Barra berjalan kembali ke tempat keluarganya berada. Berjalan dengan langkah pasti dan tegas. Kedua tangannya terkepal erat mengingat pertemuan dengan mommynya tadi. Kehadiran Vira membawa kenangan pahit bagi mereka maupun Vira sendiri. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, pada akhirnya sekarang mereka bertemu dalam ketidaksengajaan.
Rahangnya mengetat dan sesekali mulutnya berdesis lirih. Sorot matanya yang terkesan dingin menciptakan aura gelap menyelimutinya.
Mereka tidak takut dengan kehadiran Vira kembali. Apa yang perlu ditakuti. Tidak ada, mereka hanya terkejut saja. Akan tetapi, kebencian itu tak dapat dielakkan.
Suara derap langkah kaki yang tegas berhasil menarik perhatian Kendrik dan lainnya. Kendrik dapat merasakan aura kemarahan dari sang putra. Sepertinya membahas tentang hal ini tidak cocok jika dibicarakan di tempat ramai seperti ini.
“Ayo pulang,” ajak Kendrik yang disetujui oleh semuanya. Keluarga Leonard mulai mengambil langkah untuk keluar dari mall. Di tengah-tengah perjalanan mereka, Ersya tiba-tiba berceletuk.
“Abang, pacar ab ---hmpp.” Belum selesai Ersya berbicara, Nathan terlebih dulu menutup mulut cerewet milik Ersya. Waktu yang tidak pas untuk membicarakan hal ini. Apa Ersya tidak peka dengan raut muka Barra. Nathan hanya tidak ingin Esya dimarahi oleh Barra karena alasan konyol.
Bagus. Seorang adik yang mencoba melindungi sang abang.
“Diam. Jangan banyak bicara,” peringat Nathan pada Ersya. Situasi yang semenegangkan ini, Ersya mana peka.
Barra melirik sekilas. Keningnya mengerut dalam lantaran sempat mendengar perkataan Ersya sebelum dibekap mulutnya oleh Nathan. Pacar? Kenapa tiba-tiba ada pacar. Barra mencoba abai. Ia masih dalam keadaan emosi yang belum stabil.
Nathan dan Ersya berjalan paling belakang di antara yang lain. Sengaja berada di barisan belakang karena Ersya melambatkan langkahnya. Tak lupa ia menarik ujung baju Nathan sehingga Nathan mau tak mau harus menyeimbangkan langkah tegasnya dengan langkah pelan Ersya.
Rachel sesekali melirik ke belakang melihat Nathan dan Ersya yang tengah berbisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Rachel membiarkannya. Asal tidak bertengkar, dunia akan aman.
Kita kembali ke Ersya dan Nathan.
“Bang Barra kenapa?” tanya Ersya teramat pelan nyaris tidak mengeluarkan suaranya. Meskipun sudah berada di dekat Ersya, Nathan tetap tak mendengar dengan jelas. Tempat yang ramai serta suara Ersya yang teramat pelan tentu saja Nathan tak bisa mendengarnya.
Nathan menjauh sedikit dari Ersya. Alisnya menukik dengan ekspresi terheran-heran. “Bicara yang jelas, aku tidak mendengarnya,” balas Nathan.
“Oh, iya iya, sini.” Ersya kembali membisikkan perkataannya tadi pada Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life : Ersya
Fanfiction[Brothership] [Re-birth] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kembali di masa lalu dalam raga yang sama. Mengulang masa lalu dan berniat mengubah masa depan. Ersya seperti di...