17

17.8K 1.6K 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ersya sudah berada di depan pintu kamar milik Nathan. Bukannya mengetuk pintu agar cepat masuk, Ersya malah berdiri kaku di depan pintu itu. Kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya saling terkepal erat. Mulut mungilnya ia kulum dalam-dalam serta mata bulatnya menatap penuh ke arah pintu itu. Entah apa yang ada dipikiran Ersya karena tak kunjung mengetuk pintu itu.

Agaknya Ersya sedang menyusun kata permintaan maaf. Ia harus meminta maaf bagaimana ya? Bagaimana jika nanti Nathan semakin marah? Ishh pokoknya Nathan harus maafin Ersya. Tapi— Nathan cukup menakutkan dengan ekspresi wajahnya yang muram.

Tok tok tok.

Ersya mulai mengetuk pintu itu. Dengan tekad nya yang membara, ia akan meminta maaf kepada Nathan dan ia akan memberitahu kabar gembira padanya. Pasti nanti Nathan tak sedih lagi. Jelas, karena Nathan akan satu sekolah bersama abangnya ini, hehe. Hidup abang Ersya.

“Tok tok tok… adek Nathan, yuhuuuu,” ucap Ersya sembari mendekatkan telinganya ke pintu. Tampaknya Ersya sedang mendeteksi pergerakan Nathan di dalam kamarnya.

Lama tak mendapat sahutan, Ersya kembali mengetuk pintu tersebut. “Adek Nathan main yuk,” ajak Ersya menatap penuh harap pada pintu kamar Nathan. Nyatanya apa yang ia lakukan tidak diindahkan oleh Nathan. Padahal ia sudah mencoba dengan suara lembut agar Nathan tidak marah. Huufttt, ia sebagai abang harus sabar menghadapi adeknya yang ngambek. Ia tidak boleh terpancing emosi. Huft sabar. Abang Ersya adalah abang penyabar dibanding abangnya yang lain.

Tak lama kemudian. Gedoran pintu semakin mengeras. “Nathan, buka pintu. Nathannnnn,” teriak Ersya dengan gedoran pintu yang semakin brutal. Sudah tidak ada lagi abang Ersya yang penyabar.

“Tidak ada pilihan lain, aku harus mendobrak pintu ini,” ucap Ersya pada dirinya sendiri dengan suara lirih.

“Gak mau buka? Yaudah. Ersya dobrak pintu ini,” ancam Ersya pada Nathan. Sebenarnya ini hanya sebuah ancaman saja. Biar Ersya terlihat keren. Biasanya seorang abang akan berkorban demi adeknya.

Tapi emmmm, Ersya nanti-nanti saja deh berkorbannya. Ersya sendiri tidak mau badannya sakit karena mendobrak pintu itu. Untuk hari ini Ersya berkorban ucapan saja.

“Dalam hitungan sa-“

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuat senyum lucu Ersya terpatri. Saat pintu itu terbuka, muncul Nathan dengan raut muka datarnya. Alisnya tertarik ke atas dan mulutnya bergerak untuk mengatakan sesuatu pada Ersya.

“Banyak gaya,” ucap Nathan pada Ersya. Padahal Nathan khawatir jika Ersya benar-benar mendobrak pintunya. Ia tak ingin Ersya kesakitan.

Ucapan Nathan itu terdengar ejekan bagi Ersya. Ersya tak terima, raut mukanya berubah sinis. Tapi apa yang diucapkan Ersya  berbanding terbalik dengan raut mukanya.

Second Life : Ersya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang