"gue nggak bisa milikin lo, tapi gue berhasil jaga lo."
-Jehnam kajendra
"Tidak ku sangka satu hari sebelum aku melamarmu, kamu lebih dulu menikah dengan sahabat ku sendiri."
-Samudra
"Aku terpaksa sebelum mengetahui kenyataannya."
-Azmeal Az-ziyad...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam sebuah ketenangan namun juga sebuah kegelapan sebagaimana pikiran Gus Azmeal sekarang. Malam masih terlalu dini untuk tidur karena baru saja ia sholat berjamaah di masjid dan langsung ke dhalem selepas dzikir, malam ini Gus Azmeal berniat keluar bersama mas sam mungkin untuk sekedar mengirup udara malam dan sebuah saran?.
"Kita mau kemana Gus?" Tanya mas Sam yang berjalan beriringan bersama gusnya.
Gus Azmeal menggenggam tangannya dibelakang punggung. "Kita keluar sebentar mas."
Mas sam hanya mengangguk setuju. Kemana saja guru perintah ia sebagai murid harus menurut kecuali itu sebuah kemungkaran.
Gus Azmeal berjalan lebih awal untuk mengambil kunci motornya di dhalem sedangkan mas sam menunggu di pendopo.
Gus Azmeal keluar langsung menuju parkiran mengeluarkan motor sport nya yang berwarna full hitam tidak lupa juga dua helm full face. Gus Azmeal berhenti di pendopo menyodorkan helm pada mas sam langsung diterima sang empu lalu naik dan Gus Azmeal melajukan motornya.
Celosia yang duduk di serambi masjid sedari tadi melihat Gus Azmeal dan mas sam keluar mengunakan motor sport bukan malah kagum malahan ia menyumpah serapah Gus Azmeal, mengapa takdir mempertemukannya dengan lelaki itu? Kenapa yang dijodohkan dengannya malah Gus Azmeal? Itulah isi pikiran celosia.
Setelah mereka menghilang dari pengelihatannya celosia bangkit masuk kedalam masjid moodnya kembali down.
Setelah beberapa menit mengendarai motor akhirnya Gus Azmeal memberhentikan motornya di sebuah masjid yang lumayan sepi. Mas sam hanya mengikuti alur.
Mas sam turun disusul oleh Gus azmeal, Gus Azmeal pergi ke tempat berwudhu pun mas sam masih mengikuti Gus Azmeal. Setelah selesai Gus Azmeal masuk, didalam masjid sungguh sepi mungkin karena ini sudah satu jam selepas sholat isya'.
"Mas sholat witir," ujar Gus Azmeal.
Mas sam mengangguk lalu sholat witir masing-masing walau sebenarnya dirinya sudah sholat tadi di pesantren.
Setelah mereka selesai sholat dan berdoa Gus Azmeal mengahadap kearah mas sam membuat mas sam juga menghadap Gus Azmeal. Mereka berhadapan.
"Sampean punya masalah Gus?"
"Hufh, iya mas, boleh aku minta saran?"
Mas sam tersenyum. "Semampu saya Gus."
"Saya di jodohkan mas," sarkas Gus Azmeal membuat mas sam sedikit terkejut lalu setelah itu ia kembali tersenyum.
"Kenapa Gus? Bukannya itu sudah biasa?...apa Gus tidak cocok?"
"Iya."
"Gus, jodoh itu antara cerminan diri atau pelengkap diri. Hidup adalah ujian, mungkin kita akan diuji dengan jodoh kita." Singkat mas sam mungkin itu sudah cukup, sebenarnya Gus Azmeal tau dari pertanyaan didalam benaknya sekarang hanya saja ia kalut dan kurang fokus.
Gus Azmeal menghela nafas panjang lalu ia mendongak melihat senyum penyemangat dari mas sam. Lalu ia bangkit diikuti oleh mas Sam mereka berpindah duduk di serambi masjid.
Keduanya duduk bersampingan.
"Memangnya siapa yang hendak dijodohkan dengan Gus?" Tanya mas Sam memecah keheningan.
"Ada mas, tapi yang pasti aku nggak seneng." Gus Azmeal merunduk lisannya terasa bersalah berkata seperti itu seolah menolak takdir, tapi memang gadis itu takdirnya?.
Mas sam kembali tersenyum jadi ini pokok masalahnya.
"Gus pasti tau siapa yang bisa memberikan petunjuk." Ini bukan sebuah pertanyaan tetapi pernyataan. "Gus sudah istikharah?"
Gus Azmeal menggeleng pelan.
"Semua persoalan ini hanya Allah yang memiliki petunjuk Gus."
"Pilihan kyai pasti yang terbaik." Imbuh mas sam.
Gus Azmeal kembali menghela nafas rasanya berat tetapi ia harus bisa melewatinya dengan cara Hamba.
☆゚.*・。゚🦋☆゚.*・。゚
Pagi-pagi sekali setelah sholat dan berdzikir celosia dipanggil kembali ke dhalem namun kali ini ia hanya sendiri.
Rasanya begitu malas untuk ke dhalem bukan karena apa, tapi karena tidak ingin bertemu dengan lelaki itu lagi. Ah rasanya sangat malas, lalu bagaimana jika suatu saat celosia akan selalu melihat lelaki itu sepersekian detik? Entahlah.
Celosia masuk menuju dapur sepertinya hari ini ia akan membantu-bantu disana.
Setelah sampai di dapur celosia melihat mbak-mbak yang sedang memotong-motong sayur akhirnya celosia ikut bergabung tidak mungkin dia hanya diam mematung disana.
Sebelum bokong celosia menyentuh kursi mbak yang membuat teh lebih dulu memanggil celosia membuat sang empu mengeram tertahan. "Celosia anterin ini ke Ning Karlota didepan."
"Oh iya mbak."
'perasaan di depan nggak ada orang' batin celosia.
Tanpa pikir panjang celosia mengambil Napan yang berisi dua teh dan satu toples cookies. "Kok dua?" Celosia mengedikkan bahunya acuh tapi semoga saja itu bukan Gus Azmeal menyebalkan itu.
Celosia kini sudah berada di ambang pintu dari sana dia bisa melihat punggung ning Karlota dan satu Lelaki tapi sepertinya itu Gus Varel bukan Gus satunya itu.
"Ning ini teh nya."
"Oh iya mbak, taruh sini saja."
Setelah menaruh isi nampan celosia pamit undur diri, dan ternyata benar tadi itu Gus Varel yang tampan bukan Gus Azmeal jellek itu.
Diperjalanan menuju dapur celosia berpikir keras kenapa papanya menjodohkannya dengan Gus Azmeal kenapa bukan dengan Gus Varel? Jika dengan Gus Varel dengan lapang dada celosia menerima sudah tampan, pintar, pintar memanah, suaranya bagus, hafidz, tinggi, ah, intinya sangat tampan.
Celosia bersyukur tadi bukan Gus Azmeal setidaknya ia tidak melihat kembali lelaki itu. Namun...
Bruk
Karena terlalu fokus berpikir celosia sampai tidak sengaja menubruk seseorang.
"Eh Afwan Afwan."
Celosia mendongak melihat siapa yang tidak sengaja ia tubruk.
"Kamu lagi kamu lagi!" Sungut orang itu.
Celosia bersedekap dada. "Lo lagi Lo lagi!" Ketus celosia tak mau kalah meniru gelagat Gus Azmeal. Sekarang celosia lebih baik mengunakan 'lo gue' sepertinya. Sudah tidak tertera lagi bagi celosia tatakrama pada Gus nya yang satu ini walau kemarin celosia sudah menahan agar tidak mengunakan 'lo gue' dengan mengganti 'aku' dengan namanya sendiri.
"Kamu lancang sekali memanggil saya Lo!"
Celosia berdecih membuat Gus Azmeal semakin melotot. "Bodod amat!"
Celosia berlalu tidak lupa untuk menyenggol bahu tegap Gus Azmeal membuat Gus Azmeal mengibaskan tangannya pada bahu berharap bekas celosia menghilang.
•Bersambung•
Heran kalo ketemu tengkar Mulu, curiga kalo nikah makin parah, nanti malah main tonjok tonjokan lagi.
Komen dan vote guys karena semua itu bentuk semangat aku nulis!