10

37 3 0
                                    

Sudah dua pekan semenjak terakhir kali celosia bergaduh dengan Gus Azmeal dan setelah itu mereka tidak kembali bertemu lagi, entahlah.

Kini adalah Hari Jum'at, Hari Jum'at adalah hari terbaik bagi santri tetapi beda hal dengan mereka yang masih memiliki takziran. Contohnya celosia dan gia.

Bersyukur beberapa takziran mereka mulai berkurang hanya tersisa membersihkan masjid dan urusan lahan belakang.

Seperti saat kini pagi-pagi disaat semua sedang Roan (piket masal) mereka malah piket sendiri di lahan belakang, bisa jadi mereka salah tetapi Celosia sudah menyiapkan alasan yang lugas agar tidak dihukum.

"Gia udah lama kita nggak kabur," celetuk celosia.

"Iya, gue kangen sama Nazi," jawab gia mengangguk.

"Eh, gue baru sadar kemaren Ning Hasna tau dari mana kita kabur?" Celosia sontak menghadap gia kedua alisnya tertaut menyadari sesuatu.

Gia menyerngit mengaruk pelipisnya berpikir.

"Apa jangan-jangan ada yang ngadu?, nggak mungkin dong, ning Hasna tau sendiri kan beliau jarang keluar." Imbuh celosia.

"Emang siapa?" Tanya gia.

"Ya mereka yang iri, yang nggak bisa ngelakuin apa yang kita lakuin."

"Perlu kita cari tau?"

"Hmm, nggak usah deh, nambah beban."

"Awss!" Celosia meringis setelah gia menyentil keningnya membuat sang empu berdecak kesal.

"Terus buat apa Lo bahas dari tadi peak?!" Geram gia ia segera beranjak dan meninggalkan celosia di lahan kosong sendiri.

Celosia menatap kepergian gia hingga tidak terlihat lagi, lalu celosia bangkit mengirup udara rakus dan berlalu menyusul gia.

☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚🦋☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚



"KEPADA CELOSIA MALAKA KAMAR MARWAH, KELAS 3 TSANAWIYAH DITUNGGU KELUARGANYA DI AULA!"

Suara Toa pemanggilan membuat ketiga gadis di kamar Marwah terkejut laur biasa. Sebuah ke ajaiban seorang celosia Malaka di sambang! sejauh ini tidak ada yang menyabang celosia karena uang di transfer lalu sekarang?.

Gia menyikut celosia menaikkan satu alisnya. "siapa yang sambang Lo?"

"Nggak tau." Celosia mengedikkan bahunya tidak tahu.

Gia bangkit menarik tangan celosia supaya ikut berdiri. "Udah ayo liat siapa yang nyambang lo, siapa tau penting."

Celosia menoleh kearah azza yang hanya terdiam bagai manekin melihat temanya. "Azza kita pamit ya, lo nggak usah ikut."

Azza mencebikkan bibirnya. "Iya udah."

Celosia segera bangkit dan pergi menuju Aula pengiriman mereka mempercepat langkahnya sungguh sangat ingin tahu siapa yang menyambang celosia.

Setelah sampai di Aula mereka melihat keseluruh sudut mencari seseorang yang mereka kenal.

Puk

Celosia dan gia tersentak kaget, mereka saling melempar tatapan saat dari arah belakang ada yang menepuk bahu mereka bersamaan, celosia dan gia menoleh kebelakang.

"Lo!"

Sosok Lelaki yang ada di belakang mereka dan yang menepuk mereka juga itu tersenyum hangat tanpa rasa bersalah sedikitpun telah membuat mereka terkejut.

Gia mengangga dengan mata membulat tidak jauh berbeda dari ekspresi celosia.

"Hai, apa kabar?" Lelaki itu melambaikan tangannya didepan wajah celosia dan gia.

"Mata mu apa kabar?!" Sentak celosia. Jantungnya hampir berpindah tempat melihat sosok Jehnam yang tiba-tiba ada di pesantren tepat didepan nya dan...menyambang celosia?.

"Kok Lo bisa ada disini?!" Gia sama halnya terkejut akan kedatangan jehnam memukul kasar lengan lelaki itu.

Jehnam tak bergeming dengan pukulan gia. "Udah duduk dulu ayo." Jehnam melewati mereka dan duduk di tepi Aula.

Celosia dan gia memutar tubuh menghadap jehnam yang mulai membuka satu persatu barang yang ia bawa mereka segera menyusul duduk di samping Jehnam.

"Ini serius Lo?" Tanya celosia masih dengan keterkejutannya.

Jehnam mengangguk, "iya kenapa?"

Gia memijat panggkal hidungnya atas kelakuan jehnam yang sangat diluar dugaan. Bagaimana bisa lelaki itu memiliki pemikiran menyambang celosia?.

Jehnam masih tersenyum lebar, menyodorkan kotak salad buah kearah celosia yang masih tercengang melihat jehnam. "Ini makan."

Walau kesal celosia tetap menerima salad itu dan memakan satu suap, gia yang melihat ikut mencomot salad celosia.

"Gimana ceritanya Lo bisa disini hah?!" Sentak celosia setelah memakan satu suap salad.

"Gue kangen sama Lo, dan terakhir kita ketemu Lo dalam keadaan nggak baik-baik aja walau Lo nggak cerita. Apalagi handphone Lo nggak bisa dihubungi," jelas jehnam.

Celosia mengedipkan matanya. "Hiks, sayang deh gue." Celosia sok-sokan terisak terharu atas perhatian Jehnam walau itu bukan yang pertama kali ini sudah sering terjadi tetapi Celosia saja yang alay.

Senyum jehnam semakin mengembang.

Gia memutar bola matanya malas sedikit ada rasa kecewa menemani celosia kali ini jika harus menjadi nyamuk tapi semua itu terobati saat melihat jajan yang dibawakan oleh jehnam. Gia maraih satu keresek yang belum jehnam buka.

"Ini buat gue."

Mereka tidak merespon gia dan melanjutkan percakapannya.

"Terus Lo ngomong apa sama penjaga disana?" Tanya celosia.

"Gue bilang gue saudara lo."

Celosia menatap datar jehnam setelah mengatakan itu sungguh diluar dugaan.

"Karep mu jahannam."

•Bersambung•

 CelosiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang