"gue nggak bisa milikin lo, tapi gue berhasil jaga lo."
-Jehnam kajendra
"Tidak ku sangka satu hari sebelum aku melamarmu, kamu lebih dulu menikah dengan sahabat ku sendiri."
-Samudra
"Aku terpaksa sebelum mengetahui kenyataannya."
-Azmeal Az-ziyad...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lucia, mau ikut papa ke pesantren?" Tawar lelaki paruh baya pada anak gadisnya yang duduk santai di atas sofa.
Lucia menoleh kearah papanya. "Ketemu celosia?"
"Iya."
Gadis itu berdecak wajahnya berubah menjadi suram. "Ya udah ayok."
Daniel kira Lucia tidak akan ikut tetapi ternyata tidak.
Pagi ini Daniel bersiap menuju pesantren celosia sesuai dengan keinginan Azreal untuk mempertemukan anak mereka dan sedikit membicarakan terlaksana nya acara mereka.
Setelah selesai Daniel dan Lucia akhirnya berangkat mengunakan mobil.
☆゚.*・。゚🦋☆゚.*・。゚
Selepas pulang sekolah celosia berniat merebahkan tubuh beberapa saat sebelum adzan dzuhur namun itu hanya sekedar wacana karena ia dipanggil ke dhalem entah untuk apa.
Setelah berganti pakaian celosia berjalan santai menuju dhalem dari luar celosia bisa melihat sebuah mobil yang asing tak asing. Siapa?
Celosia mengucap salam langsung di jawab tanpa harus menunggu lalu ia masuk.
seketika bibir celosia tercekat. Untuk apa Lelaki itu kesini? Dan juga Lucia?
"Duduk nak," titah lembut kyai Azreal.
Celosia mengangguk sopan lalu duduk berjarak dari lucia. di ruang tamu itu hanya ada mereka berempat. Suasana rasanya sangat mencekam bagi celosia karena baru kali ini Daniel dan Lucia ke pesantren apalagi berhadapan dengan kyai Azreal.
Celosia duduk sedikit menunduk kepribadian kocak nya seolah tidak pernah ada disaat merasakan aura kyai Azreal benar kata teman-temannya ternyata.
"Azmeal!" Kyai Azreal sedikit menaikan Okta suaranya tanpa membuat mereka terkejut.
Celosia masih diam dengan beribu pertanyaan kenapa papa nya kesini? Dan kenapa langsung berhadapan dengan kyai Azreal? Lalu baru saja kyai Azreal memanggil putra sulungnya untuk apa?
"Assalamualaikum." Atensi mereka teralihkan pada Gus Azmeal yang muncul dari dalam.
"Waalaikumsalam warahmatullah."
Celosia juga mendongak melihat datar Gus Azmeal yang seolah tidak melihatnya.
Gus Azmeal duduk setelah mendapat isyarat mata dari kyai Azreal.
"Jadi bagaimana?" Ujar Daniel memecah keheningan.
"Langsung ke intinya saja." Balas kyai Azreal, terdengar helaan nafas panjang darinya sebelum kembali berucap. "Gus apa kamu tau santriwati itu?" Kyai Azreal melihat Gus Azmeal dengan ekor matanya.
Gus Azmeal mengangguk. "Engeh Abi."
"Siapa namanya?" Tanya lagi kyai Azreal.
"Afwan Abi, Azmeal tidak tau."
Celosia hanya diam walau rasanya ingin tertawa mendengar suara pelan Gus Azmeal saat bersama kyai Azreal yang juah berbeda saat dengannya. Celosia juga sedikit heran perasaan mereka akhir-akhir ini sering bertemu lalu apa katanya? Tidak tau namanya?
"Apa kamu ingat nama santriwati yang akan Abi jodohkan dengan mu?"
"Ingat Abi, celo--"
Ucapan Gus Azmeal tercekat bahkan celosia mendongak atas perkataan kyai Azreal yang akan menjodohkan Gus Azmeal Deng santriwati dan... Bukankah barusan Gus Azmeal menyebut awal namanya? Tidak! Ini tidak mungkin!.
"Abi..." Lirih Gus Azmeal wajahnya ketara sekali dengan keterkejutan. Apa ini?
Celosia berusaha mencerna semua kejadian dadakan ini.
"Celosia, kamu sudah di beritahu oleh papamu bahwa kamu di jodohkan?" Kini kyai Azreal balik bertanya pada celosia.
Celosia tidak langsung menjawab pikirkannya kacau jangan sampai... "Ngeh kyai."
"Sudah tau siapa?"
"Afwan, tidak tahu kyai."
"Dia Azmeal."
Deg
Celosia dan Gus Azmeal sama-sama mematung dengan keterkejutannya, apa ini? Dunia se sempit inikah?.
Lucia diam-diam menyeringai puas melihat ekspresi kedua tersangka itu rasanya sangat puas melihat kehancuran saudaranya sendiri.
Hening.
Mereka seolah membiarkan celosia dan Gus Azmeal mencerna situasi ini. Gus Azmeal baru menyadari bahwa celosia yang disebutkan abinya beberapa Minggu lalu itu adalah celosia yang akhir-akhir ini menjadi pengacau hidupnya, ia baru sadar sungguh.
Pikirannya kosong. Rasa risau, kecewa, menahan amarah bercampur menjadi satu Gus Azmeal rasanya ingin memberontak mengatakan 'tidak!' namun sekarang ia tidak bisa mengelak dari perintah.
"Kami mempertemukan kalian agar kalian tahu satu sama lain." Kata kyai Azreal.
Tolong bendung air mata celosia sekarang semuanya begitu menyakitkan.
Keduanya secara bersamaan menunduk dalam menyembunyikan raut kecewa yang mendalam.
"Celosia tinggal tiga bulan lagi lulus, pernikahan kalian akan dilaksanakan saat liburan atau sebelum liburan."
Gus Azmeal kembali mendongak perkataan terakhir abinya seolah negoisasi.
"Afwan Abi, boleh Azmeal memilih?" Tutur Gus Azmeal.
Gus Azmeal rasanya ingin menampar mulutnya sendiri ia berbicara seperti itu seolah menerimanya padahal nyatanya belum.
"Tentu."
"Saat liburan Abi." Namun apalah daya ia berusaha agar semuanya tidak terlalu kacau.
"Baik."
"Bagaimana Daniel dan celosia?" Imbuh kyai Azreal bertanya.
Daniel sedikit melirik celosia. "Iya."
Celosia hanya bungkam bibirnya kelu menahan isakan karena sedari tadi air matanya luruh perlahan.
☆゚.*・。゚🦋☆゚.*・。゚
Setelah dari dhalem celosia hanya terdiam dengan pikiran kosong. Semua ini bersangkut paut dengan masa depannya. Tentang kehidupan selanjutnya, pernikahan adalah masa paling panjang.
Gia dan azza saling melempar tatapan saat melihat celosia menatap kosong kedepan yang duduk dipojokan kelas dan sikapnya sejak tadi berubah.
Mereka menghampiri celosia. Gia melambai-lambaikan tangannya didepan wajah celosia namun sang empu masih mematung.
"Heh, Lo kenapa? Awas kesurupan," canda gia berusaha menghibur celosia.
Celosia tersadar dan melihat azza dan gia bergantian. "Eh, enggak gue nggak papa." Celosia berusaha meyakinkan mereka dengan senyum hambar itu tentu disadari oleh Gia dan azza.
"Are you okay?" Gia berpindah duduk didepan celosia, mengelus lembut lengannya.
"Ya."
"Udah ayo ke asrama." Celosia bangkit setelah menyadari sudah istrahat.