kemudian menjawab, "Ya, Senior."
"Apa Wang Yi hari ini masuk?" Tanya Meng Yao kembali.
"Kalian tidak tahu, bukan?" Tanyanya dengan wajah kebingungan, anak itu tahu Meng Yao dan Zhou Shi Yu kerap terlihat bersama Wang Yi dan Yiqi. Keduanya semakin dibuat bingung dengan pertanyaan teman sekelas Wang Yi itu.
"Wang Yi sedang berduka. Dia kehilangan adiknya, jadi dia tidak masuk ke kampus hari ini."
Deg!
Deg!
Zhou Shi Yu merasa seolah-olah tanah bergerak di bawah kakinya. Kekhawatirannya menjadi nyata. Air mata mulai menetes dari matanya saat dia memikirkan Wang Yi yang harus menghadapi kehilangan yang begitu dalam. Pantas kakaknya semalam tidak pulang ke rumah.
Meng Yao juga terkejut dan merasa sedih mendengar berita itu. Dia tahu betapa dekatnya Wang Yi dengan adiknya. "Kita harus pergi sekarang, Zhou," kata Meng Yao dengan penuh kekhawatiran dan bergegas lari menuju tempat mobilnya diparkirkan.
Saat mereka tiba di sana, pemandangan yang menyayat hati menyambut mereka.
Wang Yi masih berada di samping jenazah adiknya, dia tidak beranjak sepanjang hari. Pandangannya kosong, matanya kering tanpa air mata. Ia seolah-olah telah terkubur dalam kesedihan yang tak terhingga. Wajahnya terlihat pucat dan tampak tidak ada nyawa di dalamnya lagi.
Ibu Wang Yi duduk di seberang jenazah dengan ekspresi yang lebih sedih juga bingung. Dia hadir untuk mengantar istirahat terakhir putri bungsunya, juga untuk memberikan dukungan kepada anak sulungnya. Meski hubungan mereka tidak pernah harmonis, dan atmosfer di antara mereka jelas bertentangan dan sulit untuk dijelaskan, tapi ibunya tetap menyayangi kedua anaknya dengan begitu tulus. Penyesalan pun merayap menghantuinya, dia menyesal menelantarkan kedua anaknya seperti ini.
Ayah Wang Yi baru saja tiba setelah menerima kabar tentang kepergian putrinya. Ekspresi kesedihan dan kehilangan terpancar dari wajahnya. Putri keduanya sudah lama tidak dia lihat, dan ini membuat penyesalan mendalam dalam dirinya, karena keretakan rumah tangganya, mereka seperti orang asing satu sama lain.
Yuan Yiqi telah berada di sana sepanjang hari, dia duduk di samping Wang Yi. Namun, dia merasa canggung dan tidak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan. Wang Yi terlihat seperti patung, hanya ada kekosongan dalam matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flame in The Breeze - Wang Yi dan Zhou Shi Yu [sqhy couple] SNH48
Fanfictionantara cinta dan keluarga, kedunya membuat Wang Yi terjebak dalam kebingungan. Dia orang yang sangat tertutup, seolah mendapatkan kembali apa yang dia dambakan selama ini saat pertemuannya terjadi dengan Zhou Shi Yu.