Jika Rachel bertugas membujuk Kendrik, lain lagi dengan Ersya yang merayu Nathan, Devin dan Liam untuk membelanya nanti. Dan apa yang akan Ersya lakukan nanti kedepanya? Ia akan memasang muka melas dan mata yang menyiratkan kepolosan. Haha. Ersya cukup pintar juga.
.....
Masih di malam yang sama ketika Ersya membujuk mommy nya untuk berada di kubunya. Ia percaya mommy nya bisa membujuk daddy nya, kini ia hanya perlu meminta dukungan dari abangnya dan adiknya.
Ersya menutup perlahan pintu kamar orang tuanya. Kemudian berbalik ke arah depan. Ersya sudah siap dengan rencananya. Ia akan menuju ke kamar Nathan terlebih dulu, baru kemudian ke kamar Liam dan Devin. Pasti dua abangnya itu lelah karena baru pulang bekerja. Biarkan lah mereka istirahat dulu.
Ersya mulai mengambil langkah menuju ke kamar Nathan. Kamar Nathan terpaut beberapa ruangan dengan kamar orang tua mereka. Alih-alih berlari agar cepat sampai ke kamar Nathan, Ersya memilih berjalan santai sembari memikirkan kata-kata bujukan untuk Nathan.
Ingat jika Nathan masih kesal dengannya. Ersya tahu itu. Maka dari itu ia harus berhati-hati dalam berucap. Kini Ersya sudah berada di depan kamar Nathan.
Tok
Tok
Tok
“Nathan,” panggil Ersya sembari mengetuk pimtu dengan sopan. Setelah tangannya ia bawa untuk mengetuk pintu ini, kini kedua tangannya berada di belakang tubuhnya. Menunggu jawaban dari Nathan. Mulutnya mengulum dengan mata bulatnya memandang penuh harapan pada pintu itu agar cepat terbuka. Ersya malas jika menunggu lama. Ersya tak ingin nantinya kesabarannya hilang dan berakhir mengetuk pintu dengan brutal dan membuat Nathan terganggu.
Lama tak ada sahutan, Ersya menghembuskan napasnya dengan pelan sembari merapalkan kata-kata sabar di dalam kepalanya. Nathan ternyata suka merajuk.
Tak ada pilihan lain selain mengetuk kembali pintu tersebut.
Tok
Tok
Tok
“Nathan, buka pintunya,” ucap Ersya lagi. Lagi lagi tak ada sahutan dari dalam. Curiga jika Nathan sedang tidur. Tapi ini bahkan belum terlalu malam. Apa Nathan menangis karena ia marahi di sekolah tadi? Ersya jadi tak tega. Tapi sebagai abang, ia harus menasihati sang adik jika melakukan kesalahan.
Daripada meladeni kesabarannya yang hampir habis. Ersya mulai mendekatkan telinganya ke pintu tersebut. Mendeteksi pergerakan di dalam kamar Nathan.
“Hmmmm tidak ada tanda-tanda kehidupan,” gumam Ersya seperti mengetahui segala hal. Tak lama setelah itu, Ersya mulai menarik diri menjauhi pintu itu. Saat ini mulai mengintip dari cela cela kunci. Mustahil tapi Ersya tetap mencobanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life : Ersya
Fanfiction[Brothership] [Re-birth] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kembali di masa lalu dalam raga yang sama. Mengulang masa lalu dan berniat mengubah masa depan. Ersya seperti di...