21

16.7K 1.4K 111
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














“Mommy,” panggil seorang anak laki-laki seraya membuka perlahan pintu kamar milik orang tuanya yang terbuka sedikit. Anak laki-laki itu adalah Ersya. Ia dan Nathan sudah pulang dari sekolah sejak beberapa jam yang lalu.

Mansion masih sepi karena yang lain akan pulang dari perusahaan mungkin agak malaman, atau bisa saja sore ini jika tidak ada pekerjaan yang menumpuk banyak.

Ersya malas berdiam diri di kamar. Ingat jika handphonenya masih disita. Sial. Ia tak yakin bisa tahan hingga sebulan penuh. Ia akan memikirkan cara membujuk keluarganya. Pokoknya ia mau handphonenya kembali.

Dan ia akan mengajak mommy nya untuk bergabung pada kubunya haha. Nathan? Entahlah, dari istirahat tadi sampai pulang sekolah masih saja menyimpan aura kemarahan. Adiknya itu suka merajuk. Dasar adik.

Apalah adiknya itu. Yang pasti Nathan akan berada di kubunya nanti. Ia sudah memastikan itu. Seorang adik harus ikut apa kata abangnya, hehe. Padahal Ersya sendiri suka membangkang pada tiga abangnya. Kurang ajar memang si Ersya.

Rachel yang sedang berkutat dengan laptopnya seketika menghentikan aktivitasnya sejenak untuk merespon panggilan itu.

Di sana —di ambang pintu terdapat Ersya yang tampak ragu untuk masuk ke dalam kamar.

Seulas senyum tipis merekah di bibir Rachel. Ia senang Ersya datang menghampirinya. Apalagi jika membayangkan Ersya akan bermanja padanya. Aaa Rachel tak sabar dengan itu.

“Masuk saja sayang,” balas Rachel dengan suara lantangnya.

Ersya yang melihat keberadaan mommy nya yang sedang duduk di sofa dan mempersilahkan dirinya masuk, Ersya langsung mematuhinya.

“Sendirian? Dimana Nathan?” tanya Rachel menyambut kedatangan Ersya. Laptopnya ia campakkan sebentar untuk menuntun Ersya agar duduk di sebelahnya.

Ersya meringis mendengar  nama Nathan. Adiknya itu sedang dalam mood yang buruk. Ersya tak berani semena-mena dengan Nathan jika Nathan sudah seperti itu. Makanya itu, daripada pergi ke kamar Nathan, lebih baik ia pergi menemui mommy nya. Hitung-hitung pendekatan antara ia dan Rachel agar semakin dekat.

Ersya senang dengan sambutan hangat mommy nya.

“Nathan? Itu Nathan di kamar,” balas Ersya.

“Tumben tidak bersama Nathan? Apalagi kalian akhir-akhir ini terlihat akur. Mommy senang melihatnya,” jawab Rachel dengan antusias.

Akur? Ia dan Nathan akur? Dimana letak ke-akurannya. Tadi saja Nathan seperti memperlihatkan aura permusuhan padanya. Tidak menjawab perkataannya, bersikap dingin padanya, ya seperti dulu. Ujung-ujungnya ia yang minta maaf.

Kali ini tidak, ia kan tidak salah. Nathan saja yang emosian. Sampai sekarang pun Nathan tidak pernah memanggilnya abang. Meskipun berbeda satu tahun, tetap saja kan ia lebih tua dari Nathan.

Second Life : Ersya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang