Siswa itu masih terus bercerita tanpa mengetahui kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Suasana kelas sedikit demi sedikit mulai senyap lantaran Nathan mulai beranjak dari bangkunya. Pergerakan Nathan tentu menjadi tanda tanya besar untuk siswa siswi yang melihatnya, apalagi dengan tatapan dingin itu dan tangan yang terkepal erat sampai memperlihatkan urat-urat tangannya.
Karel dan Zio ikut berdiri tapi tidak sampai menghentikan Nathan yang emosi itu. Nathan jika sudah emosi semuanya ia hajar. Bahkan Karel dan Zio pun yang notabenenya teman dekat Nathan bisa-bisa saja jadi sasaran Nathan juga.
Tanpa banyak basa-basi, Nathan segera berjalan menuju ke anak itu. Dalam sekali sentakan, tangan Nathan meraih kerah seragam siswa itu dan memukul rahangnya dengan kuat sampai kepala siswa itu menoleh ke samping.
“Sandi,” pekik beberapa siswa siswi yang mengetahui kejadian ini. Mereka dibuat diam mematung dengan sikap Nathan yang tiba-tiba memukul Sandi tanpa sebab. Mereka tentu tahu Nathan bukan orang yang mudah menghajar orang. Pasti ada alasan dibalik semua itu.
“B-bang s-sat maksud-“ rintihan siswa bernama Sandi itu harus terhenti lantaran Nathan tak membiarkan Sandi untuk bersuara. Tak henti-hentinya Nathan menghajar dan menendang tubuh Sandi tanpa ampun.
Siapa Sandi, berani-beraninya menghina Ersya yang tidak-tidak. Semua orang tentu tidak terima jika salah satu keluarganya mendapatkan penghinaan dari orang lain. Jangan sok tau jika tidak ingin merugikan diri sendiri. Sandi bisa-bisa saja membalas pukulan Nathan, tapi aura Nathan lebih mendominasi hingga membuat Sandi tertekan karenanya.
Dalam hati Sandi mengumpat karena tidak ada siapapun yang membantunya. Tentu saja yang lain tidak berani, lebih tepatnya tidak berani berurusan dengan Nathan. Para siswi mengidolakan Nathan karena Nathan bagi mereka adalah siswa tertampan di sini, tapi jika sudah berada dalam mode seperti, mereka langsung kicep. Tidak bersuara sama sekali.
“Maksud lo apa Nat, gak jelas lo,” ucap Sandi ketika Nathan sudah tidak memberinya beberapa pukulan lagi. Nathan sengaja. Sandi meringis ketika tubuhnya sakit, terutama wajahnya. Banyak memar di sana. Perutnya juga sakit lantaran pukulan Nathan yang kuat itu.
“Bilang apa tadi?” tanya Nathan dengan suara dinginnya. Sandi yang mendengar itu kembali merasa tertekan. Saat mengumpati Nathan tadi, ia sudah percaya diri dengan keberaniannya. Lagi pula ia merasa tidak bersalah karena tidak tahu kesalahannya sendiri. Tapi saat mendapat respon dari Nathan langsung, keberanian itu menghilang entah kemana.
Karena Sandi tak kunjung menjawab, tanpa basa basi Nathan kemmbali menghajar Sandi. Pukulan demi pukulan Nathan berikan. Tidak ada yang berani melerai pertengkaran ini sampai suara guru yang dapat memisahkan mereka.
“Nathan, apa yang kamu lakukan,” pekik sang guru yang histeris melihat Nathan memukuli temannya sendiri hinga temannya itu terkulai lemas dengan banyak memar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life : Ersya
Fanfiction[Brothership] [Re-birth] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kembali di masa lalu dalam raga yang sama. Mengulang masa lalu dan berniat mengubah masa depan. Ersya seperti di...