ִֶָ𓂃 ࣪ ִֶָ9 41 HARI་༘࿐

541 65 56
                                    

Wiwin tengah mengepel lantai rumah yang baru saja ketumpahan minyak jatuh dari plastik. "Peringatan jangan lewat dulu lantai masih licin."

"Kalo dikasih air makin licin sayang," sahut Billy dengan membawa satu kilo tepung terigu.

"Terus gimana caranya moms?" tanya Wiwin.

Billy lalu mengguyurkan tepung-tepungannya diatas lantai yang terkena minyak. "Begini sayangkuh jadi nanti tinggal sapu."

"Mubadzir tepung goblok." kata Juwita.

"Kata siapa sist? Ntar tepungnya yang habis di sapu bisa dibuat adonan ayam krispi." jawab Billy dengan lemah gemulai.

"Cok jorok."

Juwita menyedot vape-nya lalu bersedekap tangan di dada. "Lagian lo kok bisa sih Win? Numpahin minyak segala."

"Tadi kaki gue nginjek mainan Ayesha kaget terus reflek ngelepasin kresek dari tangan gue yang isinya minyak. Mana gue kagetan orangnya, kocak." ucap Wiwin sambil menunjuk mainan mobil-mobilan hot wheels berwarna pink milik Ayesha.

Juwita menoleh kearah kamar pertama yang diisi Larasati tengah mengeloni Ayesha untuk tidur siang. Tunggu Ayesha? Bukannya Ayesha sudah dijemput neneknya tuk pulang? Memang sudah, namun di tengah perjalanan Ayesha tantrum hingga muntah-muntah karena tidak ingin jauh dari orangtuanya.

Tidak tega cucunya makin tantrum, ibu Larasati memutuskan tuk mengembalikkan Ayesha kepada anak dan menantunya. Bahkan saking tantrumnya Ayesha sampai mimisan karena kelelahan menjerit-jerit.

"Enak juga jadi mama muda." katanya.

"Gue siap ngehamilin," sahut Mahendra tiba-tiba dari sepulang proyeknya.

"Idih najong, mending gue sama Yohanes. Bisa memperbaiki keturunan." jawab Juwita sinis.

"Mwami...." panggil Ayesha melihat ibunya yang masih memejamkan matanya tidur.

Larasati membuka matanya perlahan, ia melihat putrinya yang sedang senyum-senyum sendiri kepadanya. "Dalem sayang?" jawabnya serak.

"Cha nah naw tutu nah..." pintanya sambil menepuk-nepuk dada ibunya.

Kemudian Larasati mengeluarkan satu payudaranya dari daster busui friendly, dan lamgsung di lahap oleh Ayesha. "Ayo bobo lagi, biar nanti kamu gak rewel kirang tidur." titahnya sambil mengelus-elus dahi Ayesha.

"Ken kemana ras?" tanya Maya masuk ke dalam kamar tersebut.

"Nyari sinyal sama Judika tadi, dia mau lihat perkembangan Z lewat video call."

"Oh, gitu gue kira sama Jaluh." ucap Maya.

"Emang kenapa May?"

"Gapapa, soalnya dari pagi gue gak liat Jaluh." jawab Maya.

"Kalo Jaluh tadi pamitnya ke Ken mau ke indoremat kota terdekat sama Aruna soalnya Ken nitip sufor buat Ayesha."

"Oh gitu."

Larasati manggut-manggut sambil membenarkan posisi kepala Ayesha yang matanya sudah sayup-sayup akan tidur lagi. "May, gue nitip Ayesha bentar ya habis ini. Perut gue mules tiba-tiba " katanya pelan sambil mencoba melepaskan perlahan pitingnya dari hisapan Ayesha.

"Iya ras, aman. Gue disini terus kok." jawab Maya lalu merebahkan dirinya di samping Ayesha.

Sementara Larasati bangun lalu berjalan kearah wc belakang rumah, "HARDIKA GANTIAN!!!" serunya.

"Gue kebelet banget anj!"

"Buset baru juga nabung satu koin ini, mules bet perut gue." jawab Hardika dalam wc setengah dinding itu.

41 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang