"gue nggak bisa milikin lo, tapi gue berhasil jaga lo."
-Jehnam kajendra
"Tidak ku sangka satu hari sebelum aku melamarmu, kamu lebih dulu menikah dengan sahabat ku sendiri."
-Samudra
"Aku terpaksa sebelum mengetahui kenyataannya."
-Azmeal Az-ziyad...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari sudah malam. Pesan masuk bejibun dari handphone celosia yang tergeletak diatas matras. Celosia mengambil hp itu dengan malas, lelah, dan sedih.
"Lo bisa nggak celosia? Udah malem nih."
"Celosia gimana bisa nggak?"
"Kita mau ngumpul di alun-alun kota."
"Lo bisa nggak kesana?"
"Wooi."
Celosia rasanya ingin mencabik-cabik wajah Gus Azmeal yang duduk santai di sofa membaca kitab dengan kacamata yang bertengger rapi di hidung mancungnya.
Celosia sudah membujuk bahkan mencoba kabur namun Gus Azmeal sama sekali tidak membolehkan ia pergi. Memangnya Siapa yang membolehkan pergi seorang wanita malam-malam?
"Jangan liat saya terus."
Celsoia memanglingkan wajahnya ke kesembarang arah asal tidak kepada lelaki itu. "Gue mau pergi gusss," rengek celosia.
Gus Azmeal hanya diam, ucapan celosia hanya bagai angin lalu.
"Kenapa sih nikahin gue? Kenapa bukan Lucia?" Celosia membenamkan wajahnya dibalik bantal sehingga suaranya tak di dengar.
"Celosia," panggil Gus Azmeal.
Celsoia bangkit walau malas. "Apa?" Sewotnya.
"Ayo setorkan apa yang kamu hafal," pinta Gus Azmeal masih tidak melihat kearah celosia.
"Hafalan gue cuma Al-Baqarah."
"Tidak apa-apa, nanti nambah lagi sama saya."
"Nggak mau! Ngafalin itu susah, nggak nempel-nempel di otak, nanti gue frustasi!" Keluh celosia mengacak hijabnya kasar.
Gus Azmeal menutup kitabnya menaruh kecamatanya lalu melihat kearah celosia.
"Kebaikan dan keburukan itu tidak akan bisa bersatu, sama halnya dengan hafalan mu yang tidak akan melekat jika terus bermaksiat."
Celosia mengerutkan keningnya mendengar perkataan Gus Azmeal. "Maksudnya?"
Terdengar helaan nafas darinya. "Begini. kalo kamu bermaksiat, melihat bukan mahram, berkata kasar, dan lainnya, Dengan begitu hafalan kamu susah keinget. Karena apa? Karena maksiat itu perbuatan buruk sedangkan Al-Qur'an itu kebaikan, dua-duanya itu nggak bisa bersatu ngerti?" Terang panjang Gus Azmeal membuat celosia sedikit membuka mulutnya.
Orang ini ngomong panjang? Cuma buat nasehatin gue? Hmm...? Celosia mengatupkan kembali mulutnya. "Iya, gue ngerti," ujar celosia.
Gus Azmeal mengambil mushaf di rak paling atas yang ada di ruang itu. "Ayo setor."
"Eh, tapi tadi kan Lo beliin gue novel, nah gue mau baca itu dulu oke," celosia bangkit hendak mengambil novelnya yang ia taruh di atas nakas.
"Nggak, bisa nanti," telak Gus Azmeal.
"Nah, hafalannya juga bisa nanti kan?" Imbuh celosia tak mau kalah.
"Nanti waktunya kamu menambah hafalan."
"NGGAKKK!"
☆゚.*・。゚🦋☆゚.*・。゚
Keesokan harinya celosia hanya keluar ketika makan sisanya ia mengurung didalam kamar. Rasanya sangat malas dan nyaman didalam kamar itu membaca novel sendiri, sang pemilik asli kamar entah kemana celosia tidak peduli.
"Lama lama mata gue katarak baca novel muluk." Celosia menutup kasar novelnya menaruhnya di atas meja.
Celosia bangkit melihat seisi kamar yang baru ia tempati. Haruskah ia bersyukur bisa menikah dengan lelaki itu? Sepertinya tidak.
"Nggak ada cinta," gumam celosia tersenyum remeh.
Ia mengayunkan kakinya kesembarang arah menjelajah sudut kamar yang rapi, elegan, dan tidak belibet. Cukup untuk ia beri sedikit apresiasi.
Celosia menyentuh sedikit tembok yang terarsir indah namun ia tidak sengaja sedikit keras mendorongnya hingga siapa sangka jika didalam sana terdapat sebuah perpustakaan mini dengan sofa.
"Aaaaaa...!" Celosia berlari memeluk rak-rak disana dengan gembira.
"Gue tarik perangaiyan gue soal nggak ada rasa syukur nikahin tuh orang, kali ini gue sedikit bersyukur!" Sorak celosia kegirangan.
Ia memundurkan dirinya dari rak-rak itu melihat lebih leluasa padanya. "Nggak papa walau 60% kitab 40% novel, yang penting ada novelnya." Celosia duduk di sofa itu merasakan empuknya dengan memejamkan mata.
Disisi lain jehnam sama-sama terduduk namun berbeda. Ia duduk di taman dibawah nenaungan pohon ek dimana tempat biasa ia dan celosia bertukar cerita. Keduanya sangat dekat walau tanpa status. Hts?
"Lo dimana celosia? Gue ngarep Lo pulang pas liburan terus kenapa Lo malah nggak pulang? Perasaan gue nggak tenang celo." Jehnam merunduk menatap sepatunya.
Mengingat-ingat kembali masa-masa kebersamaan mereka, kemarin mereka sama-sama merayakan kelulusan walau tidak bersama-sama.
"Andai lo tau sebesar apa rasa gue ke lo," bisik jehnam pada dirinya sendiri. Gemilir angin menerpa rambutnya kesunyian senantiasa menjadi teman.
Hidupnya terasa kosong.
"Gue harap kita bisa ketemu lagi."
Segini aja dulu oke.
Jangan lupa votmen. Makasihh
Kalo ada kekurangan atau kesalahan kalian boleh kritik or kasih saran di kolom komentar ☞ ̄ᴥ ̄☞