12

32 2 0
                                    

Suara bising tetapi menenangkan dimana santri-santri membaca kitab suci Al-Qur'an untuk sekedar muraja'ah maupun menyetorkan, semenjak selesai subuh hingga kini sedikit cahaya akan kehadiran Surya tampak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara bising tetapi menenangkan dimana santri-santri membaca kitab suci Al-Qur'an untuk sekedar muraja'ah maupun menyetorkan, semenjak selesai subuh hingga kini sedikit cahaya akan kehadiran Surya tampak.

Sudah berlalu hampir satu jam tetapi gadis yang menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan masih hanyut dalam mimpinya.

Tidak ada satupun pengurus maupun ustadzah yang melihat bahkan teman-temannya tidak membangunkan nya, bukan tidak mau, tetapi sang empu yang tidak mau bangun.

Duduk dibagian belakang dipojokan tenggelam diantara manusia-manusia beragam tentu tidak ketahuan.

Semua santri mulai membaca doa selepas membaca Alqur'an terlihat pergerakan pada gadis itu.

Tepat usainya doa ia mendongak, menegakkan badannya, merentangkan kedua tangannya. Lalu ikut bangkit berjalan keluar dari masjid menunduk agar tidak terlihat mata merahnya.

"Celosia-celosia, selalu aja tidur, nggak ngaji, sekolah, madrasah," gerutu azza muak akan kebiasaannya.

"Dapet apa dia nanti kalo lulus?" Sambung gia.

Celosia masih terdiam mengumpulkan beberapa nyawanya.

"Kita bentar lagi wisuda ujian tinggal dua bulan lagi," Adu azza menatap sendu kedepan.

Gia mengangguk membenarkan. "Nggak siap pisah."

Mereka kini sudah sampai di asrama, setelah ini mereka akan piket, mengambil jatah makan, dan sekolah seperti biasa.

☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚🦋☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

Tok...Tok...Tok

"Assalamualaikum mbak."

Tiga santriwati kamar Marwah itu saling melempar tatapan. "Za, bukain gih," titah celosia pada azza.

Azza segera bangkit membukakan pintu. "Waalaikumsalam, iya ada apa?" Tanya azza pada salah satu santriwati yang tadi mengetuk pintu.

"Anu kak, kakak di panggil mbak-mbak dhalem sama mbak celosia juga," ujar santriwati itu.

Azza mengangguk. "Iya, makasih kita segera ke dhalem."

"Iya mbak, kalo gitu aku pamit assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Setelah itu azza masuk dan kembali menutup pintu.

"Ada apa za?" Tanya gia sambil melipat bajunya.

"Aku sama celosia di panggil ke dhalem."

Celosia dan gia saling melempar tatapan. "Lah? Di panggil siapa?" Tanya celosia jangan-jangan ia dipanggil Ning Hasna lagi.

 CelosiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang