09. A Silent Rebellion

420 36 1
                                    

Lavinia mencoba mundur, merasa tubuhnya melemah. "Aku... aku tidak bermaksud..." suaranya mulai goyah.

“Ulangi!” bentak Alistair, langkahnya maju cepat menghampiri Lavinia hingga pria itu berdiri sangat dekat dengannya. Tangan Alistair mencengkeram lengan Lavinia dengan keras, membuatnya meringis kesakitan. “Apa yang kau katakan tadi?”

Lavinia merasakan air matanya mulai mengalir tanpa bisa ditahan. Ketakutannya mencapai puncaknya, tetapi di balik itu semua, ada juga rasa penyesalan yang mendalam. Ia tidak pernah bermaksud mengucapkan kata-kata itu, tetapi kebenaran yang selama ini ia pendam akhirnya keluar begitu saja.

Ia tahu tentang selingkuhan Alistair, wanita yang selalu ada di luar penglihatannya, tetapi dia tidak pernah berani mengungkapkannya karena takut akan konsekuensi yang mengerikan.

“Kau berani sekali menuduhku,” kata Alistair dengan nada rendah yang menakutkan. Matanya menyala penuh amarah, dan Lavinia bisa melihat bahwa pria ini siap meledak kapan saja. “Apa yang membuatmu berpikir bahwa kau memiliki hak untuk menanyakan itu kepadaku?”

Lavinia tidak menjawab. Dia hanya berdiri di sana, dengan tubuh gemetar, berusaha menahan rasa takut yang semakin menghimpitnya.

“Dengar aku baik-baik, Lavinia,” Alistair berkata dengan suara berbisik, tetapi ancamannya sangat jelas. “Aku mungkin mentoleransi perlawanan kecilmu selama ini, tetapi tuduhan seperti ini tidak akan pernah kuterima. Kau tahu apa yang terjadi pada orang-orang yang berani melawan Ravenswood?”

Lavinia menahan napas, kepalanya mulai pusing karena tekanan yang dirasakannya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi yang jelas ia telah membangunkan sisi paling gelap dari Alistair.

Alistair melepaskan cengkeramannya dengan kasar, membuat Lavinia terhuyung mundur. “Margaret? Kau sangat peduli padanya, bukan?” Suara Alistair terdengar penuh sindiran. "Mungkin aku akan membuatmu melihat apa yang terjadi pada seseorang ketika mereka melanggar aturan."

Lavinia tersentak, hatinya mencelos. "Jangan... tolong," katanya dengan suara lirih. "Jangan libatkan Margaret. Dia tidak bersalah."

"Ini bukan soal Margaret," Alistair berkata dengan suara tajam. "Ini soal kau. Kau yang terus mendorongku. Kau yang terus memberontak. Jika kau tidak bisa patuh, maka kau akan melihat bagaimana akibatnya."

Lavinia merasa tubuhnya melemah. Dia tahu bahwa dia telah menempatkan Margaret dalam bahaya yang lebih besar. Tetapi apa yang bisa dia lakukan? Alistair tidak akan pernah mendengarkan permohonannya. Pria itu hanya peduli pada kekuasaannya sendiri, dan Lavinia kini benar-benar terjebak di dalam jaring yang semakin ketat.

Sisa malam itu, Lavinia terbaring di tempat tidurnya, memikirkan apa yang telah terjadi. Kegelapan semakin mendekapnya, dan dia tidak tahu berapa lama lagi ia bisa bertahan sebelum semuanya runtuh sepenuhnya.

...

Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya di Ravenswood Manor. Lavinia duduk di sudut tempat tidurnya, matanya kosong menatap jendela besar di kamarnya. Rasa takut dan putus asa yang melingkupinya semakin kuat. Pikiran tentang Margaret yang kini dalam bahaya menghantui setiap detiknya.

Lavinia tahu, dengan apa yang telah terjadi, Alistair tidak akan membiarkan kesalahan Lavinia berlalu begitu saja. Margaret, pelayan setia yang telah menjadi satu-satunya sandaran Lavinia di manor itu, mungkin akan menjadi korban kekejaman Alistair berikutnya.

Ketukan di pintu kamarnya mengejutkan Lavinia dari lamunannya. Pintu terbuka perlahan, dan Eliza, pelayan barunya, masuk membawa nampan berisi makanan. “Duchess, saya membawa makan malam Anda,” kata Eliza dengan suara lembut, namun Lavinia bisa merasakan kecanggungan di dalamnya.

The Duchess's Deception (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang