Epilog

192 25 7
                                    

Kehidupan Ni-ki terasa berbeda beberapa bulan ini. Heeseung sudah mulai bekerja. Bayangan Ni-ki adalah Heeseung akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama mereka karena abangnya itu tak perlu susah payah mengerjakan skripsinya lagi tapi itu memang hanya pikiran bocah sma. Kini si sulung malah lebih jarang berada di kos karena disibukkan dengan pekerjaannya. Ni-ki dan yang lain baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelas. Waktu berlalu begitu cepat rasanya. Jay, Jake dan Sunghoon sudah lulus. Ni-ki sudah menginjak kelas 11 sedangkan Sunoo dan Jungwon kelas 12.

Libur panjang setelah pembagian rapot rasanya masih kurang karena Ni-ki jadi terbiasa bangun siang. Pagi ini, Sunoo yang sudah siap berangkat sekolah membuka kasar pintu kamar si bontot. "RIKI! BANGUN! INI HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH KOK MASIH MOLOR SIH?!"

Yang diteriaki masih tidur dengan nyenyak membuat Sunoo berdecak. Mau ditinggal juga kasihan. "UWON! SINI!!"

Yang dipanggil mendekat. Ia menggeleng heran pada Ni-ki yang bisa-bisanya masih tidur disaat mereka bahkan sudah siap untuk berangkat sekolah. Jungwon segera mendekat dan menindih tubuh Ni-ki sambil menampar wajah si bontot beberapa kali. Ni-ki akhirnya sadar karena wajahnya ditampol mulu. Ia segera mendorong Jungwon menjauh dari tubuhnya. "APASIH? MASIH PAGI UDAH KDRT AJA LO PADA!"

Sunoo jadi gregetan. Ia menjewer telinga Ni-ki membuat Ni-ki memekik. "SAKIT, CIL!"

Jay menatap ketiganya dari luar pintu kamar Ni-ki. "Ni-ki buruan siap-siap. Itu adek sama Jungwon udah mau berangkat loh."

"Berangkat ke mana? Emang kita ada rencana hang out ya hari ini?"

"Hang out hang out aja pikiran lo itu, Rik! Sekolah! Kita udah mulai masuk ya hari ini. Gak usah sok lupa ingatan lo!" Seru Sunoo membuat Ni-ki melirik kalendernya.

Bukannya bersiap, ia malah kembali rebahan membuat Sunoo dan Jungwon emosi.

"Libur lagi aja lah sehari. Mager banget gue hari ini."

Jay menggelengkan kepalanya. Heran dengan si bontot yang terlalu santuy. "Serah lo deh. Tapi ntar lo jadi gak tau lo masuk kelas mana terus teman-teman sekelas lo siapa aja."

Sunoo dan Jungwon segera pergi dari kamar Ni-ki membuat Ni-ki langsung terbangun. "TUNGGUIN GUE!"

Ni-ki misuh-misuh karena dirinya lapar. Efek gak ikut sarapan. Ya gimana mau sarapan kalo bangunnya aja telat. Sesampainya di sekolah, dirinya pasrah ditarik Sunoo melangkah menuju mading. Iya, informasi mereka masuk di kelas mana di tempel di mading jadi ketiganya ikut berdesak-desakan. Tangan Ni-ki kelepas tuh dari Sunoo dan karena Sunoo kecil mungil. Anak itu udah ada persis di depan mading karena berhasil nyempil di antara murid lain.

Ni-ki yang merasa sesak jadi keluar dari kerumunan. Ia hanya bersandar di pilar sambil memperhatikan murid-murid lain yang bersorak heboh di depan mading.

"Nik!"

Ni-ki menoleh. Itu Eunchae yang tersenyum manis pada dirinya. Ni-ki melambaikan tangannya. "Hai, Chae. Lama gak ketemu."

Eunchae mengangguk. Iya, mereka gak ada ketemu tuh selama libur panjang karena Eunchae di bawa orang tuanya liburan keluar kota. "Lo udah liat mading, Nik?"

Ni-ki menggeleng. "Males dempet-dempetan."

"Gue udah liat tadi. Kita sekelas tau!"

Ni-ki awalnya ngangguk aja tuh tapi dia terkejut ketika sadar ucapan akhir Eunchae. "Hah? Apa, Chae? Gue gak salah denger?"

Eunchae menggeleng. Ia menarik Ni-ki kembali masuk ke kerumunan murid di depan mading. Setelah berusaha dengan susah payah mereka akhirnya bisa melihat jelas mading dan mata Ni-ki mengikuti tangan Eunchae yang menunjuk selembaran kertas. Eunchae benar, mereka sekelas tapi kenapa dirinya harus bertemu dengan teman-teman laknatnya itu?

Nishimura RikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang