26

10.8K 971 67
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Akibat percakapan di antara Ersya dan Nathan malam itu, kini mereka merasa canggung satu sama lain. Tidak saling tukar sapa sehingga membuat keluarga yang lain terheran-heran. Biasanya sarapan saat ini akan dhiasi dengan celotehan Ersya dan Nathan yang selalu jadi korban keusilan Ersya. Tapi sekarang, suasananya begitu sunyi. 

Yang mereka lihat, Ersya sesekali melirik ke arah Nathan namun Nathan tak menanggapi lirikan itu. Nathan merasakan bahwa Ersya tengah meliriknya, tapi Nathan memilih abai. Biasalah. Nathan dan Ersya suka bertengkar karena masalah kecil.

Ersya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sembari menatap liar ruangan ini. Mengunyah dengan cepat menandakan ia sedang menahan kesal. Ish, jika seperti ini ia tak bisa mengganggu Nathan. Entah kenapa Ersya tiba-tiba merasa takut kepada adiknya itu. Aura yang dikeluarkan Nathan hampir sama seperti abang-abangnya. Ia kan mau juga. 

“Bertengkar lagi?” tanya kendrik melihat dua anaknya. 

“Seperti tidak tahu mereka saja,” timpal Rachel seraya tertawa lirih. Gemas dengan dua anak termudanya. Selalu saja ada gebrakan dari Nathan dan Ersya dan selalu menjadi hiburan bagi mereka. 

“Kenapa lagi, hm?” tanya Barra. 

“Enggak kenapa-napa. Aman,” ucap Ersya seraya tersenyum lucu. Memang tidak ada apa-apa kan, hanya saja Nathan pagi-pagi sudah memperlihatkan aura yang mengerikan. Ia mana berani menganggu Nathan seperti biasanya.

“Jawab, pstttt jawab Nathan,” bisik Ersya pada Nathan yang berada di sebelahnya. Ujung bibirnya bergerak untuk menyamarkan bisikannya. Tak terlalu keras yang penting Nathan mendengarnya. Padahal seberusaha Ersya untuk berbisik, yang lain tetap mendengarnya. 

Tak mendapati jawaban dari Nathan, Ersya langsung menoleh dengan cepat. Matanya bergulir ke atas ke bawah menelisik Nathan yang tetap santai menyantap sarapannya. Hei, padahal ia sedang berusaha damai dengan Nathan tapi Nathan tetap mendiamkannya. Ia salah apa. Ersya ingin Nathan tak seperti itu lagi padanya. Ayolah, Ersya ingin mengganggu Nathan. 

Alasan damai bukan karena mementingkan hubungan antara abang dan adik, tapi karena Ersya ingin cepat-cepat mengganggu Nathan. 

Adik durhaka! Selalu tak mendengar perintah dari sang abang. Huuu. 

“Nathan?” Barra ganti bertanya pada Nathan. Selain Ersya adiknya, Nathan juga adiknya jadi ia harus bertanya kepada mereka. 

“Aman, bang,” balas Nathan dengan suara yang terkesan datar. 

Reflek Ersya mendatarkan wajahnya. Sialan Nathan. Lama-lama ia akan mencari adik baru. 

Ersya kembali fokus pada sarapannya. Memakan dengan cepat sebagai bentuk pelampiasan emosinya. Tidak emosi beneran sih, sekilas saja. Ya hanya kesal.

Devin mengulum bibirnya melihat interaksi antara Ersya dan Nathan. Ya, mereka selalu bertengkar karena hal sepele. Tapi pasti tak akan bertahan lama. Nantinya pasti mereka akan bercanda satu sama lain. Lebih tepatnya Ersya yang bercanda dan Nathan yang menanggapi candaan itu dengan sabar. 

Second Life : Ersya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang