10

34.3K 3K 225
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Beberapa menit telah berlalu. Rachel telah selesai mengolesi salep di pergelangan tangan Ersya. Harap-harap dapat mengurangi rasa nyeri dan menghilang bekas cengkraman tersebut.

"Wow." Ersya menatap kagum pergelangan tangannya. Memutar-mutar tangannya sembari  menatap kagum atas hasil dari tangan mommy nya.

Ia kira ia akan dibawa oleh orang tuanya ke rumah sakit. Ia takut rumah sakit. Ini lah salah satu alasannya tidak ingin keluarganya mengetahui hal ini. Karena Ersya takut nantinya akan dibawa ke rumah sakit. Mengingat betapa hebohnya keluarganya ketika ia mengalami kecelakaan kecil.

Sekarang tidak. Sudah ada Rachel yang menangani semua masalah. Benar. Seharusnya dulu ia tidak terlalu bersikap buruk pada mommy nya. Ersya hanya butuh kasih sayang dari seorang ibu, dan kini ia sudah mendapatkannya. Bisa dibilang Ersya belum merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya karena saat itu ia masih kecil.

"Cepat sembuh sayang," ucap Rachel pada Ersya.

"Terimakasih mommy," ucap Ersya seraya tersenyum lebar. Sekarang sudah ada Rachel yang memberikan kasih sayang padanya.

Kendrik mengusap surai Ersya lalu mencium surai tersebut. Melihat anaknya tersenyum lebar bersama istrinya, itu membuat ia merasa bahagia. Melihat Ersya diurus begitu baik oleh Rachel, Kendrik merasa tidak salah memilih jalan untuk kebaikan keluarganya.

Ersya mendongak menatap sang daddy. Dapat Ersya lihat pancaran kebahagiaan tercetak di raut mukanya. Ya, dari dulu harusnya Ersya bertindak seperti ini. Kasihan juga melihat daddy nya frustasi karena sikapnya dulu. Sedih memikirkan itu. Apalagi sampai sikap abang-abangnya yang dulu perhatian dengan dia, sampai sikapnya berubah. Bearti sikapnya sudah melewati batas.









"Jelaskan." Perkataan Barra menghancurkan suasana haru yang sempat terjadi. Suara berat terkesan dingin itu dilontarkan saat waktu yang tidak tepat.

Pada dasarnya Barra memang tidak se peduli itu dengan suasana yang terjadi. Yang terpenting ia mengetahui siapa gerangan yang membuat adiknya terluka.

Secara otomatis, lirikan sinis dari Ersya dilayangkan tepat ke arah Barra. Benar-benar merusak suasana.

"Benar, sampai tadi kamu menyembunyikannya. Untung Nathan memberitahu kami. Jika tidak, kamu tidak akan pernah memberitahu kami," timpal Devin bersedekap dada. Memojokkan Ersya supaya segera memberitahu alasan dibalik itu.

"Benar itu?" tanya Liam pada Devin yang berada di sampingnya.

"Hm, tanya Nathan jika tidak percaya," balas  Devin. Semakin gencar memojokkan Ersya.

Tatapan Liam berganti menatap Nathan. Mengetahui maksud dari tatapan Liam tersebut, Nathan menganggukkan kepalanya.

Melihat abang dan adik tirinya bersekongkol untuk memojokkan dirinya membuat Ersya merasa diasingkan.

Second Life : Ersya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang