Jika biasanya Ersya selalu banyak bicara dimana pun kapan pun, tapi tidak untuk saat ini. Mulutnya terkunci rapat, matanya menatap awas pada lima anak yang mengepung ia saat ini. Dalam hati ia merapalkan semua nama keluarganya. Dari daddynya sampai adiknya. Harap-harap sebuah keajaiban datang padanya.
Dua sosok siswa laki-laki berdiri di sebelahnya. Sedangkan tiga laki-laki yang lain berdiri di depannya. Bahkan lorong yang tadinya sedikit ramai, kini hening seperti tak berpenghuni. Kemana keramaian tadi.
"Hajar aja langsung," ucap salah satu dari mereka. Ersya reflek menutup matanya. Anggap saja Ersya penakut. Benar, Ersya memang anak penakut. Baru kali ini Ersya mendapati perlakuan seperti ini di area sekolah. Bahkan ini bukan sekolahnya.
"Heh, boleh juga," ucap siswa laki-laki di depan Ersya yang siap dengan kepalan tangan yang mengerat. Dua sosok siswa laki-laki yang berdiri di sebelah Ersya memegang dengan kuat tangan Ersya sampai tercetak jelas lingkaran merah di pergelangan tangannya. Mampus, bisa-bisa keluarganya marah jika melihat keadaannya saat ini. Bagaimana cara menyembunyikan bekas ini nanti.
Kepalan erat itu sudah siap dilayangkan di wajah Ersya. Tapi, tendangan seseorang di belakang anak itu mampu menggagalkan aksi anak tersebut yang akan menghajar Ersya.
Bahkan tubuh anak itu bertubrukan dengan Ersya yang berada tepat di depannya. Saking kuatnya tendangan itu, anak laki-laki itu menabrak Ersya lalu terjatuh tengkurap di atas lantai.
Tubuh Ersya tersentak tatkala seseorang tengah menabraknya.
Reflek Ersya membuka matanya. Di depan sana, ada adiknya dengan ekspresi yang suram. Alis menukik tajam, rahangnya mengeras dan kedua tangan terkepal erat.
Tatapan tajam bak elang dari Nathan terarah pada dua siswa laki-laki yang kini masih memegang lengan Ersya dengan kuat. Sorot mata Nathan menurun menatap tangan Ersya yang sedang di cengkram kuat oleh dua siswa itu.
Sedangkan Ersya tak bisa melakukan apa-apa selain berdiam diri. Mencoba tak peduli dengan harga dirinya di depan adik tirinya. Tak munafik jika Ersya sedang membutuhkan pertolongan dari Nathan.
Daddy dan tiga abangnya tidak pernah mengajarinya tentang bela diri, katanya ia tak perlu belajar mengenai itu. Sudah ada mereka yang senantiasa menjaga Ersya dan melindunginya. Dan kejadian ini di luar prediksi. Siapa yang mengira jika Ersya akan mendapati perlakuan seperti ini di sekolah Nathan.
Sudah pernah dibilang bukan jika Ersya anak yang cengeng. Sedari tadi ia mencoba untuk tidak menangis. Di dalam benaknya, setidaknya jika tidak bisa melawan mereka, jangan menangis di depan mereka.
"Lepas," ucap Nathan penuh penekanan. Dapat dilihat mata tajam itu berkilat penuh amarah. Ersya yang melihat itu pun merinding juga. Apalagi lima anak itu yang sedang mencari gara-gara dengan Ersya, pasti habis ini akan ada adu jotos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life : Ersya
Fanfiction[Brothership] [Re-birth] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kembali di masa lalu dalam raga yang sama. Mengulang masa lalu dan berniat mengubah masa depan. Ersya seperti di...