"gue nggak bisa milikin lo, tapi gue berhasil jaga lo."
-Jehnam kajendra
"Tidak ku sangka satu hari sebelum aku melamarmu, kamu lebih dulu menikah dengan sahabat ku sendiri."
-Samudra
"Aku terpaksa sebelum mengetahui kenyataannya."
-Azmeal Az-ziyad...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Azza tersentak tubuhnya menggigil seketika mendengar suara lantang Ning Hasna, ini sebuah masalah besar.
"Siapa yang membuat kekacauan ini?!" tanya ulang Ning Hasna.
Azza memberanikan diri maju kedepan menunduk dalam bagaimanapun ini salahnya jika saja azza tidak ceroboh pasti ini tidak akan terjadi.
"Afwan Ning sa-ya yang mecahin vas nya."
Ning Hasna membalur luka kaki Gus Varel dengan kasa tanpa menoleh pada azza. "Kenapa kamu sangat ceroboh." Pelan tetapi penuh penekanan.
"Sudah ummi dia tidak sengaja, dan Varel baik-baik saja," relai Gus Varel ia tidak ingin umminya malah memperbesar masalah sepele ini.
"Tapi kaki mas luka kan? Susah jalannya."
Gus Varel menghela nafas. "Tidak ummi, Varel baik-baik saja tidak perlu di perumit. Mbak tolong bersihin pecahannya," titah Gus Varel diangguki mbak-mbak dhalem.
Azza semakin merasa bersalah karena membuat ibu dan anak itu sedikit cekcok.
"Afwan Gus, Ning, azza tidak sengaja." Azza semakin menunduk.
"Iya mbak, silahkan kembali ke asrama," putus Gus Varel ia mengatakan itu bukan mengusir tapi menyelamatkan nya dari ummi.
Setelah itu Azza segera pamit lalu keluar.
Sepanjang perjalanan azza menunduk menyembunyikan tangisannya menyesali kecerobohan dan kesalahannya.
Dari arah belakang terdengar seruan yang familiar membuat azza memberhentikan langkahnya.
"Azza ih, gue ditinggal," gerutu celosia mengatur deru nafasnya karena kabur padahal belum ada yang menyuruhnya kembali ke asrama.
"Ayo cepet ke asrama obatin tangan Lo." Celosia menarik pelan tangan azza menuju asrama.
Mereka kini sudah berada di kamar, gia yang tidak tau apa-apa mencerca celosia dengan beribu pertanyaan tetapi sang empu tidak menjawab.
"Celosia, azza, cerita dong ada apa sih?"
"Panjang ceritanya gia."
Gia mendengus lengah sedikit kehilangan berita.
Gia pasrah terlalu ingin tau itu terkadang menyakitkan jadi sudahlah.
"Udah ayo siap-siap madrasah." Putus azza.
☆゚.*・。゚🦋☆゚.*・。゚
Hari ini begitu lega karena Ustadzah yang mengajar kelas celosia memiliki keperluan hingga masuk hanya beberapa menit itupun celosia tidak tau yang diperbuat.
Karena jengah di dalam kelas dan tidak mengantuk akhirnya celosia kini melangkah menuju perpustakaan mungkin ada buku-buku yang bisa menyadarkannya bahwa dunia ini fana atau menyadarkan agar bisa lebih baik dipesantren.
Celosia masuk mendapatkan sapaan dari penjaga perpustakaan yang jauh lebih dewasa darinya.
Setelah itu celosia mulai mencari buku-buku pada rak yang besar dan panjang, perpustakaan ini cukup luas.
Setelah beberapa saat mencari atensi Celosia terpana pada satu buku yang terlihat memiliki sampul aesthetic namun sayang itu berada di rak paling atas menyulitkannya untuk memiliki.
"Aduh tinggi banget," keluh celosia sambil berjinjit dan melompat-lompat agar bisa meraihnya.
Sayang sekali saat celosia meloncat kakinya tergelincir membuat sang empu jatuh dan merasa sakit dibagian siku kakinya. "Awss..."
Saat masih duduk memegangi kakinya celosia melihat seseorang berada didepannya memakai sarung diatas siku siapa? Bukankah disini asrama putri?
Saat ia mendongak membuat raut terkejut berubah dengan wajah jengkel.