"Papi!" seru Larasati mengoyak tubuh suaminya yang tiba-tiba terbangun dari pingsan lalu kini terbengong di teras rumah.
Kenzo menoleh kearah istrinya yang masih hidup. "Loh?" cengonya.
"Apa kennnnn?" tanya Larasati sambil membenarkan gendongan Ayesha yang menangis.
"Bukannya kamu mati?" tanya Kenzo.
"Gundul mu! Orang masih hidup gini. Kamu tuh aneh, orang baru juga pulang opname dari rs udah ngecat bendera segede gaban jadi pingsan kan. Untung tadi kakak langsung lari ke aku yang lagi di dapur." omel Larasati gemas sambil mencubit hidung suaminya.
Kenzo mengusap frustasi wajahnya sambil menghela nafas panjang. "Syukur nggak jadi duda, fyuh..."
"Dah ayo makan dulu, temen kkn mau kesini jengukin kamu." ajak Larasati membantu suaminya berdiri.
Cuman mimpi ternyata, apa efek kecapekan gue? Jadi mimpi aneh-aneh.
"Suapin," pinta manja Kenzo.
"Nggak bisa Ken. Aku mau nyiapin masakkan buat temen-temen, soalnya mumpung stok bahan masak di kulkas banyak daripada beli mending di masakkin. Kamu makan sama kakak aja soalnya kakak belum makan juga." ucap Larasati kemudian menyodorkan piring yang sudah berisi makanan.
Kenzo mengangguk iya lalu menyuapi putrinya terlebih dahulubsebelum ia makan. "Nanti malem kakak sama adek tidur di rumah uma ya sama mwami."
"Pwapi?" tanya Ayesha ditengah mengunyah.
"Papi nanti nginep di kampus buat bendera yang besar sekali."
"Nda mau." jawab Ayesha lalu memeluk tangan ayahnya.
"Uma kangen banget sama kakak." sahut Larasati dari dapur.
"Pwapi kut-kut yus nah..." ucap Ayesha.
"Nggak mau gitu ra anaknya," sahut Kenzo.
"Tapi mamaku kangen brutal sama Ayesha Zidane. Terus aku juga lagi kangen mama, hehe." jawab Larasati dengan menyengir.
"Makanya kamu ikutan tidur di rumah mama nanti." sambungnya.
"Nggak bisa ra, aku mau ngelembur ngecat bendera sama anak teknik lainnya ntar malem."
"Dih, orang belum sepenuhnya sembuh. Ngeyel bae." dumel Larasati.
"Maw pwapi...." ucap Ayesha.
"Iya sama papi nanti." jawab pasrah Kenzo.
Ayesha tersenyum senang sambil mengunyah makannya.
"Jaluh udah pulang ra?"
"Udah tadi sebelum kamu pingsan katanya mau nyusul Chalista sama anaknya." kata Larasati.
"Masih gak nyangka aku tadi pingsan. Malah perasaan kamu yang meninggal."
Larasati hanya memutar bola mata malas, enggan menanggapi omongan khayal suaminya. "Ken, tadi yayasan paud kakak minta duit sumbangan buat bangun aula drumband seikhlasnya, enaknya kita nyumbang berapa ya?"
"Seratus ribu aja." jawab Kenzo enteng..
"Mana ada dipilihan seratus ribu. Di gformnya minimal sejuta setengah ya anjir."
"Lah katanya seikhlasnya."
"Gak jelas sekolahan kakak. Yaudah isi aja yang paling rendah." sambung Kenzo sudah pusing dengan biaya sekolah anaknya.
"Aku magang di Balikpapan boleh nggak, Ken? Ditawarin gaji gede disana." tanya Larasati.
"Nggak usah aneh-aneh. Inget masih punya anak bayi." jawab Kenzo.