1

449 32 2
                                    

...

Sudah seminggu sejak ibuku meninggal dan tidak ada seorang pun yang mulai membereskan lemarinya untuk dibersihkan.

Ayah berpikir bahwa kita tidak boleh menyentuhnya, karena itu bukan barang kita untuk disentuh. Tapi Bibiku bilang bahwa kita harus melanjutkan hidup dan tidak boleh menimbun barang-barangnya yang tidak ada pemiliknya.

Aku tidak peduli apa yang mereka lakukan dengan itu, Itu hanya barang.. bukan ibuku.

"Apa kamu akan kembali ke sekolah minggu depan?"

Aku berbalik di tempat tidur untuk menghadap gadis thailand disana.

Dia tengah tersenyum kecil sambil menarik sehelai rambutku ke belakang telinga yang jatuh di wajahku.

"Ya, kurasa begitu."

Senyumnya yang manis semakin lebar, membentuk senyum kecil di wajahku.

Lisa dan aku telah menjalani hubungan yang aneh di mana kami lebih dari sekadar teman, tetapi tidak sedang menjalin hubungan. Ini telah berlangsung selama hampir setahun. Kurasa kami berdua takut merusak apa yang sedang kami jalani saat ini.

"Bagus, karena aku sudah merindukanmu." Katanya.

Aku membalikkan tubuhku kembali agar aku tidak melihat tatapan sedih di matanya.

Aku menghindarinya sepanjang minggu, kecuali hari ini saat dia datang ke rumahku. Aku juga merindukannya, tetapi aku benar-benar bingung sekarang.

"Aku agak lelah... Jadi sampai jumpa hari Senin Lisa" Aku masih tidak melihat wajah gadis di sebelahku karena aku tahu dia terluka.

Aku tahu mungkin kejam mengusirnya begitu saja. Dia hanya bermaksud baik, tapi aku ingin sendiri.

"Ya tidak apa-apa. Kirimi aku pesan jika kamu butuh sesuatu."

Aku merasakan ranjangku bergeser saat dia turun. Dari sudut mataku, aku bisa melihatnya berdiri di dekat pintu menatapku sebentar sebelum dia keluar.

Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara pintu terbanting, membuatku tersentak.

Ya, dia pasti kesal.

Aku bangkit lalu berjalan menyusuri lorong, aku berhenti ketika melihat lemari ibuku di kamar orang tuaku sedikit terbuka. Itu aneh, karena ayahku bahkan menolak untuk membuka atau melihat ke dalamnya.

Seperti ada gaya magnet yang menarikku, aku mulai masuk ke kamar mereka dan membuka lemari itu lebih lebar lagi.

Tidak ada yang aneh, hanya pakaian, sepatu, dan beberapa kotak. Saat aku hendak menutup kembali, sebuah buku menarik perhatianku.

"Oh? Buku harian?"

Buku itu terlihat cukup tua karena agak lusuh. Bagian depannya dihiasi dengan banyak stiker dan gambar-gambar kecil.. ah jadi aku mewarisinya dari ibuku.

Ketika aku membuka halaman pertama aku menyadari bahwa itu dari masa SMAnya.






1 Januari 1998

Hari ini adalah hari pertama tahun baru. Semua orang di sekitaku merasa senang, tetapi aku tidak merasa demikian. Taehyung menyatakan cintanya kepada orang lain tadi malam.

Aku harap tahun baru ini akan membawaku kebahagiaan, bukan kesedihan.





Chaeyoung






Taehyung? Aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Aku tidak tahu ibuku menyukai seseorang sebelum ayahku. Kupikir mereka bertemu dan jatuh cinta di sekolah menengah.

Mungkin aku harus melihat beberapa halaman lainnya. Saat aku meraihnya untuk membuka, sebuah foto terjatuh dari buku harian itu. Saat aku membungkuk untuk melihatnya, itu adalah foto Lima anak  perempuan dan satu laki-laki. Salah satunya adalah ibuku, aku tahu dan yang lainnya adalah ibunya Lisa. Keempat lainnya tidak kukenal.

"Cantik." Aku mencoba menyentuh foto yang memperlihatkan gadis bermata kucing disana dan tiba-tiba pandanganku menjadi gelap dan aku merasa seperti sedang bergerak dengan kecepatan cahaya.



Ckrk



"Apa kamu baik-baik saja?"

Aku membuka mataku, menyipitkan mata ke arah orang di atasku. Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena sinar matahari yang menyinari mataku dan kepalaku yang berdenyut-denyut.
Ketika mataku akhirnya fokus, aku menyadari bahwa itu adalah seorang gadis yang mengulurkan tangannya kepadaku. Aku bisa melihat dari siluetnya.

Aku meraih tangannya dan membiarkannya membantuku berdiri.

Aku membersihkan debu dari seragamku. Hah? Tunggu, mengapa aku mengenakan seragam?

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Astagaa apa dia tidak apa-apa?!"

Aku mendengar suara kecil dari gadis lain disana dan menoleh ke arah gadis yang membantuku berdiri, begitu aku melakukannya, darahku menjadi beku.






Itu adalah.. ibuku.






>>

Back To 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang