5. Balapan

336 30 3
                                    

"Mau ke mana?"

Ni-ki yang baru saja menggunakan helmnya jadi menoleh. Sunoo memicingkan matanya pada Ni-ki yang bukannya sudah terlelap malah jalan mengendap hendak keluar. Sunoo aja udah tidur tadi, ia terbangun karena tiba-tiba mau buang air kecil. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Jelas saja dia curiga mau kemana Ni-ki keluar larut malam seperti ini.

Ni-ki mendengus. Ia sudah berjalan dengan pelan-pelan sampai tinggal membuka pintu utama tapi kenapa malah kegep sama satu bocilnya ini. Ni-ki mendekat. "Mau keluar lah. Lo jangan cepu ya, cil? Ntar Katy gue buang kalo lo cepu!"

Sunoo melotot. Ia sudah mau berteriak ketika Ni-ki menutup mulutnya. "Jangan berisik! Gue cuma mau nonton balapan kok. Sumpah deh bukan gue yang balapan. Kalo lo gak percaya ntar sampai sana gue vc lo."

Sunoo menggigit tangan Ni-ki membuatnya mengaduh. Untung Ni-ki tidak berteriak. Anak itu menjitak kepala Sunoo yang kini berkacak pinggang. "Nonton balapan mulu lo, Rik! Mau jadi apa lo hah?!"

"Mau jadi pembalap dong."

Jawaban yang mampu membuat Sunoo makin takjub. Ini bukan kali pertama ia memergoki sang adik menyelinap pergi dari kos. Sunoo sudah terlalu sering membantunya kabur karena diiming-imingi jajan. Meskipun begitu, Sunoo yakin si bontot tidak akan macam-macam di luar sana. Ia percaya Ni-ki tak berbuat hal buruk yang bisa membahayakan dirinya sendiri.

"Besok gue jajanin deh di kantin." Tawarnya yang membuat Sunoo setuju.

Dalam hati Ni-ki bersorak. Meskipun suka menegur dan melarang-larangnya, Sunoo termasuk abang yang gampang ia ajak bernegosiasi. Sunoo juga selalu berada di pihaknya ketika para abang yang lain mulai memarahinya karena tingkahnya yang beraneka ragam. Kali ini, entah untuk yang keberapa kalinya. Sunoo biarkan sang adik kabur keluar. Ia tatap Ni-ki sambil memperhatikan pintu-pintu kamar yang lain. Siaga jika ada yang tiba-tiba keluar kamar seperti dirinya. Ni-ki menggiring motornya menjauhi kosan terlebih dulu. Ia baru menyalakan mesin motor ketika jaraknya dan kosan sudah mulai jauh. Ni-ki segera mengendarai motornya menuju rumah Gunwook.




🐥 NI-KI 🐥


Balapan liar selalu ramai. Ni-ki dan Gunwook termasuk orang yang selalu meramaikan. Tidak, keduanya memang tidak ikut serta balapan tapi mereka berdua selalu hadir sebagai penonton dan bertaruh.

"Lo megang siapa, Wook?"

Gunwook memperhatikan peserta balapan yang terdiri dari 5 orang. Kelimanya sudah siap di atas motor masing-masing. Sorakan makin terdengar heboh ketika balapan dimulai. "Gue yang motor hitam itu deh yang di tengah."

Ni-ki mengangguk. Ia menunjuk orang di sebelah motor hitam. "Gue orang yang di sebelahnya itu. Mau taruhan apa nih?"

"Angkringan tiap pulang sekolah selama seminggu." Gunwook menaik turunkan alisnya membuat Ni-ki menepuk dahinya.

"Angkiran mulu ah lo, Wook."

"Ya dari pada gue minta ngafe mulu. Makin tekor lo, Nik."

"Dih kayak pasti menang aja lo."

Keduanya kini berfokus menonton balapan. Ni-ki sudah mau bersorak ketika jagoannya mampu melewati jagoan Gunwook. Gunwook udah harap-harap cemas tapi ia jadi bersorak heboh ketika jagoannya kembali melewati jagoan Ni-ki. Keduanya sama-sama berdoa jagoan mereka menang tapi ternyata malah yang lain yang lebih dulu sampai ke finish.

Gunwook dan Ni-ki saling tatap. Keduanya jadi tertawa. Mereka membubarkan diri dan segera pulang. Btw, Gunwook juga bawa motor sendiri. Tadi biar berangkat bareng aja makanya Ni-ki jemputin dia dulu. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat 5 menit ketika Ni-ki mengendarai motornya dengan pelan. Ia melirik pada spion motornya ketika merasa ada motor yang mengikutinya. Jalanan sepi, hanya ada beberapa pengendara.

Nishimura RikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang