13

31 2 0
                                    

Azza tersentak tubuhnya menggigil seketika mendengar suara lantang Ning Hasna, ini sebuah masalah besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azza tersentak tubuhnya menggigil seketika mendengar suara lantang Ning Hasna, ini sebuah masalah besar.

"Siapa yang membuat kekacauan ini?!" tanya ulang Ning Hasna.

Azza memberanikan diri maju kedepan menunduk dalam bagaimanapun ini salahnya jika saja azza tidak ceroboh pasti ini tidak akan terjadi.

"Afwan Ning sa-ya yang mecahin vas nya."

Ning Hasna membalur luka kaki Gus Varel dengan kasa tanpa menoleh pada azza. "Kenapa kamu sangat ceroboh." Pelan tetapi penuh penekanan.

"Sudah ummi dia tidak sengaja, dan Varel baik-baik saja," relai Gus Varel ia tidak ingin umminya malah memperbesar masalah sepele ini.

"Tapi kaki mas luka kan? Susah jalannya."

Gus Varel menghela nafas. "Tidak ummi, Varel baik-baik saja tidak perlu di perumit. Mbak tolong bersihin pecahannya," titah Gus Varel diangguki mbak-mbak dhalem.

Azza semakin merasa bersalah karena membuat ibu dan anak itu sedikit cekcok.

"Afwan Gus, Ning, azza tidak sengaja." Azza semakin menunduk.

"Iya mbak, silahkan kembali ke asrama," putus Gus Varel ia mengatakan itu bukan mengusir tapi menyelamatkan nya dari ummi.

Setelah itu Azza segera pamit lalu keluar.

Sepanjang perjalanan azza menunduk menyembunyikan tangisannya menyesali kecerobohan dan kesalahannya.

Dari arah belakang terdengar seruan yang familiar membuat azza memberhentikan langkahnya.

"Azza ih, gue ditinggal," gerutu celosia mengatur deru nafasnya karena kabur padahal belum ada yang menyuruhnya kembali ke asrama.

"Ayo cepet ke asrama obatin tangan Lo." Celosia menarik pelan tangan azza menuju asrama.

Mereka kini sudah berada di kamar, gia yang tidak tau apa-apa mencerca celosia dengan beribu pertanyaan tetapi sang empu tidak menjawab.

"Celosia, azza, cerita dong ada apa sih?"

"Panjang ceritanya gia."

Gia mendengus lengah sedikit kehilangan berita.

Gia pasrah terlalu ingin tau itu terkadang menyakitkan jadi sudahlah.

"Udah ayo siap-siap madrasah." Putus azza.

☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚🦋☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

Hari ini begitu lega karena Ustadzah yang mengajar kelas celosia memiliki keperluan hingga masuk hanya beberapa menit itupun celosia tidak tau yang diperbuat.

Karena jengah di dalam kelas dan tidak mengantuk akhirnya celosia kini melangkah menuju perpustakaan mungkin ada buku-buku yang bisa menyadarkannya bahwa dunia ini fana atau menyadarkan agar bisa lebih baik dipesantren.

Celosia masuk mendapatkan sapaan dari penjaga perpustakaan yang jauh lebih dewasa darinya.

Setelah itu celosia mulai mencari buku-buku pada rak yang besar dan panjang, perpustakaan ini cukup luas.

Setelah beberapa saat mencari atensi Celosia terpana pada satu buku yang terlihat memiliki sampul aesthetic namun sayang itu berada di rak paling atas menyulitkannya untuk memiliki.

"Aduh tinggi banget," keluh celosia sambil berjinjit dan melompat-lompat agar bisa meraihnya.

Sayang sekali saat celosia meloncat kakinya tergelincir membuat sang empu jatuh dan merasa sakit dibagian siku kakinya. "Awss..."

Saat masih duduk memegangi kakinya celosia melihat seseorang berada didepannya memakai sarung diatas siku siapa? Bukankah disini asrama putri?

Saat ia mendongak membuat raut terkejut berubah dengan wajah jengkel.

"Heh, bantuin saya kek Gus!" Gus Azmeal menunduk melihat sekilas celosia. "Tidak mau."

Celosia menganga apa-apaan ini?

"HEH! ITU BUKU CELOSIA!"

Celosia berusaha bangkit saat melihat buku yang ia incar berada didalam genggaman tangan gus Azmeal ia berdiri walau susah.

"Kembaliin nggak!"

Terlihat kerutan pada kening Gus Azmeal. "Ini buku di perpustakaan ini, bukan milik kamu!" Sungut Gus Azmeal tidak mau kalah.

"Tapi yang liat dulu itu celosia!" Ucap celosia tidak mau kalah.

"Tapi yang dapat lebih dulu itu saya!"

"Nggak gitu dong, kan celosia yang dulu Nemu!"

"Tapi saya yang dulu dapat mau apa kamu!"

"Mau buku itu! Kembaliin nggak! ah dasar nyebelin!"

"Terserah saya!"

Terjadilah perdebatan antara mereka berdua namun ini belum usai.

"Ngalah dong sama cewek!"

"Kamu yang ngalah sama yang lebih tua!"

"Akhh...!" Celosia mengerang frustasi membuang-buang waktu berdebat dengan Lelaki aneh satu ini, kenapa tidak se soft Gus varel?

"Terserah, Bai!"

"Waalaikumsalam!"

Keduanya berlalu dengan berlawanan arah sama-sama menatap sinis satu sama lain.

Kenapa bisa lelaki yang digadang-gadang kan tampan, suka motor sport, baik, cool, itu malah seperti ini? Sungguh mengesalkan.

Celosia keluar dengan menghentakkan-hentak kakinya menuju asrama sepertinya bolos bukan masalah.



•Bersambung•







Jangan lupa tinggalkan jejak ⭐

Prat kali ini sedikit yauu

Maksih udah bacaaaa

 CelosiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang